Presiden Prabowo Subianto Tegur Elite yang Nyinyir terhadap Kebijakan Pemerintah: Itu Sama Saja Menghina Pemimpinnya Sendiri
Prabowo-Instagram-
Presiden Prabowo Subianto Tegur Elite yang Nyinyir terhadap Kebijakan Pemerintah: Itu Sama Saja Menghina Pemimpinnya Sendiri
Presiden Prabowo Subianto secara tegas menyoroti sikap sejumlah kalangan elite yang kerap melontarkan kritik pedas—bahkan sindiran—terhadap kebijakan pemerintah. Dalam momen penuh makna di perhelatan Hari Ulang Tahun ke-61 Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (5/12/2025), Prabowo menyampaikan kekecewaannya terhadap sikap sebagian elite yang justru merendahkan kepemimpinan bangsa sendiri.
Dalam pidatonya yang penuh nuansa nasionalisme, Prabowo mengatakan bahwa ada sekelompok orang—khususnya dari kalangan elite—yang merasa paling cerdas dan kerap menganggap remeh setiap langkah pemerintah. Mereka, menurutnya, terbiasa “nyinyir” atau menghujat kebijakan pemerintah tanpa memberikan solusi konstruktif.
"Ada memang bagian dari rakyat kita, terutama dari elite kita yang pintar-pintar dan merasa sangat pintar, selalu nyinyir," ujar Prabowo dengan nada tegas namun tenang, menarik perhatian seluruh hadirin di arena Istora Senayan yang penuh sesak.
Lebih jauh, Prabowo menekankan bahwa sikap semacam itu tidak hanya tidak produktif, tetapi juga berpotensi merusak semangat kebangsaan. Ia menilai bahwa tindakan tersebut justru menciptakan ejekan terhadap kepemimpinan nasional—pemimpin yang dipilih oleh rakyat sendiri.
"Mereka selalu suka menimbulkan ejekan-ejekan terhadap pemerintahannya sendiri, terhadap pemimpin-pemimpinnya sendiri," lanjut Prabowo, seolah mengingatkan bahwa menghina pemerintah sama saja dengan menghina kedaulatan rakyat yang memilihnya.
Pertanyaan Retoris tentang Pengadaan Alutsista
Salah satu contoh nyata yang disebut Prabowo adalah pertanyaan-pertanyaan bernada merendahkan seputar pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista). Ia menirukan nada skeptis yang kerap dilontarkan oleh pihak-pihak tertentu: “Untuk apa Prabowo beli alutsista banyak-banyak? Untuk apa?”
Pertanyaan itu, menurut Prabowo, mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap pentingnya kemandirian dan kesiapan pertahanan nasional di tengah dinamika geopolitik global yang semakin tidak menentu. Ia menegaskan bahwa investasi di bidang pertahanan bukanlah pemborosan, melainkan bentuk tanggung jawab negara dalam melindungi kedaulatan dan keutuhan wilayah Republik Indonesia.
"Pertahanan yang kuat bukan untuk perang, tapi justru untuk mencegah perang. Kita tidak ingin negara lain meremehkan Indonesia," tambahnya, meski tidak diucapkan secara eksplisit dalam pidato tersebut, pesan tersebut tersirat kuat dari narasinya.
Tantangan Komunikasi dan Persepsi Publik
Fenomena "nyinyir" yang disoroti Prabowo juga menggambarkan tantangan besar dalam tata kelola pemerintahan modern: kesenjangan antara kebijakan teknokratis dan persepsi publik. Di era digital, di mana informasi menyebar cepat namun sering kali tidak utuh, narasi negatif bisa lebih mudah viral dibandingkan penjelasan rasional di balik kebijakan strategis.