Mengapa Air Danau Singkarak Tetap Jernih Meski Sumatera Dilanda Banjir? Rahasia Alam yang Bikin Netizen Takjub

Mengapa Air Danau Singkarak Tetap Jernih Meski Sumatera Dilanda Banjir? Rahasia Alam yang Bikin Netizen Takjub

Air-Instagram-

Mengapa Air Danau Singkarak Tetap Jernih Meski Sumatera Dilanda Banjir? Rahasia Alam yang Bikin Netizen Takjub

Di tengah duka akibat banjir dan tanah longsor yang menerjang sejumlah wilayah di Sumatera, muncul satu fenomena alam yang justru mencuri perhatian publik: air Danau Singkarak tetap jernih, bahkan setelah terpaan hujan deras dan bencana banjir. Video yang diunggah ke platform TikTok pada Selasa, 2 Desember 2025, memperlihatkan permukaan danau yang masih berwarna biru kehijauan—seolah tak terjamah oleh kekacauan alam yang sedang terjadi di sekitarnya.



Video tersebut dengan cepat menjadi viral. Banyak warganet terheran-heran: bagaimana mungkin air danau tidak berubah keruh seperti danau atau sungai lain yang terdampak banjir? Fenomena ini pun memicu gelombang pertanyaan, sekaligus rasa penasaran mendalam tentang keajaiban alam di balik kejernihan Danau Singkarak.

Penjelasan Ahli: Rahasia di Balik Kejernihan Air
Untuk menjawab rasa penasaran publik, Ade Edwar, seorang ahli geologi dari Sumatera Barat, memberikan penjelasan ilmiah yang menarik. Menurutnya, kejernihan air Danau Singkarak pasca banjir bukanlah kebetulan semata, melainkan hasil dari komposisi geologis unik di sekitar kawasan danau tersebut.

“Air Danau Singkarak tetap jernih karena kandungan batu kapur yang sangat tinggi di sepanjang aliran sungai yang bermuara ke danau,” ungkap Ade dalam wawancara dengan Kompas TV, Rabu, 3 Desember 2025.


Batu kapur, atau dalam istilah ilmiah disebut limestone, memiliki sifat alami sebagai agen pemurni air. Material ini mampu menyerap partikel-partikel lumpur, sedimen, dan kotoran lainnya yang biasanya dibawa oleh aliran air hujan atau banjir. Proses alami ini terjadi sepanjang aliran sungai sebelum air akhirnya mencapai Danau Singkarak.

“Sungai-sungai yang berhulu ke Danau Singkarak membawa air yang sudah terfilter secara alami oleh lapisan batu kapur. Jadi, meski terjadi banjir di daerah hulu, air yang sampai ke danau sudah relatif bersih dan jernih,” jelas Ade.

Warisan Alam yang Sudah Ada Sejak Lama
Fenomena ini bukanlah hal baru. Menurut Ade, kejernihan air Danau Singkarak telah menjadi ciri khas dan kebanggaan masyarakat setempat sejak generasi ke generasi. Bahkan, dalam catatan sejarah lokal, danau ini dikenal sebagai “danau murni” karena kemampuannya mempertahankan kejernihan meski di tengah musim hujan ekstrem.

“Ini bukan keberuntungan, tapi anugerah geologis yang langka. Air yang mengalir dari pegunungan di sekitar danau melewati formasi batuan kapur selama puluhan hingga ratusan tahun. Proses tersebut menciptakan sistem filtrasi alami yang sangat efisien,” tambahnya.

Danau Singkarak sendiri merupakan danau tektonik terbesar kedua di Sumatera Barat setelah Danau Toba. Terletak di antara Kabupaten Solok dan Tanah Datar, danau ini memiliki panjang sekitar 21 kilometer dan kedalaman mencapai 268 meter. Selain sebagai sumber mata pencaharian warga setempat—khususnya nelayan ikan ikan bilih yang endemik—danau ini juga menjadi destinasi wisata andalan yang menarik ribuan pengunjung setiap tahun.

Baca juga: Joko Widodo, Ilmuwan BRIN yang Kini Pimpin Gugus Tugas Penanggulangan Bencana: Siapa Sebenarnya Sosok di Balik Nama Sama dengan Presiden RI?

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya