Surat Viral Diduga dari Bupati Aceh Tengah Picu Kepanikan Massal: Panic Buying BBM dan Krisis Logistik Mengancam Penanganan Darurat Bencana
Surat-Instagram-
Antara Kejujuran Birokrasi dan Tanggung Jawab Komunikasi Krisis
Psikolog sosial dari Universitas Syiah Kuala, Dr. Farida Hamid, menilai bahwa surat tersebut, jika asli, mencerminkan kejujuran luar biasa dari pejabat daerah yang terdesak. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya komunikasi krisis yang terukur.
“Pengakuan keterbatasan boleh saja, tapi harus disertai dengan rencana konkret dan koordinasi dengan pihak yang lebih mampu. Jika disampaikan tanpa konteks yang jelas, justru menimbulkan kepanikan,” jelasnya.
Baca juga: Film All the Empty Rooms (2025) Apakah Lanjut Season 2?
Sementara itu, pakar manajemen bencana dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Bambang Suryanto, menekankan bahwa sistem penanggulangan bencana nasional seharusnya mampu merespons eskalasi seperti ini tanpa menunggu surat formal.
“Jika bencana sudah melampaui kapasitas kabupaten, maka mekanisme escalation ke provinsi dan BNPB harus otomatis. Tidak perlu menunggu pengakuan ‘ketidakmampuan’ secara tertulis,” katanya.
Apa yang Harus Dilakukan Sekarang?
Masyarakat Aceh Tengah kini berada di persimpangan antara harapan dan kecemasan. Di satu sisi, mereka membutuhkan jaminan bahwa bantuan akan segera datang. Di sisi lain, mereka khawatir kondisi akan semakin memburuk jika tidak ada intervensi cepat dari pemerintah pusat.
Sementara itu, relawan lokal terus bergerak dengan sumber daya seadanya. Komunitas adat Gayo, tokoh agama, dan organisasi kepemudaan berkolaborasi mendistribusikan makanan, air bersih, dan selimut ke posko-posko terpencil.
Namun, tanpa pasokan BBM yang stabil dan dukungan logistik berkelanjutan dari luar, upaya itu dikhawatirkan tidak akan bertahan lama.