Debat Lama Ulil Abshar vs Iqbal Damanik soal Tambang Kembali Viral: Dari Ekosistem yang Rusak hingga Tuduhan Wahabisme
Ulil-Instagram-
Debat Lama Ulil Abshar vs Iqbal Damanik soal Tambang Kembali Viral: Dari Ekosistem yang Rusak hingga Tuduhan Wahabisme
Sebuah video lama berdurasi puluhan menit yang merekam perdebatan sengit antara Ulil Abshar Abdalla dan Iqbal Damanik, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, tiba-tiba kembali menghiasi jagat media sosial. Perbincangan yang awalnya terjadi bertahun lalu kini mendadak relevan kembali—bukan karena isinya yang baru, melainkan karena bencana alam yang baru saja melanda Sumatra: banjir bandang dan longsor yang menelan korban jiwa serta menghancurkan infrastruktur.
Viralnya video tersebut bukan tanpa alasan. Banyak warganet menilai bahwa narasi yang disampaikan Iqbal Damanik—terutama soal kerusakan ekosistem akibat aktivitas pertambangan—kini terbukti di lapangan. Salah satu unggahan yang memicu gelombang diskusi berasal dari akun Thread @majda.laila, yang pada 28 November 2025 membagikan potongan video tersebut dengan pertanyaan menyentil:
“Bisa terjawab pak? Bencana banjir, longsor terjadi di mana? Masih bertanya kenapa Anda peduli dan butuh mengembalikan ekosistem awal? Paham kan kenapa dosa-dosa periode sebelumnya besar sekali?”
Pertanyaan itu menyasar langsung pada ketidakmampuan pihak pro-pertambangan—termasuk Ulil Abshar dalam video lama itu—untuk menunjukkan bukti konkret keberhasilan reklamasi pasca-tambang.
Pertanyaan yang Tak Terjawab: Di Mana Bukti Reklamasi?
Dalam video tersebut, Iqbal Damanik menantang Ulil Abshar untuk menunjukkan satu wilayah pertambangan di Indonesia yang benar-benar berhasil mengembalikan ekosistem seperti semula.
“Tunjukkan satu saja ada konsesi yang berhasil mereklamasi, mereboisasi, kembali pada ekosistem awalnya. Tunjukkan satu aja di mana wilayah pertambangan di Indonesia ini yang bisa mengembalikan ke ekosistem awalnya,” tegas Iqbal.
Namun, Ulil Abshar justru mengalihkan diskusi dengan analogi pribadi—ia membandingkan perubahan lingkungan dengan hubungannya bersama anak yang tumbuh dalam dunia berbeda karena perubahan zaman. Menurut Iqbal, analogi tersebut tak relevan dengan isu kerusakan ekologis yang bersifat sistemik dan struktural.
“Ini bukan soal perasaan atau nostalgia. Ini soal data, soal fakta ilmiah, dan soal keberlanjutan hidup jutaan orang,” balas Iqbal—sebuah pernyataan yang kini dianggap “nubuat” oleh banyak netizen pasca-bencana Sumatra.
Perdebatan Melebar: Dari Tambang ke Tuduhan Wahabisme
Situasi memanas ketika Ulil Abshar mulai mengkritik pendekatan Iqbal—dan kelompok lingkungan secara umum—sebagai terlalu kaku dan “ekstrem”. Ia menyebut sikap tersebut mirip dengan “wahabisme”, merujuk pada aliran pemikiran yang menurutnya menuntut kemurnian tanpa ruang interpretasi.
“Ini yang saya sebut dengan wahabisme itu. Orang wahabi itu begitu kepinginnya menjaga kemurnian teks sehingga teks tidak boleh disentuh sama sekali. Harus puritan. Puritarisme teks itu adalah wahabi,” ujar Ulil.
“Nah, saya mengatakan teman-teman lingkungan ini yang terlalu ekstrem… arahnya adalah dia seperti menolak sama sekali mining, karena industri ekstraksi selalu dianggap dangerous dan berbahaya.”
Pernyataan itu memicu kontroversi besar, bukan hanya karena penggunaan istilah “wahabisme” yang sensitif dalam konteks sosial dan keagamaan Indonesia, tetapi juga karena dianggap mengalihkan isu utama: kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam.
Respons Publik: Emosi, Kritik, dan Pertanyaan Masa Depan
Respons warganet terhadap video yang kembali viral ini sangat beragam—dari yang mendukung Iqbal hingga yang mengkritik Ulil dengan sarkasme tajam.
Akun @ar.dhit menulis komentar bernada pesimistis namun provokatif:
“Tau gak kenapa Indonesia emas itu tahun 2045? Kenapa gak pada tahun 20an atau 30an? Karena tahun 2045 generasi tua ini mayoritas sudah terkubur.”
Sementara @nia_yusanti menyindir kelompok tertentu yang dianggap anti-lingkungan:
“Banyak sekali alasan-alasan kenapa gak pernah suka dengan Gus-Gusan ini, karena mereka no brain, no empathy.”
Ada pula yang fokus pada penggunaan istilah “wahabi” yang dianggap sembarangan:
“Tolol dikit-dikit wahabi, kaum lu noh kerjaannya nistain agama,” tulis @andri_21.
Baca juga: Kode Redeem Fish It Roblox Terbaru Hari Ini, 2 Desember 2025: Langsung Klaim Hadiahnya