Harrison Ford Kembali Jadi Sorotan: Dari Legenda Hollywood Hingga Aktivis Lingkungan yang Tegur Menteri Soal Tesso Nilo

Harrison Ford Kembali Jadi Sorotan: Dari Legenda Hollywood Hingga Aktivis Lingkungan yang Tegur Menteri Soal Tesso Nilo

Horrison-Instagram-

Harrison Ford Kembali Jadi Sorotan: Dari Legenda Hollywood Hingga Aktivis Lingkungan yang Tegur Menteri Soal Tesso Nilo

Nama Harrison Ford kembali menghiasi linimasa media sosial Indonesia. Bukan karena film terbarunya, melainkan karena potongan video wawancaranya yang berusia lebih dari satu dekade—namun kini terasa sangat relevan di tengah krisis lingkungan yang semakin mengkhawatirkan di Pulau Sumatra.



Video tersebut berasal dari serial dokumenter iklim bertajuk Years of Living Dangerously yang tayang perdana pada tahun 2013. Dalam episode khusus tentang deforestasi di Indonesia, aktor legendaris Hollywood ini tidak segan mengkritik langsung Menteri Kehutanan saat itu, Zulkifli Hasan, terkait kondisi memprihatinkan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Riau.

Kini, pada akhir 2025, saat bencana ekologis akibat kebakaran hutan dan kabut asap kembali melanda wilayah Sumatra, cuplikan tersebut viral kembali. Tagar #SaveTessoNilo pun menggema di berbagai platform media sosial, mengingatkan publik pada peringatan keras Ford yang ternyata tak diindahkan selama bertahun-tahun.

Tesso Nilo: Dari Benteng Keanekaragaman Hayati ke Puing Ekologis
Taman Nasional Tesso Nilo awalnya ditetapkan sebagai kawasan konservasi strategis pada tahun 2004 dengan luas awal sekitar 38.576 hektare. Pada 2014, pemerintah bahkan memperluasnya menjadi 81.793 hektare—menjadikannya salah satu hutan hujan tropis terpenting di Asia Tenggara, rumah bagi gajah Sumatra, harimau, dan ribuan spesies flora endemik.


Namun kini, lebih dari 85% kawasan tersebut telah hilang. Data terbaru menunjukkan hanya tersisa sekitar 12.561 hektare, atau kurang dari 15% dari luas aslinya. Penyebab utamanya adalah perambahan ilegal untuk perkebunan kelapa sawit, praktik illegal logging, serta tumpang tindih izin konsesi yang tak kunjung ditertibkan.

Ironi terasa lebih pahit ketika kita menyaksikan kembali adegan Ford yang dengan suara tenang namun tegas bertanya kepada Menteri Zulkifli Hasan: “Mengapa Anda membiarkan perusahaan-perusahaan ini menghancurkan hutan yang seharusnya Anda lindungi?”

Pertanyaan itu tak hanya ditujukan kepada sang menteri, tapi juga kepada sistem tata kelola lingkungan yang selama ini gagal melindungi aset alam Indonesia.

Harrison Ford: Bukan Sekadar Bintang Film, Tapi Pejuang Bumi
Bagi generasi film tahun 1980-an hingga 2000-an, nama Harrison Ford identik dengan karakter-karakter ikonik seperti Han Solo dalam Star Wars, Indiana Jones yang pemberani, atau Rick Deckard dalam Blade Runner. Namun di balik karisma layar lebarnya, Ford telah lama dikenal sebagai salah satu aktivis lingkungan paling konsisten di dunia.

Lahir di Chicago, 13 Juli 1942, Ford dibesarkan dalam keluarga sederhana. Awal kariernya jauh dari glamor—ia bekerja sebagai tukang kayu sambil mengejar mimpi akting di Los Angeles. Profesi itu justru membawanya bertemu sutradara muda George Lucas, yang kemudian mempercayakan peran Han Solo kepadanya—langkah yang mengubah hidupnya selamanya.

Film-film yang dibintanginya telah menghasilkan pendapatan global lebih dari 10 miliar dolar AS, menjadikannya salah satu aktor dengan box office tertinggi sepanjang masa. Ia meraih sederet penghargaan bergengsi, termasuk AFI Life Achievement Award dan Cecil B. DeMille Award, serta tetap aktif di dunia hiburan hingga usia 80-an, termasuk lewat serial seperti 1923 (Paramount+) dan Shrinking (Apple TV+).

Namun di mata komunitas lingkungan global, Ford justru lebih dihormati karena aksi nyata, bukan sekadar popularitas.

30 Tahun Memperjuangkan Bumi: Jejak Aktivisme Harrison Ford
Sejak tahun 1991, Harrison Ford menjabat sebagai Wakil Ketua Conservation International (CI)—organisasi nirlaba yang fokus pada perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistem vital di seluruh dunia. Perannya bukan sekadar simbolis; ia rutin mengunjungi lokasi konservasi, merekam kampanye kesadaran, bahkan turun langsung ke medan yang sulit.

Beberapa kontribusi utamanya meliputi:

1. Menjadi Suara bagi Hutan Tropis yang Dibungkam
Dalam Years of Living Dangerously, Ford tidak ragu menyoroti ketidakadilan ekologis di Indonesia. Ia menampilkan dampak nyata dari ekspansi sawit: masyarakat adat kehilangan tanah, satwa liar terancam punah, dan siklus iklim terganggu. Kritiknya bukan tanpa data—melainkan hasil investigasi mendalam bersama para ilmuwan dan jurnalis lingkungan.

2. Panggung Global untuk Krisis Iklim
Ford kerap tampil di forum internasional seperti Sidang PBB tentang Perubahan Iklim (COP), Earth Day Global Summit, dan World Government Summit. Dalam salah satu pidatonya yang viral, ia menyampaikan kalimat yang kini menjadi mantra gerakan lingkungan global:

“Alam tidak membutuhkan manusia. Tapi manusialah yang membutuhkan alam.”

Kalimat itu bukan retorika—melainkan panggilan untuk bertindak, terutama bagi negara-negara yang kaya sumber daya alam namun rentan terhadap eksploitasi.

3. Aksi Nyata: Pilot Penyelamat dan Pendidik
Ford bukan tipe aktivis yang hanya berbicara di mikrofon. Sebagai pilot berlisensi, ia kerap membantu operasi pencarian dan penyelamatan di wilayah terpencil di Wyoming, Amerika Serikat. Ia juga memimpin program pendidikan penerbangan untuk remaja antara 2004–2009, mengajarkan pentingnya teknologi ramah lingkungan dan kesadaran ekologis sejak usia muda.

Baca juga: LINK BACA Absolute Regression Chapter 77 78 Bahasa Indonesia - Manhwa Terbaru Dunia Persilatan Bahasa Indonesia

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya