Six Seven Alias 6 7: Bahasa Gaul Gen Z dan Alpha yang Bikin Orang Tua Geleng-Geleng, Ternyata Ini Artinya!
Asmara gen z-Instagram-
Six Seven Alias 6 7: Bahasa Gaul Gen Z dan Alpha yang Bikin Orang Tua Geleng-Geleng, Ternyata Ini Artinya!
Di tengah arus deras perkembangan media sosial, generasi Z dan Alpha terus menciptakan tren baru—termasuk dalam bentuk bahasa gaul yang kadang bikin generasi sebelumnya geleng-geleng kepala. Salah satu istilah terkini yang sedang viral dan memicu rasa penasaran adalah “Six Seven” atau “6 7”. Apa sebenarnya arti di balik dua angka yang terdengar biasa ini? Benarkah ini merupakan bahasa rahasia atau bahkan bad words yang terselubung? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Viral di TikTok dan Instagram, “Six Seven” Jadi Teka-Teki Generasi Tua
Belakangan ini, frasa “Six Seven” atau “6 7” sering muncul di berbagai platform media sosial seperti TikTok, Instagram Reels, hingga YouTube Shorts. Unggahan dengan audio berisi potongan lagu berirama cepat dan repetitif—yang menyebut “six seven” berkali-kali—menjadi latar favorit konten kocak, absurd, atau sekadar ekspresi spontan dari para remaja.
Banyak orang tua, terutama ibu-ibu, mengaku kebingungan. Salah satunya netizen dengan akun Instagram @a.zaahra yang menulis dengan nada jenaka:
"Kirain aku udah mamak-mamak yang update dan ngikutin jaman banget, taunya tetep jadi mamak-mamak ketinggalan jaman dong. Kek mana ini weee?"
Respons semacam ini justru membuktikan betapa efektifnya budaya digital dalam menciptakan ‘jurang pemahaman’ antargenerasi—sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi para Gen Z dan Alpha.
Apa Arti Sebenarnya dari “Six Seven” atau “6 7”?
Jawabannya mungkin mengejutkan: tidak ada arti khusus sama sekali.
Ya, benar—“Six Seven” bukanlah akronim, bukan kode rahasia, apalagi kata kasar terselubung. Dalam bahasa Inggris, frasa tersebut memang secara harfiah berarti angka enam dan tujuh. Namun, dalam konteks budaya populer digital, “6 7” digunakan lebih sebagai ekspresi absurditas, isi kepala kosong yang lucu, atau sekadar pengisi ruang percakapan tanpa makna serius.
Beberapa pengguna memaknainya secara longgar sebagai ekspresi seperti:
"Biasa aja,"
"Mungkin,"
"Ya gitu deh,"
atau bahkan sekadar vokal isian layaknya “duh”, “lah”, atau “wkwk”.
Dengan kata lain, “Six Seven” justru menarik karena ketidakjelasannya. Ia menjadi semacam inside joke yang tidak perlu dipahami oleh semua orang—cukup dinikmati oleh komunitas yang “ngeh” saja.
Asal Usul Viralnya: Dari Lagu Rapper Philadelphia
Jejak awal kemunculan “Six Seven” sebagai tren bisa dilacak kembali ke lagu berjudul “Doot Doot (6 7)” karya Skrilla, seorang rapper muda asal Philadelphia, Amerika Serikat. Dalam lagu tersebut, Skrilla berulang kali menyebut “six seven” dengan irama yang catchy dan cenderung nonsensikal—namun justru itulah yang membuatnya menempel di telinga.
Potongan audio dari lagu ini kemudian diunggah ulang oleh pengguna media sosial, terutama di TikTok, dan digunakan sebagai latar berbagai konten—mulai dari sketsa komedi, video challenge, hingga ekspresi reaksi berlebihan. Popularitasnya meledak karena sifatnya yang mudah diadaptasi, fleksibel, dan tak memerlukan konteks serius.
Kenapa Gen Z dan Alpha Suka Bahasa Gaul Tanpa Makna?
Bagi generasi muda, terutama Gen Z (lahir antara 1997–2012) dan Gen Alpha (lahir setelah 2012), bahasa bukan hanya alat komunikasi—tapi juga identitas sosial dan alat ekspresi kreatif. Kata-kata seperti “Six Seven”, “bucin”, “gabut”, “skibidi”, atau “rizz” lahir bukan untuk menyampaikan informasi literal, melainkan untuk:
Membangun rasa kebersamaan dalam kelompok,
Menunjukkan kekinian dalam berbahasa,
Mengekspresikan emosi atau suasana hati secara cepat,
Dan terkadang, sekadar bersenang-senang dengan absurditas.
Dalam dunia digital yang penuh tekanan dan informasi berlebihan, kehadiran ekspresi tanpa beban seperti “6 7” justru menjadi semacam pelarian—ruang di mana logika bisa dikendurkan, dan kekonyolan diterima sebagai bentuk kebebasan.