Akankah Film The Running Man 2025 Bakal Lanjut Season 2?
The runner-Instagram-
Film ini bukan hanya soal lari dan tembakan. Ini adalah cerita tentang bagaimana media bisa mengaburkan batas antara kemanusiaan dan eksploitasi. Bagaimana kita, sebagai penonton, bisa menjadi bagian dari kekejaman hanya karena kita terlalu nyaman untuk menekan tombol “skip ad” atau “next episode.” The Running Man 2025 mengajak kita bertanya: Jika kita menonton penderitaan orang lain sebagai hiburan, apakah kita masih layak disebut manusia?
Dengan arahan visual yang mengingatkan pada The Hunger Games dan Black Mirror, serta soundtrack yang memukau — menggabungkan nuansa elektronik gelap dan melodi piano yang menyayat hati — film ini menawarkan pengalaman sinematik yang tak hanya menghibur, tapi juga menggugah. Adegan-adegan lari di kota terpencil yang ditinggalkan, di tengah hujan deras dan lampu-lampu neon yang memantulkan bayangan para pemburu, menciptakan atmosfer yang begitu nyata hingga penonton merasa bisa merasakan dinginnya udara dan getaran napas Ben.
Karakter Ben Richards, diperankan dengan luar biasa oleh Glen Powell, membawa dimensi kemanusiaan yang langka dalam film aksi modern. Ia tidak berteriak-teriak. Ia tidak mengutuk. Ia hanya berjalan — dengan luka, dengan air mata, dengan harapan yang hampir padam. Dan Josh Brolin sebagai Killian? Ia adalah bayangan dari semua media yang memanfaatkan trauma. Tenang. Sempurna. Mengerikan.
The Running Man 2025 bukan hanya film. Ini adalah cermin. Dan di depan cermin itu, kita semua duduk — menonton.
Jika Anda pernah merasa terbius oleh konten kekerasan di media sosial, jika Anda pernah menganggap “itu hanya hiburan,” maka film ini adalah panggilan bangun dari mimpi buruk yang telah kita biarkan berlangsung terlalu lama.
Saksikan The Running Man 2025 di bioskop terdekat. Karena mungkin, setelah menontonnya, Anda tidak akan pernah lagi menonton hiburan dengan cara yang sama.