Viral! Siswi SMP di Muratara Jadi Korban Bullying, Arie Untung Geram: Semua Malah Acungin Jempol, Bukan Melerai!
bully-Tumisu/pixabay-
Fenomena Bullying di Sekolah: Masalah yang Tak Kunjung Usai
Kasus di Muratara bukanlah yang pertama, dan sayangnya, kemungkinan besar juga bukan yang terakhir. Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan bahwa kasus bullying di lingkungan sekolah terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Faktor pemicunya beragam—mulai dari tekanan sosial, kurangnya pengawasan guru, hingga pengaruh konten negatif di media sosial.
Baca juga: Album AmbiVert Raisa: Curahan Hati atau Sekadar Karya Seni di Tengah Isu Perceraian?
Psikolog pendidikan Dr. Lina Marlina, M.Psi., menjelaskan bahwa anak-anak usia remaja sangat rentan terpengaruh oleh dinamika kelompok. “Jika lingkungan sekolah tidak memberikan contoh yang baik, maka nilai-nilai seperti empati, toleransi, dan keberanian untuk menolong orang lain bisa dengan mudah tergerus,” katanya.
Apa yang Harus Dilakukan?
Para ahli sepakat bahwa pencegahan bullying memerlukan pendekatan holistik. Sekolah harus memiliki sistem pelaporan yang aman dan responsif, guru perlu dilatih dalam mengenali tanda-tanda kekerasan, dan orang tua harus aktif berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Selain itu, kampanye anti-bullying yang kreatif dan berkelanjutan juga perlu digalakkan agar pesan moral tersampaikan secara efektif.
Sementara itu, masyarakat juga memiliki peran penting. Seperti yang diingatkan Arie Untung, diam terhadap kekerasan sama saja dengan menjadi bagian dari masalah. “Kalau melihat ada yang digangguin, jangan cuma rekam—tapi bantu! Kalau nggak berani sendiri, laporkan ke guru atau orang dewasa,” imbuhnya.
Penutup: Saatnya Bertindak, Bukan Hanya Menonton
Kasus bullying di Muratara adalah cerminan nyata dari krisis moral yang sedang dihadapi generasi muda. Jika kita terus membiarkan budaya diam dan apatis berkembang, maka korban berikutnya bisa saja anak kita sendiri. Sudah saatnya semua pihak—sekolah, keluarga, pemerintah, dan masyarakat—berdiri bersama melawan kekerasan dalam bentuk apa pun.
Sebab, keberanian untuk melerai bukan hanya tindakan heroik—tapi juga bentuk nyata dari kemanusiaan yang sejati.