Rahmad Feriansyah Anaknya Siapa? Inilah Biodata Mahasiswa UB yang Diduga Lakukan Pelecehan Seksual dan Kekerasan pada Wanita, Bukan Orang Biasa di Malang?

tanda tanya-BlenderTimer BlenderTimer-
Rahmad Feriansyah Anaknya Siapa? Inilah Biodata Mahasiswa UB yang Diduga Lakukan Pelecehan Seksual dan Kekerasan pada Wanita, Bukan Orang Biasa di Malang?
Nama Rahmad Feriansyah kini menjadi sorotan publik nasional setelah muncul serangkaian tuduhan berat terkait pelecehan seksual, kekerasan fisik, hingga manipulasi emosional terhadap sejumlah perempuan. Yang membuat kasus ini semakin menghebohkan, Feriansyah bukanlah orang biasa—ia adalah mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Pelaksana Raja Brawijaya 2024, ajang bergengsi di kampus tersebut.
Kasus ini mencuat ke permukaan setelah akun media sosial X (dulu Twitter) bernama @jalannyamerah mengunggah kesaksian panjang sebagai korban sekaligus juru bicara bagi sejumlah perempuan lain yang mengalami nasib serupa. Unggahan tersebut langsung viral dan memicu gelombang kemarahan di kalangan mahasiswa, aktivis perempuan, hingga masyarakat luas yang menuntut keadilan.
Awal Mula Hubungan yang Berubah Jadi Mimpi Buruk
Korban pertama kali mengenal Feriansyah dalam sebuah kegiatan kampus. Awalnya, hubungan mereka terlihat biasa—sekadar teman sejawat yang saling akrab. Namun seiring waktu, dinamika hubungan berubah drastis. Feriansyah mulai menunjukkan sisi gelapnya: mengontrol, memberi ancaman halus, dan memanipulasi emosi korban hingga membuatnya merasa terjebak.
“Hubungan saya dengan Feri awalnya terasa biasa saja, tapi lama-lama diselimuti kontrol ketat, ancaman terselubung, dan manipulasi emosional yang membuat saya merasa tidak bisa lepas darinya,” ungkap korban dalam kesaksiannya yang dikutip pada Senin (13/10/2025).
Menurut psikolog sosial, pola seperti ini merupakan ciri khas coercive control—bentuk kekerasan psikologis yang bertujuan membuat korban kehilangan otonomi dan kepercayaan diri.
Puncak Kekerasan: Dari Fitnah hingga Penganiayaan Fisik
Situasi memburuk ketika korban dituduh menjalin hubungan dengan pria lain. Feriansyah, yang merasa “kehilangan kendali”, langsung menghubungi orang tua korban dan menyebarkan fitnah bahwa korban berperilaku tidak senonoh. Padahal, tuduhan itu sama sekali tidak berdasar.
Dalam satu insiden, Feriansyah mengajak korban pulang dan mengantarnya ke kosan hanya untuk “menaruh motor”. Namun selama perjalanan, ia justru melontarkan kata-kata kasar dan merendahkan.
Namun, puncak kekejaman terjadi ketika korban dipaksa mengikuti Feriansyah ke kontrakannya. Di sana, ia mengalami kekerasan fisik berulang kali.
“Feri melakukan banyak tindakan abusive—menjambak rambut saya, menendang, mendorong dengan kakinya, bahkan mencekik leher saya hingga saya menangis. Saya sudah memohon agar dia berhenti, tapi dia sama sekali tidak peduli,” tutur korban dengan suara bergetar.
Lebih mengerikan lagi, korban kemudian dipaksa meminum minuman keras hingga kehilangan kesadaran. Saat sadar, Feriansyah justru marah besar karena mengetahui korban sempat curhat ke temannya tentang kelakuan buruknya.
Pelanggaran Privasi dan Ancaman Penyebaran Konten Asusila
Dalam keadaan marah, Feriansyah membuka ponsel korban tanpa izin dan menemukan percakapan pribadi. Ia lalu mengamuk dan melanjutkan penganiayaan fisik dari pukul 07.00 hingga hampir pukul 09.00 pagi.
“Dia bilang sedang ‘tidak baik-baik saja’ karena reputasinya sedang buruk di kampus. Tapi bukan berarti dia boleh menyakiti saya seperti itu,” ujar korban.
Yang lebih mengejutkan, keesokan harinya Feriansyah mengirimkan video asusila yang direkam tanpa sepengetahuan korban melalui fitur view once di WhatsApp. Video tersebut digunakan sebagai alat pemerasan untuk memaksa korban tetap diam dan menuruti keinginannya.
“Saya marah dan meminta dia menghapus video itu. Tapi dia malah menghindar dan tidak memberikan respons sama sekali,” lanjutnya.