Identifikasi Korban Tragedi Ponpes Al-Khoziny Kian Rumit: Tim DVI Berjuang Lawan Waktu dan Degradasi DNA

Identifikasi Korban Tragedi Ponpes Al-Khoziny Kian Rumit: Tim DVI Berjuang Lawan Waktu dan Degradasi DNA

Yusuf-Instagram-

Identifikasi Korban Tragedi Ponpes Al-Khoziny Kian Rumit: Tim DVI Berjuang Lawan Waktu dan Degradasi DNA

Upaya mengungkap identitas para korban tragedi runtuhnya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, kini memasuki fase yang semakin kompleks dan menantang. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur menghadapi kendala serius akibat penurunan kualitas sampel DNA korban, yang dipengaruhi oleh faktor waktu dan kondisi lingkungan pasca-bencana.



Sejak kejadian tragis yang menewaskan puluhan santri dan pengurus ponpes pada awal Oktober lalu, tim DVI telah bekerja tanpa henti di RS Bhayangkara Surabaya untuk memastikan setiap jenazah dapat dikembalikan kepada keluarga dengan identitas yang akurat. Namun, proses tersebut kini menghadapi hambatan teknis yang tak bisa diabaikan: degradasi DNA akibat lamanya waktu antara kejadian dan pengambilan sampel biologis.

Degradasi DNA Jadi Tantangan Utama
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Timur, Kombes Pol Dr. Kusnan, menjelaskan bahwa kualitas sampel DNA korban telah mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahap awal identifikasi. Hal ini secara langsung memengaruhi kecepatan dan akurasi analisis laboratorium.

“Kendala utama saat ini terletak pada kualitas sampel DNA yang sudah tidak sebaik pada tahap awal identifikasi,” ujar Kusnan dalam konferensi pers di RS Bhayangkara Surabaya, Sabtu (11/10/2025).


Menurutnya, DNA yang terdegradasi—akibat paparan suhu tinggi, kelembapan, atau waktu penyimpanan yang lama—menjadi lebih sulit untuk dianalisis. Bahkan, dalam beberapa kasus ekstrem, hanya fragmen kecil DNA yang tersisa, sehingga memerlukan metode khusus dan waktu lebih lama untuk mendapatkan hasil yang valid.

Upaya Maksimal untuk Pertahankan Integritas Sampel
Untuk meminimalkan kerusakan lebih lanjut, seluruh jenazah yang belum teridentifikasi disimpan di ruang pendingin khusus dengan suhu di bawah nol derajat Celsius. Langkah ini bertujuan memperlambat proses dekomposisi dan menjaga integritas sampel biologis seoptimal mungkin.

“Kami ingin memastikan hasil identifikasi benar-benar valid hingga 99,99 persen. Karena itu, pemeriksaan DNA tetap menjadi langkah utama dalam proses ini,” tegas Kusnan.

Selain analisis DNA, tim DVI juga menerapkan pendekatan multidisiplin yang mencakup pencocokan data antemortem (sebelum kematian) dan postmortem (setelah kematian). Data tersebut meliputi rekam medis, riwayat kesehatan gigi (odontogram), tato, bekas luka, atau ciri fisik unik lainnya yang dilaporkan oleh keluarga korban.

Setiap informasi yang masuk diverifikasi secara berlapis oleh tim forensik, dokter gigi, dan ahli antropologi forensik untuk memastikan tidak terjadi kesalahan identifikasi—yang bisa berdampak emosional dan hukum yang sangat besar bagi keluarga yang berduka.

Waktu Identifikasi Tak Bisa Diprediksi
Menjawab pertanyaan awak media mengenai estimasi waktu penyelesaian proses identifikasi, Kusnan menyatakan bahwa pihaknya tidak bisa memberikan batas waktu pasti. Ia menjelaskan bahwa durasi analisis DNA sangat bergantung pada kondisi sampel.

“Berdasarkan pengalaman kami dalam penanganan bencana sebelumnya, pemeriksaan DNA bisa memakan waktu antara dua minggu hingga dua bulan,” ungkapnya. “Kami juga terus berkoordinasi intensif dengan Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri di Jakarta untuk mempercepat proses analisis dan verifikasi.”

Kusnan menekankan bahwa meski tekanan publik dan keluarga korban sangat besar, tim DVI tidak akan mengorbankan akurasi demi kecepatan. “Kami tidak ingin terburu-buru. Kesalahan sekecil apa pun dalam identifikasi bisa berdampak besar bagi keluarga korban. Karena itu, kami mohon mereka tetap bersabar,” katanya dengan penuh empati.

Progres Terkini: 51 Korban Teridentifikasi, 13 Masih Misterius
Hingga Sabtu (11/10/2025), tim DVI telah berhasil mengidentifikasi 51 korban dari total 67 kantong jenazah yang diterima dari lokasi kejadian. Namun, masih tersisa 13 kantong jenazah yang belum bisa dipastikan identitasnya. Di sisi lain, laporan kehilangan yang masuk ke posko terpadu mencapai 63 orang, menunjukkan adanya kemungkinan beberapa korban belum ditemukan atau belum masuk dalam daftar jenazah yang dievakuasi.

Baca juga: Mengungkap Misteri Viral: Mengapa Harimau Bisa Takut pada Kucing? Fakta, Mitos, dan Teori di Balik Video TikTok yang Bikin Heboh

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya