Skandal Tetangga Berujung Hoaks: Benarkah Nurul Sahara Mantan LC? Ini Fakta di Balik Viralnya Konflik dengan Yai MIM

Zahara-Instagram-
Skandal Tetangga Berujung Hoaks: Benarkah Nurul Sahara Mantan LC? Ini Fakta di Balik Viralnya Konflik dengan Yai MIM
Perseteruan antara dua tetangga di Kota Malang, Nurul Sahara—pemilik usaha rental mobil—dan Imam Muslimin (dikenal publik sebagai Yai MIM), mantan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, kini menjadi sorotan nasional. Namun, yang awalnya hanya konflik soal parkir mobil berubah menjadi perang narasi pribadi yang melibatkan tuduhan sensitif, termasuk isu bahwa Sahara pernah menjadi Lady Companion (LC). Sayangnya, tuduhan tersebut justru muncul bukan dari mulut Yai MIM, melainkan viral di media sosial tanpa bukti konkret.
Awal Mula Konflik: Dari Parkir Mobil hingga Tuduhan Pelecehan
Menurut versi Yai MIM, konflik bermula dari kebiasaan Sahara yang kerap memarkirkan mobil di depan rumahnya. Ia mengaku merasa terganggu karena akses keluar-masuk rumahnya terhalang. Sebaliknya, Sahara membantah klaim tersebut dan justru menuduh Yai MIM telah melakukan pelecehan verbal terhadap dirinya. Kedua pihak pun mulai saling melontarkan pernyataan di media sosial, memicu perdebatan sengit di kalangan netizen.
Namun, alih-alih fokus pada substansi masalah, publik justru lebih tertarik pada narasi personal yang berkembang liar. Di tengah hiruk-pikuk perdebatan, muncul tuduhan mengejutkan: Sahara disebut-sebut pernah menjadi Lady Companion—profesi yang umumnya dikaitkan dengan pendamping tamu di tempat hiburan malam seperti karaoke.
Jejak Digital yang Diragukan: Foto Lawas atau Hoaks?
Pemicu utama viralnya isu ini adalah unggahan di akun Facebook milik Ahmad Muslimin (diduga kerabat Yai MIM), yang membagikan dua foto berdampingan. Foto pertama menampilkan sekelompok wanita berpakaian glamor, diduga bekerja sebagai LC. Foto kedua adalah potret wajah Nurul Sahara. Postingan tersebut langsung memicu spekulasi luas bahwa salah satu wanita dalam foto kelompok itu adalah Sahara.
Namun, hingga berita ini diturunkan, tidak ada bukti valid yang bisa menghubungkan Sahara dengan foto tersebut. Tidak ada metadata, tanggal, lokasi, atau kesaksian yang bisa memverifikasi klaim tersebut. Bahkan, para ahli digital forensik yang dimintai pendapat menyatakan bahwa kemungkinan besar foto tersebut merupakan konten lama yang sengaja diedit atau dikait-kaitkan tanpa dasar.
“Ini klasik. Di era digital, foto lama bisa dengan mudah dipakai untuk menjatuhkan reputasi seseorang tanpa verifikasi,” ujar seorang pengamat media sosial yang enggan disebut namanya.