Profil Tampang CEO yang Diduga Membunuh Yoon Jia Tiktoker Asal Korea Selatan yang Tewas 30 Menit Setelah Live

Profil Tampang CEO yang Diduga Membunuh Yoon Jia Tiktoker Asal Korea Selatan yang Tewas 30 Menit Setelah Live

Jia-Instagram-


Profil Tampang CEO yang Diduga Membunuh Yoon Jia Tiktoker Asal Korea Selatan yang Tewas 30 Menit Setelah Live

Dunia media sosial, khususnya TikTok, sedang diguncang oleh kabar duka yang mengejutkan sekaligus mengerikan. Yoon Jia, seorang konten kreator asal Korea Selatan yang populer di kalangan pengguna TikTok Indonesia dan global, ditemukan tewas hanya 30 menit setelah melakukan siaran langsung terakhirnya pada 11 September 2025. Lebih mengejutkan lagi, pelaku pembunuhan ternyata bukan orang sembarangan—ia adalah seorang CEO perusahaan IT bernama Choi, yang selama ini mengaku ingin membantu Yoon Jia mengembangkan karier digitalnya.



Kasus ini bukan hanya menjadi sorotan di Korea Selatan, tetapi juga menggemparkan komunitas kreator konten di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pasalnya, Yoon Jia dikenal sebagai figur yang ceria, aktif, dan kerap berinteraksi langsung dengan penggemarnya melalui sesi live streaming. Siapa sangka, di balik senyum dan tawa yang ditampilkan di layar, tersimpan ancaman mematikan yang berujung pada tragedi tragis ini.

Kronologi Mencekam: Dari Live Streaming hingga Penemuan Jasad di Gunung
Menurut laporan dari Sports Chosun yang dikutip pada Minggu, 5 Oktober 2025, Yoon Jia terakhir kali tampil di akun TikTok pribadinya, @yoonjia102, pada siang hari tanggal 11 September. Siaran langsung tersebut berlangsung normal seperti biasa—ia berbagi tips konten, bercanda dengan pengikutnya, dan bahkan sempat menyebut rencana kolaborasi baru. Namun, tak ada yang menyangka bahwa itu adalah penampilan terakhirnya.

Sekitar pukul 15.27 waktu setempat, tepat 30 menit setelah sesi live-nya berakhir, Yoon Jia dinyatakan meninggal dunia. Jasadnya ditemukan di sebuah bukit terpencil di Muju, Provinsi Jeolla Utara—lokasi yang jauh dari tempat tinggalnya dan sulit dijangkau tanpa kendaraan pribadi. Kondisi tubuh korban sangat mengenaskan: penuh luka memar dan tanda kekerasan fisik.


Hasil otopsi yang dirilis oleh pihak berwenang menyatakan bahwa penyebab kematian utama adalah asfiksia mekanis akibat tekanan kuat pada leher, yang mengindikasikan adanya upaya pencekikan atau strangulasi. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa kematian Yoon Jia bukanlah kecelakaan, melainkan pembunuhan berencana.

Rekaman CCTV yang Mengungkap Detik-Detik Terakhir Hidupnya
Salah satu bukti kunci dalam penyelidikan ini adalah rekaman kamera pengawas (CCTV) yang menangkap momen mencekam sebelum kematian Yoon Jia. Menurut kesaksian ibu korban, rekaman tersebut menunjukkan putrinya berusaha keluar dari mobil di sebuah area parkir terpencil.

“Detektif bilang kamera menangkap dia mencoba keluar dari mobil pukul 15.27, tapi pintunya langsung ditutup paksa oleh seseorang,” ungkap sang ibu dengan suara bergetar saat diwawancarai media lokal.

Rekaman itu menjadi petunjuk vital yang mengarahkan polisi kepada tersangka utama: Choi, seorang pria berusia 50 tahun yang mengaku sebagai CEO sebuah perusahaan teknologi informasi ternama di Seoul. Awalnya, Choi tampil sebagai sosok dermawan dan mentor yang ingin membantu Yoon Jia meningkatkan jumlah pengikut serta pendapatan dari platform media sosial.

Namun, di balik citra pengusaha sukses itu, tersimpan kenyataan gelap: Choi ternyata sedang terlilit utang besar dan menggunakan kedekatannya dengan para kreator muda untuk kepentingan pribadi. Ia kerap memanipulasi korban dengan janji kolaborasi, kontrak eksklusif, hingga tawaran investasi—semua demi mempertahankan citra palsunya di mata publik.

Hubungan Toksik yang Berujung pada Kematian
Menurut penyelidikan lebih lanjut, hubungan antara Yoon Jia dan Choi telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Sumber terdekat mengungkapkan bahwa Yoon Jia mulai merasa tidak nyaman dengan sikap Choi yang semakin mengontrol—mulai dari isi konten yang harus dibuat, jam kerja, hingga siapa saja yang boleh diajak berinteraksi di media sosial.

“Yoon sebenarnya sudah lama ingin mengakhiri kerja sama dengan Choi. Dia merasa terkekang dan takut,” ungkap seorang teman dekat korban yang meminta namanya dirahasiakan.

Rencana Yoon Jia untuk memutus hubungan profesional dengan Choi tampaknya memicu kemarahan sang CEO. Polisi menduga bahwa pembunuhan ini adalah bentuk balas dendam karena merasa “dikhianati” setelah investasi waktu dan uang—meski sebenarnya fiktif—tidak membuahkan hasil sesuai harapannya.

Respons Publik dan Seruan untuk Perlindungan Kreator Digital
Kematian tragis Yoon Jia memicu gelombang duka dan kemarahan di dunia maya. Tagar #JusticeForYoonJia dan #ProtectContentCreators sempat menjadi tren di berbagai platform media sosial, termasuk Twitter, Instagram, dan TikTok. Banyak kreator muda, terutama perempuan, mulai bersuara tentang pentingnya batasan profesional dan sistem perlindungan dalam industri konten digital.

Asosiasi Kreator Konten Korea Selatan (KCCA) bahkan mengeluarkan pernyataan resmi yang menyerukan pemerintah untuk segera merevisi regulasi kerja sama antara influencer dan agen atau perusahaan manajemen. Mereka menekankan perlunya transparansi kontrak, pendampingan hukum, serta mekanisme pelaporan dini terhadap pelecehan atau eksploitasi.

Di Indonesia, komunitas TikToker juga mengadakan diskusi daring untuk membahas isu keamanan digital dan bahaya hubungan kerja yang tidak seimbang. “Kasus ini adalah peringatan keras bagi kita semua,” kata Rani, seorang konten kreator asal Bandung. “Jangan pernah ragu untuk berkata ‘tidak’ jika merasa tidak nyaman, meski lawan bicara kita tampak berkuasa.”

Baca juga: Yoon Jia Anaknya Siapa? Inilah Tiktoker Asal Korea Selatan yang Tewas 30 Menit Setelah Live Diduga Dibunuh CEO, Bukan Orang Sembarangan?

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya