Drama Penyelamatan di Tengah Reruntuhan Ponpes Al Khoziny: 4 Santri Selamat Setelah 48 Jam Terkubur

Yusuf-Instagram-
Penanganan Medis dan Dukungan Multisektor
Korban selamat langsung dilarikan ke RSUD Notopuro Sidoarjo untuk mendapatkan perawatan intensif. Sementara jenazah korban dibawa ke RS Siti Hajar guna proses identifikasi dan otopsi. Hingga Rabu malam, total 18 korban telah berhasil dievakuasi—dengan rincian 4 selamat dan 14 meninggal dunia, termasuk satu korban yang belum teridentifikasi.
Operasi penyelamatan ini melibatkan ratusan personel dari berbagai unsur: Basarnas Surabaya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, TNI, Polri, Palang Merah Indonesia (PMI), Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar), serta puluhan organisasi relawan dan potensi SAR lokal. Sinergi lintas sektor ini menjadi tulang punggung keberhasilan operasi SAR.
“Kerja sama semua pihak inilah yang membuat setiap nyawa yang berhasil diselamatkan menjadi harapan baru di tengah duka besar ini,” tegas Bramantyo.
Daftar Korban Meninggal Dunia
Hingga saat ini, lima korban meninggal dunia telah berhasil diidentifikasi, yaitu:
Maulana Alfian Ibrahim (13 tahun), warga Pabean Cantian, Surabaya
Mochammad Mashudulhag, berasal dari Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya
Muhammad Soleh, beralamat di Jalan Madura, Tanjung Pandan, Bangka Belitung
Rafi Catur Okta Mulya Pamungkas (17 tahun), warga Putat Jaya, Surabaya
Satu korban masih dalam proses identifikasi oleh tim forensik
Refleksi Tragedi: Panggilan untuk Standar Bangunan yang Lebih Aman
Tragedi ambruknya Ponpes Al Khoziny bukan hanya soal bencana, tapi juga cerminan pentingnya pengawasan terhadap standar keamanan bangunan, terutama di lembaga pendidikan yang menampung ratusan anak. Banyak pihak kini menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap infrastruktur pondok pesantren di seluruh Indonesia.
Sementara itu, operasi pencarian korban masih terus berlangsung. Tim SAR belum mengumumkan akhir operasi karena masih ada kemungkinan korban lain terperangkap di bawah reruntuhan. Masyarakat diminta tetap bersabar dan memberikan doa terbaik bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Di tengah duka, kisah penyelamatan Haikal, Wahyudi, Al Fatih, Putra, dan Rosi menjadi pengingat bahwa harapan tak pernah benar-benar padam—selama ada kegigihan, solidaritas, dan semangat kemanusiaan yang terus menyala.