Drama Penyelamatan di Tengah Reruntuhan Ponpes Al Khoziny: 4 Santri Selamat Setelah 48 Jam Terkubur

Yusuf-Instagram-
Drama Penyelamatan di Tengah Reruntuhan Ponpes Al Khoziny: 4 Santri Selamat Setelah 48 Jam Terkubur
Di tengah debu, reruntuhan beton, dan ketegangan yang menyayat hati, tim gabungan SAR (Search and Rescue) berhasil menorehkan kisah heroik yang mengharukan. Setelah lebih dari 48 jam tanpa henti menyisir puing-puing Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, empat nyawa berhasil diselamatkan dari cengkeraman maut. Momen dramatis ini menjadi secercah harapan di tengah duka mendalam akibat ambruknya bangunan asrama santri pada awal pekan ini.
Peristiwa tragis yang terjadi pada Senin (30/8/2025) sekitar pukul 10.00 WIB itu menewaskan dan melukai puluhan santri. Bangunan asrama dua lantai yang diduga tidak memenuhi standar keamanan struktural tiba-tiba runtuh saat para santri sedang beraktivitas. Sejak saat itu, ratusan personel SAR dari berbagai instansi dikerahkan untuk mencari dan mengevakuasi korban yang masih terperangkap di dalam reruntuhan.
Evakuasi Penuh Risiko di Bawah Reruntuhan Tak Stabil
Rabu malam (1/9/2025) menjadi hari penuh emosi bagi seluruh tim SAR. Di bawah koordinasi Direktur Operasi Badan SAR Nasional (Basarnas), Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo yang bertindak sebagai SAR Mission Coordinator (SMC), operasi evakuasi memasuki fase paling krusial. Tim fokus pada sektor pencarian Site A1—lokasi yang diyakini menjadi tempat terakhir beberapa korban terjebak.
“Kondisi reruntuhan sangat tidak stabil. Setiap gerakan kecil berisiko memicu longsoran susulan. Kami harus ekstra hati-hati,” ungkap Bramantyo dalam konferensi pers darurat di lokasi kejadian.
Untuk menjangkau korban, tim SAR harus membuka jalur evakuasi sempit sedalam 80 sentimeter dengan diameter hanya 60 sentimeter. Jalur itu begitu sempit hingga personel hanya bisa merayap masuk dengan posisi tengkurap. Tak jarang, satu anggota tim harus bertahan dalam posisi tersebut selama hingga tiga jam demi menjangkau korban yang terkubur.
Detik-Detik Menegangkan: Dari Duka ke Harapan
Pukul 14.48 WIB, suasana di lokasi sempat muram ketika korban ke-12 ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Namun, harapan kembali menyala hanya 34 menit kemudian. Pada pukul 15.22 WIB, tim SAR berhasil mengevakuasi Haikal—seorang santri berusia 15 tahun—dalam keadaan selamat. Sorak sorai kelegaan pun pecah di antara para relawan dan warga yang memantau dari luar area evakuasi.
Keberhasilan ini menjadi momentum penting yang memacu semangat tim. Pada pukul 18.05 WIB, Muhammad Wahyudi berhasil dikeluarkan dalam kondisi sadar dan stabil. Tak lama berselang, pukul 18.40 WIB, giliran Al Fatih yang diselamatkan. Meski sempat diwarnai duka dengan ditemukannya korban ke-16 dalam kondisi meninggal dunia pukul 18.50 WIB, tim tidak patah semangat.
Harapan kembali menguat saat pukul 19.16 WIB, Putra berhasil dievakuasi hidup-hidup. Dan puncaknya, pukul 20.20 WIB, Rosi—korban ke-18—menjadi santri terakhir yang berhasil diselamatkan pada hari itu. Total, empat korban berhasil diselamatkan dalam kondisi hidup pada Rabu malam.
Komunikasi dan Semangat Jadi Kunci Bertahan Hidup
Salah satu faktor krusial yang membuat para korban mampu bertahan lebih dari dua hari di bawah reruntuhan adalah komunikasi intensif antara tim SAR dan korban. Melalui celah sempit, tim terus memberikan dorongan semangat, menyalurkan air mineral, dan bahkan makanan ringan agar para korban tetap memiliki kekuatan fisik dan mental.
“Mereka terus berbicara dengan kami. Kami beri tahu bahwa bantuan sedang dalam perjalanan. Itu membuat mereka tidak menyerah,” kata salah satu anggota tim SAR yang enggan disebut namanya.
Baca juga: Melamar Kerja di PLN 2025: Boleh Pakai SKL? Wajib TOEFL? Ini Syarat Lengkap & Tips Lolos Seleksi!