Bima Permana Putra Anaknya Siapa? Inilah Sosok Pedemo yang Diduga Hilang Ternyata Ditemukan di Malang saat Sedang Jualan Mainan, Bukan Orang Sembarangan?

Bima Permana Putra Anaknya Siapa? Inilah Sosok Pedemo yang Diduga Hilang Ternyata Ditemukan di Malang saat Sedang Jualan Mainan, Bukan Orang Sembarangan?

Bima-Instagram-

Bima Permana Putra Anaknya Siapa? Inilah Sosok Pedemo yang Diduga Hilang Ternyata Ditemukan di Malang saat Sedang Jualan Mainan, Bukan Orang Sembarangan?
Apa yang awalnya diduga sebagai kasus penghilangan paksa pasca-demonstrasi akhir Agustus 2025, kini terkuak sebagai kisah personal yang penuh kejutan. Bima Permana Putra (29), salah satu dari tiga pria yang dilaporkan hilang oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), ditemukan dalam kondisi sehat dan sedang berjualan barongsai mini di depan Kelenteng Eng An Kiong, Kota Malang, Jawa Timur.

Penemuan ini bukan hasil operasi penyelamatan dramatis, melainkan rangkaian perjalanan spontan seorang pemuda yang memilih “menghilang” demi mencari makna baru dalam hidupnya — jauh dari hiruk-pikuk Jakarta, jauh dari rutinitas pekerjaan, dan jauh dari ekspektasi orang-orang di sekitarnya.



Awal Mula: Pekerja Gudang yang Tiba-Tiba Menghilang
Sebelum memulai petualangannya, Bima adalah seorang staf maintenance peralatan cool storage di gudang penyimpanan ikan milik PT. RAS di Penjaringan, Jakarta Utara. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Brigadir Jenderal Pol. Ade Ary Syam Indradi, Bima tinggal di mes perusahaan selama periode 28 hingga 30 Agustus 2025 — hari-hari terakhir sebelum ia memutuskan untuk “menghilang”.

Tidak ada tanda-tanda kekerasan, ancaman, atau tekanan dari pihak manapun. Tidak ada laporan kehilangan dari keluarga atau rekan kerja. Bahkan, pihak perusahaan mengaku tidak menyadari kepergian Bima hingga beberapa hari kemudian, karena ia tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan.

Langkah Pertama: Motor Aerox dan Perjalanan ke Tegal
Pada 1 September 2025, Bima memulai perjalanannya. Ia mengendarai sepeda motor Honda Aerox miliknya dari Jakarta menuju Tegal, Jawa Tengah — sebuah keputusan yang terkesan spontan, namun direncanakan dengan cukup matang.


Setibanya di Tegal, ia langsung mencari penginapan. Namun, yang mengejutkan, Bima tidak berniat tinggal lama. Ia justru menjual motornya secara Cash on Delivery (COD) di depan hotel tempatnya menginap, dengan harga Rp5 juta — jauh di bawah harga pasaran. Uang hasil penjualan itulah yang kemudian menjadi modal awal perjalanannya.

Naik Kereta ke Malang: Titik Balik Sebuah Petualangan
Keesokan harinya, 2 September 2025, Bima memesan ojek online menuju Stasiun Tegal. Dari sana, ia naik kereta api jurusan Malang. Tidak ada tujuan spesifik saat itu — hanya sebuah dorongan untuk pergi sejauh mungkin dari rutinitas.

Sesampainya di Malang, Bima tidak langsung mencari hotel. Ia memilih beristirahat dulu di Pom Bensin Mergosono — tempat yang kemudian menjadi “basecamp”-nya selama dua minggu ke depan. Di sana, ia memesan kamar di Hotel Java Boutique via aplikasi Traveloka untuk dua malam, memberinya waktu untuk mengeksplorasi kota dan merancang langkah selanjutnya.

Kelenteng Eng An Kiong: Panggung Baru Seorang Mantan Teknisi
Tanggal 5 September 2025 menjadi titik balik hidup Bima. Ia membeli sebuah barongsai mini seharga Rp400.000 dari TikTok Shop — platform yang kini jadi andalan banyak UMKM. Dengan modal nekat dan sedikit kreativitas, Bima mulai berjualan di depan Kelenteng Eng An Kiong, salah satu situs budaya Tionghoa tertua di Malang.

“Yang bersangkutan mulai berjualan barongsai yang dibelinya dari akun TikTok Shop seharga Rp400.000,” ungkap Ade Ary dalam konferensi pers, Rabu (17/9/2025).

Setiap hari, dari pagi hingga sore, Bima berdiri di depan kelenteng, menawarkan barongsai mini kepada pengunjung, turis, dan warga lokal. Ia tidur di pom bensin, mandi di tempat umum, dan makan seadanya. Tapi menurut saksi mata, ia selalu tersenyum, ramah, dan tak pernah mengeluh.

Dua Minggu di Malang: Hidup Sederhana, Jiwa Merdeka
Dari 5 hingga 16 September 2025, Bima menjalani rutinitas barunya: bangun pagi, ke kelenteng, jualan, istirahat siang, jualan lagi, lalu kembali ke Pom Bensin Mergosono untuk tidur. Ia tidak menggunakan ponsel, tidak menghubungi keluarga, dan tidak memperdulikan media sosial.

Bagi banyak orang, ini mungkin terdengar seperti pelarian. Tapi bagi Bima, ini adalah bentuk kebebasan. Ia tidak kabur dari tanggung jawab — ia sedang mencari versi dirinya yang lebih autentik.

“Dia bilang ke saya, ‘Saya butuh istirahat dari semua ini. Bukan karena tekanan, tapi karena jiwa saya lelah,’” ujar seorang pedagang di sekitar kelenteng yang sempat berbincang dengan Bima.

Ditemukan oleh Tim Gabungan Polda Metro Jaya
Pada Rabu, 17 September 2025, pukul 13.55 WIB, tim Subdit Resmob Polda Metro Jaya berhasil menemukan Bima sedang duduk santai di depan Kelenteng Eng An Kiong, dikelilingi oleh beberapa barongsai mini yang belum laku. Ia tidak melawan, tidak panik, bahkan menyambut polisi dengan senyum.

“Saya tidak hilang. Saya hanya ingin pergi sebentar,” katanya santai kepada petugas.

Setelah diverifikasi identitas dan kondisinya, polisi memastikan Bima dalam keadaan sehat secara fisik dan mental. Tidak ada indikasi kekerasan, pemaksaan, atau pelanggaran hukum. Ia bahkan menolak dibawa pulang segera, meminta waktu untuk menyelesaikan “misinya” di Malang.

Respons KontraS dan Keluarga: Lega tapi Bingung
KontraS, yang sebelumnya melaporkan Bima sebagai korban potensial penghilangan paksa, menyambut baik penemuan ini. Namun, mereka juga menegaskan pentingnya transparansi dan komunikasi dari pihak keluarga maupun individu agar tidak terjadi kepanikan publik.

Sementara itu, pihak keluarga Bima mengaku lega, tapi juga bingung. “Kami kira dia diculik atau ditahan. Ternyata... jualan barongsai di Malang,” ujar adiknya, Rina Permana, sambil tertawa kecil saat dihubungi via telepon.

Refleksi: Ketika “Hilang” Bukan Berarti “Dihilangkan”
Kasus Bima Permana Putra menjadi pengingat bahwa tidak semua orang yang “hilang” berarti menjadi korban kekerasan atau pelanggaran HAM. Terkadang, “menghilang” adalah cara seseorang menemukan dirinya kembali — meskipun caranya terkesan ekstrem.

Baca juga: Apakah Film Korea Pretty Crazy 2025 Dibintangi Im Yoona dan Ahn Bo Hyun Bakal Lanjut Season 2?

TAG:
Sumber:

Berita Lainnya