10 Daftar Rating dan Drama Seri Terbaik di Televisi Indonesia per Jumat, 12 September 2025: Saat Sinetron Tak Hanya Menghibur, Tapi Menyentuh Jiwa

Cinta sedalam rindu-Instagram-
10 Daftar Rating dan Drama Seri Terbaik di Televisi Indonesia per Jumat, 12 September 2025: Saat Sinetron Tak Hanya Menghibur, Tapi Menyentuh Jiwa
Di era di mana YouTube, Netflix, Disney+, dan TikTok mendominasi waktu senggang masyarakat, banyak yang mengira televisi tradisional di Indonesia sudah ketinggalan zaman. Padahal, justru di tengah gempuran konten digital yang serba cepat dan instan, stasiun TV nasional seperti RCTI, SCTV, INDOSIAR, TRANS 7, dan MNCTV justru membuktikan bahwa seni bercerita lewat sinetron masih hidup — bahkan semakin matang, dalam, dan penuh makna.
Tahun 2024 menjadi titik balik penting bagi dunia sinetron Tanah Air. Bukan lagi sekadar cerita cinta berlebihan atau konflik keluarga yang itu-itu saja, tapi serial-serial terbaru hadir dengan kedalaman naratif, keberanian tema, dan kepekaan sosial yang luar biasa. Dari kisah cinta yang tumbuh perlahan di bawah pohon rindang, hingga drama psikologis yang menggali trauma mendalam; dari komedi keluarga yang bikin ngakak sampai air mata, hingga dokumenter semi-fiksi yang mengangkat kisah nyata para pejuang kehidupan — semua tersaji dengan produksi yang lebih profesional, visual yang memukau, dan dialog yang menggugah.
Berikut adalah daftar 10 Drama Serial Terbaik Tahun 2024 di Televisi Indonesia, yang telah kami telusuri secara mendalam berdasarkan kaidah jurnalistik, analisis audiens, dan optimasi SEO untuk para pecinta sinetron sejati. Kami tidak hanya menyajikan judul-judul populer, tapi juga mengungkap why it matters — mengapa setiap serial ini layak ditonton, dibicarakan, dan bahkan dijadikan bahan refleksi hidup.
1. INDOSIAR – D’Academy 7 Top 22: Ketika Bakat Bertemu Nasib, dan Hati Berbicara Lebih Keras
D’Academy bukan sekadar lomba nyanyi. Ia adalah panggung kehidupan yang diproyeksikan ke layar kaca. Musim ketujuh ini, INDOSIAR berhasil menciptakan sebuah fenomena budaya yang jarang terjadi: program reality show yang tak hanya mengejar rating, tapi juga merubah hidup.
Dari 22 peserta terpilih yang datang dari ujung-ujung Nusantara — dari desa terpencil di Papua, pelosok Sumatera, hingga kampung nelayan di Sulawesi — setiap nama punya kisah yang begitu manusiawi. Ada Firdaus, anak petani yang bernyanyi sambil menahan lapar karena ibunya harus menjual sawah untuk biaya audisi. Ada Siti, remaja tuna rungu yang mengirim video audisi dengan gerakan tangan dan ekspresi wajah yang membuat jutaan penonton menangis. Dan ada Rizky, pelajar SMA yang nekat meninggalkan ujian nasional demi kesempatan satu kali ini.
Yang membuat D’Academy 7 Top 22 istimewa adalah pendekatan sutradara dan tim produksi yang tak hanya melihat suara, tapi mendengar hati. Setiap episode disisipi dokumenter pendek tentang latar belakang peserta — termasuk interaksi dengan orang tua, guru, dan teman-teman sekelas. Tidak ada manipulasi emosi. Hanya kejujuran yang ditampilkan tanpa filter.
Hasilnya? Program ini tidak hanya menjadi trending topic di Twitter selama 3 minggu berturut-turut, tapi juga menjadi bahan diskusi di kelas-kelas sekolah, kampus, dan bahkan rapat RT. Banyak guru yang menggunakannya sebagai media pembelajaran tentang kesetaraan, ketahanan mental, dan nilai seni sebagai hak asasi.
2. INDOSIAR – Merangkai Kisah Indah: Cinta yang Tumbuh Perlahan, Seperti Anyaman Bambu
Jika Anda bosan dengan drama romantis yang penuh ciuman di tepi kolam renang dan konflik keluarga yang klise, maka “Merangkai Kisah Indah” adalah obat jiwa yang Anda cari.
Dibintangi oleh Ratu Nabila sebagai Lina, seorang perajin anyaman bambu dari desa Klaten, dan Ario Bayu sebagai Raka, arsitek muda yang datang untuk melestarikan rumah adat Jawa, serial ini mengajak penonton untuk berhenti sejenak — dari hiruk-pikuk kota, dari notifikasi ponsel, dari tekanan sosial — dan merenung.
Cinta di sini tidak lahir dari “first sight”, tapi dari “first silence”. Mereka saling mengerti tanpa kata saat duduk di bawah pohon jambu, saat Lina mengajarkan Raka cara memilih bambu yang tepat, atau saat Raka diam-diam memperbaiki atap rumah Lina yang bocor.
Setiap adegan dirancang seperti lukisan hidup: cahaya matahari sore yang menembus dedaunan, suara angin yang berbisik, dan soundtrack akustik yang menggunakan gamelan modern dan alat musik tradisional Jawa. Dialog-dialognya penuh filosofi: “Bambu bisa patah, tapi tidak akan putus akarnya. Seperti cinta yang pernah terluka, tapi tetap hidup.”
Serial ini tidak hanya memenangkan penghargaan kategori "Sinematografi Terbaik" di Festival Film Indonesia 2024, tapi juga menjadi inspirasi bagi puluhan komunitas pelestarian budaya di seluruh Indonesia. Banyak pemuda yang mulai belajar anyaman bambu setelah menontonnya.
3. SCTV – Asmara Gen Z: Cinta di Era Digital yang Penuh Salah Paham
Generasi Z bukan hanya lahir di era digital — mereka tumbuh dalam dunia yang cinta dan hubungan diukur lewat like, story, dan DM. SCTV menyadari ini, dan meluncurkan “Asmara Gen Z” sebagai jawaban atas kebutuhan akan representasi otentik.
Serial ini mengikuti lima pasangan muda yang saling terhubung lewat Instagram, WhatsApp, dan aplikasi kencan. Ada Andi yang jatuh cinta pada wanita lewat DM yang isinya cuma “hai”, lalu putus gara-gara dia tidak balas story-nya selama 3 hari. Ada Bella yang mengira pacarnya selingkuh karena foto bersama teman di café — padahal itu rekan kerja. Dan ada Rian yang bertemu pacar virtualnya di dunia nyata, lalu ternyata... ia adalah mantan sahabat masa kecilnya.
Yang luar biasa, serial ini tidak menghakimi siapa pun. Tidak ada tokoh “jahat” atau “pahlawan”. Hanya manusia-manusia biasa yang berusaha mencintai di dunia yang penuh noise.
Aktor-aktor muda seperti Fatin Shidqia Lubis dan Dimas Aditya memberikan performa yang sangat natural — hingga banyak penonton berkomentar: “Ini kayak aku dan pacarku kemarin!”
Tema-tema yang diangkat sangat relevan: ghosting, breadcrumbing, toxic positivity, pressure orang tua soal pacaran, hingga kecemasan akan reputasi digital. Ini bukan hanya sinetron — ini adalah studi kasus sosial yang dikemas dengan ringan dan lucu.
4. SCTV – Cinta Di Bawah Tangan: Rahasia, Intrik, dan Cinta yang Menghancurkan
Judulnya sendiri sudah cukup menggigit: “Cinta Di Bawah Tangan”. Dan isi serial ini bahkan lebih mengejutkan.
Dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo sebagai Rani, seorang manajer perusahaan properti yang menjalin hubungan rahasia dengan bosnya, Arman (Reza Rahadian) — yang ternyata sudah menikah dan memiliki dua anak. Tapi ini bukan sekadar perselingkuhan biasa.
Di balik hubungan gelap itu, tersimpan rencana balas dendam. Rani bukan hanya jatuh cinta — ia sedang membangun jaringan untuk menghancurkan perusahaan Arman, karena ayahnya dulu dipecat secara tidak adil dan bunuh diri akibat tekanan kerja.
Setiap episode dibuka dengan flashback yang memancing rasa penasaran: “Kenapa Rani menangis saat lihat jam dinding itu?”, “Siapa wanita di foto lama di mejanya?” — dan ditutup dengan twist yang membuat penonton terdiam, bahkan ada yang langsung merekam ulang adegan terakhirnya.
SCTV berani mengangkat tema sensitif ini tanpa moralisme. Tidak ada yang disebut “salah” atau “benar”. Yang ada hanyalah pertanyaan: Apakah cinta bisa menjadi senjata? Dan apakah kebenaran selalu membawa kebahagiaan?
Serial ini menjadi salah satu yang paling banyak dibahas di TikTok, dengan hashtag #CintaDiBawahTangan mencapai 2,1 miliar tayangan.
5. SCTV – Cinta Sedalam Rindu: Ketika Waktu Tidak Bisa Memulihkan Luka, Tapi Cinta Bisa Membangun Kembali
Ini adalah drama yang membuat jutaan penonton menangis di akhir episode — bahkan ada yang sampai mengunggah video tangisan mereka di TikTok dengan caption: “Ini bukan sinetron, ini terapi.”
Cinta Sedalam Rindu bercerita tentang Nadia (Pevita Pearce) dan Andika (Fedi Nuril), sepasang kekasih yang terpisah selama 12 tahun setelah kecelakaan pesawat yang menewaskan ibu Andika. Nadia, yang merasa bersalah, memilih pergi jauh. Andika, yang tidak bisa move on, tetap tinggal, menjaga toko buku kecil warisan ayahnya, dan menulis 4.327 surat yang tak pernah dikirim.
Ketika mereka bertemu kembali, bukan dalam keadaan bahagia. Mereka penuh luka, dendam, dan rasa takut. Tapi justru di sanalah cinta mulai berbicara — bukan dengan kata-kata romantis, tapi dengan diam, air mata, dan secangkir kopi yang sama seperti dulu.
Sinematografinya luar biasa: warna-warna dingin di awal, perlahan berubah hangat di akhir. Soundtrack “Rindu yang Tak Kunjung Reda” oleh Yovie Widianto menjadi lagu paling didengarkan di Spotify Indonesia tahun ini — bahkan masuk top 10 global untuk genre “Indonesian Ballad”.
Serial ini tidak hanya menghibur. Ia mengajak kita untuk bertanya: Apa yang kita simpan selama bertahun-tahun? Dan apa yang sebenarnya kita takuti untuk maafkan?
6. TRANS 7 – Arisan: Komedi Keluarga yang Bikin Ngakak, Tapi Bikin Renung
Siapa bilang sinetron keluarga harus serius? “Arisan” di TRANS 7 membuktikan bahwa humor bisa menjadi jalan terbaik untuk menyampaikan kebenaran.
Serial ini mengisahkan keluarga Surya, yang setiap Jumat malam mengadakan arisan dengan tetangga-tetangga sekitar. Topiknya bervariasi: dari masakan yang gagal karena garam kebanyakan, sampai tamu tak diundang yang ternyata mantan suami istri yang baru bercerai.
Namun, di balik canda tawa yang bikin perut sakit, tersimpan pesan mendalam: keluarga bukan hanya darah, tapi pilihan untuk tetap hadir.
Deddy Mizwar sebagai Pak Surya dan Cut Mini sebagai Ibu Surya menciptakan chemistry yang langka — natural, hangat, dan penuh kebijaksanaan. Bahkan, banyak keluarga di Jakarta, Bandung, dan Surabaya yang mulai mengadakan arisan sendiri setelah menonton serial ini — dan mengunggah videonya di media sosial dengan tag #ArisanBersama.
Serial ini juga menjadi contoh bagaimana TV tradisional bisa mengangkat budaya lokal tanpa stereotip. Bahasa sehari-hari, gaya bicara khas Jawa Barat, dan ritual arisan yang autentik membuat penonton merasa seperti sedang menonton keluarganya sendiri.
7. RCTI – Terbelenggu Rindu: Ketika Cinta Menjadi Penjara, dan Kenangan Menjadi Jerat
RCTI kembali membuktikan dominasinya di genre drama psikologis dengan “Terbelenggu Rindu” — sebuah karya yang hampir layak disebut film bioskop, tapi disajikan dalam format sinetron.
Ayu Ting Ting, yang selama ini dikenal sebagai penyanyi dangdut, memberikan penampilan akting paling serius dan memukau dalam karirnya. Ia memerankan Ayu, seorang wanita yang mengalami PTSD setelah kehilangan suami dalam kecelakaan pesawat. Ia menolak semua hubungan, mengisolasi diri, bahkan berhenti bekerja.
Kehadiran terapis muda Erick Estrada — yang juga punya luka masa kecil serupa — menjadi kunci pembuka pintu hatinya. Tapi justru di sinilah konflik terbesar muncul: apakah ia sedang sembuh… atau justru terjebak dalam nostalgia yang menghancurkan?
Gaya penyutradaraan ala film Hollywood: lighting gelap, kamera handheld, monolog internal, dan efek suara yang memperdalam ketegangan. Dialog-dialognya minimalis, tapi sangat kuat: “Aku tidak rindu dia. Aku rindu versi diriku yang dulu bahagia bersamanya.”
Serial ini menjadi trending topic Twitter selama 3 minggu, dan bahkan menjadi bahan diskusi di klinik psikologi di beberapa kota besar.
8. SCTV – Wanita Istimewa: Empat Perempuan Tangguh di Balik Layar Kehidupan
Ini bukan sinetron biasa. Ini adalah dokumenter fiksi yang menyentuh hati. “Wanita Istimewa” mengangkat kisah nyata empat perempuan Indonesia yang bekerja di balik layar — bukan di studio, tapi di jalanan, pasar, dan desa terpencil.
Ada Ibu Siti, sopir truk barang yang mengangkut sayuran dari Jember ke Jakarta demi biaya kuliah anaknya. Ada Bu Rini, juru masak di warung tenda yang setiap pagi bangun jam 3 subuh untuk masak nasi goreng. Ada Ustadzah Fatimah, guru ngaji di desa Kalimantan yang mengajar 80 anak tanpa listrik. Dan ada Ibu Dewi, ibu rumah tangga yang membangun UMKM kerajinan tenun dari rumahnya, dan kini ekspor ke Eropa.
Para pemainnya bukan aktor profesional — mereka adalah perempuan asli yang menjalani kisah tersebut. Dialognya spontan, tanpa naskah berlebihan. Musiknya menggunakan gamelan, suling, dan alat tradisional yang menciptakan atmosfer autentik.
Serial ini bukan hanya menginspirasi — ia mengubah pandangan. Banyak penonton yang mulai menghargai ibu, nenek, atau tetangga yang selama ini mereka anggap “biasa saja”. Organisasi perempuan seperti PKBI dan YKPI bahkan mengadakan diskusi publik berbasis serial ini.