Profil Tampang Susilo Wonowidjojo Bos Gudang Garam yang Kini Dikabarkan Bangkrut Hingga PHK Massal, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG

Profil Tampang Susilo Wonowidjojo Bos Gudang Garam yang Kini Dikabarkan Bangkrut Hingga PHK Massal, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG

rokok-pixabay-

Profil Tampang Susilo Wonowidjojo Bos Gudang Garam yang Kini Dikabarkan Bangkrut Hingga PHK Massal, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG
Susilo Wonowidjojo, pewaris takhta kerajaan kretek yang kini harus menyaksikan kekayaannya menyusut drastis — lebih dari Rp100 triliun lenyap dalam tujuh tahun terakhir.

Ini bukan hanya kisah jatuhnya seorang miliarder. Ini adalah cerminan dari pergeseran ekonomi, perubahan perilaku konsumen, dan tekanan regulasi yang menghantam industri secara sistemik. Inilah laporan mendalam tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik layar Gudang Garam — dan mengapa masa depan industri kretek kini dipertaruhkan.



Dari Puncak Kejayaan ke Jurang Kehilangan Rp102 Triliun
Mari kita mulai dari angka yang bikin geleng kepala.

Menurut data terbaru dari Forbes, yang dirilis ulang oleh Voxnetizens, kekayaan bersih Susilo Wonowidjojo — bos besar Gudang Garam — pernah mencapai puncaknya di angka US$9,2 miliar atau setara Rp149 triliun pada tahun 2018. Saat itu, ia masuk dalam jajaran orang terkaya nomor satu di Indonesia, bersaing ketat dengan keluarga Hartono dan Prajogo Pangestu.

Namun, tujuh tahun kemudian? Angkanya menyusut menjadi hanya US$2,9 miliar — atau sekitar Rp47 triliun. Artinya, lebih dari Rp102 triliun lenyap dari portofolio kekayaannya. Bukan karena korupsi, bukan karena salah investasi, tapi karena bisnis intinya — rokok kretek — sedang mengalami kemerosotan tajam.


Bayangkan: setiap hari, rata-rata, Susilo kehilangan sekitar Rp40 miliar selama tujuh tahun terakhir. Ini bukan angka biasa. Ini adalah tsunami keuangan yang mengguncang fondasi kerajaan bisnisnya.

Laporan Keuangan Kuartal I 2025: Alarm Merah Menyala
Jika kekayaan pribadi adalah cerminan kesehatan bisnis, maka laporan keuangan Gudang Garam kuartal I tahun 2025 adalah sirene bahaya yang berbunyi nyaring.

Perusahaan mencatat laba bersih anjlok 82% — dari Rp595,6 miliar di kuartal I 2024 menjadi hanya Rp104,4 miliar di periode yang sama tahun 2025. Angka ini bukan sekadar penurunan biasa. Ini adalah penurunan vertikal, tanda bahwa mesin uang Gudang Garam mulai kehabisan bahan bakar.

Tak hanya laba, pendapatan juga ikut merosot. Dari Rp26,26 triliun turun menjadi Rp23,06 triliun — artinya, ada penurunan pendapatan sebesar Rp3,2 triliun hanya dalam satu kuartal saja. Ini belum termasuk tekanan biaya produksi, logistik, dan operasional yang terus membengkak.

“Ini bukan lagi warning. Ini adalah emergency,” ujar seorang analis pasar modal yang enggan disebut namanya. “Kalau tidak ada langkah strategis besar-besaran, tren ini akan terus memburuk.”

Faktor Penyebab: Bukan Satu, Tapi Banyak Badai Sekaligus
Lalu, apa yang menyebabkan raksasa sekelas Gudang Garam bisa goyah sedemikian parah?

Jawabannya bukan satu, tapi gabungan dari beberapa badai besar yang datang bersamaan — seperti perfect storm yang sulit dihindari.

1. Kenaikan Cukai Tembakau yang Tak Kunjung Usai
Pemerintah Indonesia, dalam upaya menekan konsumsi rokok dan meningkatkan penerimaan negara, terus menaikkan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT). Setiap tahun, kenaikannya signifikan — bahkan di tengah pandemi sekalipun.

Akibatnya? Harga rokok naik. Konsumen — terutama kelas menengah bawah — mulai mengurangi konsumsi atau beralih ke merek yang lebih murah. Gudang Garam, yang dikenal dengan produk premium seperti Surya dan Gudang Garam Merah, mulai kehilangan daya saing di pasar massal.

2. Disrupsi dari Rokok Elektrik dan Produk Alternatif
Ini adalah pukulan paling telak. Generasi muda — pasar masa depan — kini beralih ke vape, pod system, dan produk tembakau alternatif. Mereka tidak lagi tertarik dengan rokok kretek yang dianggap “jadul”, berasap tebal, dan berbau menyengat.

Menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, konsumsi rokok elektrik di kalangan usia 18-35 tahun meningkat 300% dalam lima tahun terakhir. Sementara, penjualan rokok kretek turun 12% per tahun.

Gudang Garam, yang selama ini fokus pada produk konvensional, terlambat merespons tren ini. Meskipun sudah mencoba masuk ke pasar vape, langkahnya dinilai lambat dan kurang agresif.

Baca juga: Profil Tampang Gabriela Abigail (Ella) JKT48 yang Diskors, Lengkap dari Umur, Agama dan Akun IG

TAG:
Sumber:

Berita Lainnya