Klarifikasi Zaskia Adya Mecca Usai Kritik Halus Pertemuan Gibran dengan Driver Ojol: Aku Dari Dulu Hidup Sederhana!

Klarifikasi Zaskia Adya Mecca Usai Kritik Halus Pertemuan Gibran dengan Driver Ojol: Aku Dari Dulu Hidup Sederhana!

Zaskia-Instagram-

Klarifikasi Zaskia Adya Mecca Usai Kritik Halus Pertemuan Gibran dengan Driver Ojol: Aku Dari Dulu Hidup Sederhana!

Baru-baru ini, dunia maya kembali diguncang oleh sindiran halus yang sarat makna dari artis sekaligus aktivis sosial Zaskia Adya Mecca. Istri dari sutradara ternama Hanung Bramantyo ini melontarkan kritik tajam—namun tetap elegan—terhadap perhelatan pertemuan Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, dengan sejumlah driver ojek online (ojol) di Istana Wakil Presiden. Melalui unggahan di Instagram pribadinya, Bia—sapaan akrabnya—menggugah kesadaran publik soal kesenjangan antara citra dan realitas kehidupan para pekerja ojek digital di Indonesia.



Unggahan tersebut menampilkan video singkat yang memperlihatkan para driver ojol sedang menjalani aktivitas keseharian mereka di jalanan kota besar. Mulai dari terjebak macet, berkendara di bawah terik matahari, hingga mengenakan seragam yang sudah lusuh dan sepatu yang tampak aus akibat dipakai seharian. Kontras dengan suasana di Istana, di mana para driver yang hadir dalam pertemuan dengan Wapres tampil rapi, bersih, dengan jaket yang masih cerah dan sepatu yang terlihat baru.

Dalam caption-nya, Zaskia menulis dengan nada penuh ironi:
"Ketika di lapangan nyari abang ojek online yang jaketnya cerah, bersih dan baru juga pakai sepatu bagus agak susah ya. Kalo dapet yang begitu, cari di mana ya?"

Kalimat yang terdengar sederhana itu langsung menyebar bak api dalam jerami. Banyak warganet yang langsung menangkap maksud tersirat dari sang artis: bahwa pertemuan antara Wapres dan driver ojol terasa jauh dari kenyataan kehidupan sehari-hari para pekerja lapangan. Mereka bertanya-tanya, apakah para driver yang diundang benar-benar mewakili suara mayoritas ojol yang bekerja keras di bawah terik dan hujan?


Pertemuan Simbolik atau Sekadar Pencitraan?
Pertemuan antara Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dengan para driver ojol beberapa waktu lalu sempat dianggap sebagai langkah positif untuk mendengar langsung aspirasi dari lapisan masyarakat bawah. Namun, ketika gambar-gambar dari acara tersebut beredar luas, muncul pertanyaan besar di benak publik: Apakah ini representasi nyata dari nasib ojol di Indonesia?

Zaskia tidak secara eksplisit menyebut nama atau menuduh siapa pun. Namun, dengan membandingkan kondisi nyata para ojol di jalan raya dengan penampilan mereka di Istana, ia berhasil menyampaikan kritik sosial yang mendalam. "Abang-abang yang kita temui di jalan biasanya mengenakan jaket yang sudah pudar, helm tanpa stiker aplikator, dan sepatu yang bolong di sana-sini. Tapi di Istana, semuanya terlihat seperti dari majalah promosi," tulis seorang netizen dalam kolom komentar.

Banyak yang mulai mempertanyakan proses seleksi driver yang diundang. Apakah mereka benar-benar dipilih secara acak? Atau justru sengaja dipilih yang berpenampilan rapi demi keperluan dokumentasi dan pencitraan? Pertanyaan-pertanyaan ini pun menggema di media sosial, menjadikan isu ini salah satu topik paling ramai diperbincangkan sepanjang hari itu.

Sindiran yang Berbuntut Penghapusan Unggahan
Namun, tak lama setelah unggahan tersebut viral, Zaskia Adya Mecca memutuskan untuk menghapus atau menyembunyikan postingan tersebut dari akun Instagramnya. Dalam keterangan yang kemudian tersebar di beberapa akun gosip, ia menjelaskan bahwa maksud hatinya hanya ingin menggambarkan realitas kehidupan ojol, bukan untuk menyerang atau merendahkan pihak mana pun.

"Saya hanya ingin mengingatkan, bahwa di balik layar, masih banyak abang ojol yang bekerja keras tanpa cukup jaminan sosial, asuransi, atau perlindungan hukum. Saya tidak bermaksud menyudutkan siapa pun. Tapi jika ada yang merasa tersindir, saya minta maaf," ujar Zaskia dalam sebuah wawancara singkat dengan tim media.

Keputusannya menghapus unggahan itu justru membuat perbincangan semakin memanas. Banyak yang mendukung sikapnya karena dianggap berani menyuarakan kebenaran, sementara sebagian lain menilai bahwa kritik semacam ini seharusnya tetap dipertahankan, meski kontroversial.

Suara dari Jalanan: Harapan Ojol yang Tak Terdengar
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa jutaan driver ojol di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Mulai dari tarif yang tidak kunjung naik, biaya operasional yang tinggi, hingga minimnya jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan. Mereka adalah tulang punggung ekonomi digital, namun sering kali terlupakan dalam kebijakan publik.

Menurut data dari Asosiasi Driver Online Indonesia (ADOI), lebih dari 70% driver ojol mengaku pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Belum lagi risiko kecelakaan, perampokan, dan diskriminasi yang kerap mereka hadapi di lapangan.

"Kami bukan butuh foto di Istana. Kami butuh tarif yang adil, jaminan pensiun, dan perlindungan saat sakit atau kecelakaan," ujar Rudi, seorang driver Gojek asal Jakarta, saat ditemui di pangkalan ojol dekat Stasiun Sudirman.

Apa yang Harus Dilakukan?
Kasus ini mengingatkan kita bahwa pertemuan tokoh penting dengan masyarakat bawah harus lebih dari sekadar simbolik. Harus ada kehadiran yang autentik, dialog yang tulus, dan kebijakan yang konkret. Jika tidak, maka momen-momen seperti ini hanya akan menjadi "pencitraan instan" yang justru menjauhkan pemimpin dari realitas rakyat.

TAG:
Sumber:

Berita Lainnya