Viral di TikTok, Siapa Sebenarnya Bapak Oji yang Klaim Bisa Pecat Presiden dan DPR? Netizen Dibikin Penasaran!

tanda tanya-geralt/pixabay-
Viral di TikTok, Siapa Sebenarnya Bapak Oji yang Klaim Bisa Pecat Presiden dan DPR? Netizen Dibikin Penasaran!
Belakangan ini, jagat media sosial, khususnya TikTok, diramaikan oleh sosok misterius bernama Bapak Oji. Namanya tiba-tiba melejit jadi perbincangan hangat di kalangan warganet setelah unggahannya soal situasi politik di Indonesia menjadi viral. Dalam video-video yang diunggah melalui akun @bapak.s.hoji1, pria yang mengenakan pakaian serba hitam dan sering tampil dengan latar belakang megah ini menyampaikan pernyataan-pernyataan kontroversial yang membuat banyak orang bertanya-tanya: Siapa sebenarnya Bapak Oji? Apakah dia benar-benar ada, atau hanya karakter fiksi belaka?
Klaim Bisa Pecat Presiden hingga Bubarkan DPR
Yang membuat Bapak Oji jadi sorotan adalah klaimnya bahwa dirinya memiliki jabatan tertinggi di Indonesia, bahkan melebihi Presiden. Dalam salah satu videonya, ia dengan percaya diri menyatakan bahwa dirinya berhak memecat Presiden, anggota DPR, hingga pejabat tinggi negara lainnya. Lebih ekstrem lagi, ia mengaku telah memerintahkan Presiden Prabowo Subianto untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan menghentikan gelombang aksi demonstrasi yang terjadi di berbagai kota.
Pernyataan seperti ini tentu saja langsung memicu reaksi keras dari warganet. Banyak yang terkejut, heran, hingga tertawa melihat klaim yang terdengar begitu fantastis. Namun tak sedikit pula yang sempat terpancing dan mulai mempercayai keberadaan sosok ini sebagai tokoh penting yang selama ini “tersembunyi” dari publik.
Tangkap Layar Berita Nasional? Ternyata Editan!
Yang membuat kisah Bapak Oji makin menarik adalah kehadiran tangkapan layar berita dari media nasional yang ia unggah sebagai “bukti” eksistensinya. Dalam postingan itu, tampak seolah-olah media besar seperti Kompas, Detik, hingga CNN Indonesia telah memberitakan keberadaan dan pernyataannya. Namun, setelah ditelusuri lebih dalam oleh tim JatimNetwork.com, ternyata semua berita tersebut bukanlah fakta, melainkan hasil editan digital.
Teks, logo media, hingga tampilan situs web tampak dipalsukan dengan cukup rapi, tetapi jika diperhatikan secara seksama, terdapat ketidaksesuaian dalam format, tata letak, dan bahkan tanggal publikasi yang tidak masuk akal. Hal ini menguatkan dugaan bahwa Bapak Oji adalah bagian dari tren konten satir atau hoax yang sengaja dibuat untuk menciptakan kehebohan di media sosial.
Mobil Hancur Kena Demo? Warganet Makin Penasaran
Baru-baru ini, Bapak Oji kembali mengunggah video yang mengklaim bahwa mobil pribadinya hancur akibat menjadi sasaran amuk massa dalam aksi demonstrasi. Ia menunjukkan potret mobil mewah yang rusak parah, lengkap dengan narasi bahwa dirinya menjadi target karena berani "mengungkap kebenaran". Unggahan ini pun langsung banjir komentar dari warganet yang penasaran.
“Penasaran ui bapak oji siapa,” tulis akun TikTok @j4van3se, mencerminkan rasa ingin tahu banyak netizen. Sementara akun @gundul menambahkan, “Bapak oji ini sebenarnya siapa sih? Maaf saya kepo pak?”
Namun, tak semua warganet langsung percaya. Banyak yang mulai mencurigai keaslian sosok ini. “Bpk oji masa ngetik pakai bahasa indonesia,” komentar akun @Okky Saputra653, menyiratkan keraguan karena jika benar-benar seorang tokoh penting dari luar negeri, logikanya tidak mungkin fasih menggunakan bahasa Indonesia secara kasual.
Akun lain, @MaSIZam, bahkan langsung menyebut, “Apaan nih akun? Fiktif kali ya?” — pertanyaan yang kemudian menjadi benang merah diskusi di kolom komentar.
Dari Arab? Benarkah Bapak Oji Seorang Pangeran?
Beberapa spekulasi liar mulai bermunculan di kalangan netizen. Ada yang berspekulasi bahwa Bapak Oji adalah seorang pangeran dari Timur Tengah, mungkin dari Arab Saudi atau Uni Emirat Arab, yang memiliki pengaruh besar terhadap politik Indonesia. Klaim ini muncul karena gaya berpakaian dan latar video yang sering menampilkan nuansa Timur Tengah, seperti ornamen emas, karpet mewah, dan kaligrafi Arab.
Namun, hingga kini, tidak ada bukti konkret yang mendukung narasi tersebut. Tidak ada catatan resmi dari pemerintah Indonesia atau otoritas asing yang menyebut nama Bapak Oji dalam struktur kepemimpinan, baik nasional maupun internasional. Bahkan, pencarian di database pejabat negara, duta besar, atau tokoh internasional tidak menunjukkan keberadaan sosok ini.
Fenomena Konten Hoax dan Narasi Fantasi di Era Digital
Kasus Bapak Oji sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi di ranah media sosial. Belakangan, marak bermunculan akun-akun yang menyebarkan narasi fiktif dengan gaya serius, seolah-olah mereka adalah tokoh penting yang memiliki wewenang besar. Fenomena ini sering disebut sebagai “digital hoax with authority persona” — pembuatan karakter fiksi yang dikemas seperti pejabat resmi untuk menarik perhatian, memicu emosi, atau sekadar mencari viral.
Konten seperti ini bisa berbahaya jika tidak dikonfirmasi kebenarannya. Di tengah arus informasi yang begitu deras, masyarakat rentan terjebak dalam misinformasi dan disinformasi, terutama jika narasinya menyentuh isu sensitif seperti politik, keamanan, dan stabilitas nasional.
Pentingnya Literasi Digital dan Cek Fakta
Kasus Bapak Oji menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk selalu kritis terhadap informasi yang beredar di media sosial. Sebelum mempercayai atau menyebarkan sebuah konten, terutama yang bersifat sensasional, penting untuk melakukan cek fakta melalui sumber terpercaya.
Platform seperti Turnbackhoax.id, Liputan6 Cek Fakta, atau Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bisa menjadi rujukan untuk memverifikasi kebenaran suatu informasi. Selain itu, perhatikan juga ciri-ciri konten hoaks, seperti:
Tidak mencantumkan sumber jelas
Mengandung klaim berlebihan tanpa bukti
Menggunakan foto atau video yang diambil dari konteks lain
Menyebarkan rasa takut atau kebencian
Akankah Bapak Oji Terus Eksis?
Meski sudah terbongkar sebagai konten fiktif, akun Bapak Oji justru semakin populer. Banyak warganet yang mulai mengikuti akunnya bukan karena percaya, melainkan karena hiburan dan keunikan narasinya. Beberapa bahkan membuat parodi, meme, dan komentar kocak yang turut menyemarakkan tren ini.