Jalan Tol Binjai–Langsa di Sumatera Utara Resmi Beroperasi: Perjalanan 1,5 Jam Kini Hanya 30 Menit!

jalan tol-Roman_Polyanyk/pixabay-
Jalan Tol Binjai–Langsa di Sumatera Utara Resmi Beroperasi: Perjalanan 1,5 Jam Kini Hanya 30 Menit!
Sumatera Utara kini memiliki infrastruktur transportasi yang lebih maju dan modern. Jalan Tol Binjai–Langsa, bagian dari proyek besar Tol Trans Sumatera, secara resmi mulai beroperasi secara fungsional pada musim mudik Lebaran 2025. Hadirnya jalan tol ini bukan hanya menjadi simbol kemajuan pembangunan infrastruktur, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam mobilitas masyarakat, terutama di kawasan pesisir timur Pulau Sumatera.
Dengan total investasi mencapai Rp8,97 triliun, jalan tol sepanjang 57,375 kilometer ini berhasil memangkas waktu tempuh dari sebelumnya 1,5 jam menjadi hanya 30 menit saja. Ini merupakan terobosan besar bagi masyarakat yang selama ini harus menghadapi kemacetan, jalan rusak, dan kondisi lalu lintas yang tidak menentu di jalur lintas timur Sumatera.
Menghubungkan Dua Provinsi Strategis
Jalan Tol Binjai–Langsa tidak hanya menghubungkan dua kota besar di Sumatera Utara, melainkan juga menjadi penghubung penting antara Sumatera Utara dan Aceh. Secara geografis, ruas tol ini berada di jalur utama yang menghubungkan wilayah pesisir timur Sumatera, mempermudah akses logistik, distribusi barang, dan pergerakan manusia antar provinsi.
Keberadaan tol ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Sumatera, terutama di daerah-daerah yang selama ini terisolasi atau kurang terjangkau oleh jaringan transportasi modern. Dengan akses yang lebih cepat dan nyaman, sektor pariwisata, perdagangan, dan industri lokal diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan.
Struktur Tol Terbagi dalam Tiga Seksi Utama
Jalan Tol Binjai–Langsa dibangun dalam tiga seksi utama, masing-masing dirancang untuk memastikan kelancaran konstruksi dan operasional bertahap:
Seksi 1: Binjai – Stabat, sepanjang 11,80 km
Seksi 2: Stabat – Tanjung Pura, sejauh 26,575 km
Seksi 3: Tanjung Pura – Pangkalan Brandan, dengan panjang 19 km
Pada musim mudik Lebaran 2025, Seksi 3 (Tanjung Pura – Pangkalan Brandan) sepanjang 18,85 km telah dibuka secara fungsional. Ini menjadi angin segar bagi pemudik dan pengguna jalan yang kerap melintasi jalur lintas timur Sumatera, yang dikenal padat dan rawan macet.
Dibangun oleh PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI)
Proyek strategis nasional ini dikerjakan oleh PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI), anak perusahaan dari PT Hutama Karya (Persero), BUMN konstruksi terkemuka di Indonesia. Sebagai salah satu pelaksana utama Tol Trans Sumatera, HKI menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan jaringan jalan tol yang terintegrasi dari ujung barat hingga timur Pulau Sumatera.
Dengan pengalaman bertahun-tahun dalam proyek infrastruktur besar, HKI menerapkan standar kualitas tinggi dalam pembangunan tol Binjai–Langsa. Selain memperhatikan aspek keamanan dan ketahanan struktur, perusahaan juga fokus pada kecepatan pelaksanaan dan minimnya gangguan terhadap lingkungan sekitar.
Inovasi Teknologi: Corrugated Steel Plate (CSP)
Salah satu keunggulan utama dari proyek ini adalah penggunaan teknologi konstruksi mutakhir, yaitu Corrugated Steel Plate (CSP). Teknologi ini menjadi salah satu terobosan baru dalam dunia konstruksi jalan tol di Indonesia.
CSP adalah struktur plat baja bergelombang yang dimodifikasi secara khusus untuk meningkatkan kekuatan struktural. Dibandingkan dengan konstruksi beton konvensional seperti box underpass, CSP memiliki beberapa kelebihan:
Lebih cepat dipasang, karena merupakan sistem rakitan yang diproduksi di pabrik
Minim limbah konstruksi, karena proses pemasangan hanya melibatkan instalasi dan finishing
Tahan lama dan kuat, dengan durabilitas tinggi terhadap beban berat dan cuaca ekstrem
Lebih rapi dan estetis, sehingga meningkatkan kualitas visual jalan tol
Dengan teknologi CSP, konstruksi underpass dan jembatan pendukung dapat diselesaikan lebih cepat tanpa mengorbankan kualitas. Ini menjadi bukti bahwa Indonesia mampu mengadopsi inovasi global untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.
Dua Jembatan Strategis di Sepanjang Tol
Selain jalan tol dan underpass, proyek ini juga mencakup pembangunan dua jembatan besar yang melintasi sungai utama di kawasan tersebut:
Jembatan Sei Wampu – dengan bentang panjang 230 meter
Jembatan Batang Serangan – sepanjang 178 meter
Kedua jembatan ini dirancang untuk menahan beban lalu lintas berat, termasuk truk kontainer dan kendaraan logistik besar. Selain itu, struktur jembatan juga mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, seperti aliran sungai dan ekosistem sekitar.
Keberadaan jembatan ini memastikan kelancaran arus lalu lintas tanpa harus menyeberang melalui jalan raya biasa, yang sering menjadi titik kemacetan dan rawan kecelakaan.
Dampak Positif bagi Ekonomi dan Masyarakat
Selain memangkas waktu tempuh, kehadiran Jalan Tol Binjai–Langsa memberikan dampak luas bagi perekonomian lokal. Beberapa manfaat utama yang diharapkan antara lain:
Peningkatan distribusi logistik dari Pelabuhan Kuala Tanjung hingga ke wilayah Aceh
Pertumbuhan kawasan industri di sekitar Pangkalan Brandan dan Langsa
Peningkatan kunjungan wisata ke destinasi seperti Danau Toba, pantai-pantai di Langkat, dan kawasan alam Aceh Timur
Penyerapan tenaga kerja selama masa konstruksi dan operasional tol
Pemerintah daerah juga mulai menyusun rencana pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) di sepanjang koridor tol, untuk memaksimalkan potensi ekonomi yang terbuka akibat aksesibilitas yang lebih baik.
Langkah Besar Menuju Integrasi Transportasi Sumatera
Jalan Tol Binjai–Langsa adalah bagian dari visi besar Tol Trans Sumatera, jaringan jalan tol sepanjang lebih dari 2.700 km yang membentang dari Bakauheni (Lampung) hingga Banda Aceh. Proyek ini menjadi tulang punggung konektivitas darat di Pulau Sumatera, yang selama ini mengandalkan jalur laut dan udara untuk distribusi barang dan jasa.
Dengan semakin banyaknya ruas tol yang rampung, seperti Medan–Binjai, Binjai–Langsa, dan rencana lanjutan ke Aceh, integrasi ekonomi antar provinsi di Sumatera akan semakin kuat. Ini juga membuka peluang bagi pengembangan kawasan pinggiran yang selama ini tertinggal dari pusat-pusat ekonomi utama.
Baca juga: Surabaya, Kota Seribu Taman, Pemimpin Jumlah Kendaraan Bermotor di Jawa Timur