Dipimpin Bupati dengan Harta Rp1,2 Miliar, Ini Sosok dan Fakta Menarik di Balik Kabupaten Termiskin di Banten

Dipimpin Bupati dengan Harta Rp1,2 Miliar, Ini Sosok dan Fakta Menarik di Balik Kabupaten Termiskin di Banten

ilustrasi tanah latosol. -(UMSU)-

Dipimpin Bupati dengan Harta Rp1,2 Miliar, Ini Sosok dan Fakta Menarik di Balik Kabupaten Termiskin di Banten

Di tengah kemajuan ekonomi yang terus bergulir di Provinsi Banten, satu kabupaten justru menyandang status yang cukup kontras: kabupaten termiskin di Banten. Bukan hanya dari sisi ekonomi masyarakatnya, tetapi juga dari sisi kepemimpinan. Kabupaten Pandeglang, yang berada di ujung barat Pulau Jawa, kini menjadi sorotan bukan karena kemewahan atau pembangunan megah, melainkan karena menjadi satu-satunya daerah di Banten yang dipimpin oleh bupati termiskin — baik dari segi kekayaan pribadi maupun kondisi rakyatnya.



Di tengah wacana transparansi dan akuntabilitas kepemimpinan publik, fakta bahwa Bupati Pandeglang periode 2025–2030, Hj. Raden Dewi Setiani, Amd Keb, S.Sos., M.A., hanya memiliki harta bersih sebesar Rp1,23 miliar menjadi perbincangan hangat. Angka ini jauh di bawah rekan-rekannya sesama bupati di Banten, bahkan hanya sekitar 6% dari kekayaan Bupati Serang.

Pandeglang: Kabupaten Termiskin dengan Pemimpin yang Sederhana
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025 yang merujuk pada kondisi ekonomi 2024, Kabupaten Pandeglang mencatat angka kemiskinan tertinggi di Banten, yaitu 9,18% dari total penduduk. Angka ini menempatkan Pandeglang di posisi puncak sebagai daerah dengan beban sosial paling berat di antara empat kabupaten di Banten.

Namun, ironi menarik muncul ketika sang pemimpin daerah justru hidup dengan gaya yang sangat sederhana. Dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang diunggah ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Raden Dewi Setiani tercatat memiliki total harta bersih sebesar Rp1.233.885.528. Jumlah ini terbilang sangat minim jika dibandingkan dengan bupati lain di provinsi yang sama.


Rincian Kekayaan Bupati "Termiskin" Banten
Apa saja yang dimiliki oleh Bupati Pandeglang? Berikut rincian lengkap harta kekayaan Raden Dewi Setiani berdasarkan data LHKPN:

1. Tanah dan Bangunan – Rp477.000.000

Satu bidang tanah seluas 477 m² di wilayah Pandeglang, dibeli dari hasil jerih payah pribadi.
2. Kendaraan Bermotor – Rp735.000.000

Mitsubishi Pajero Sport 2.4L Dakar (2016) – Rp365 juta
Honda Civic Turbo (2018) – Rp370 juta
Kedua mobil ini digunakan baik untuk keperluan dinas maupun pribadi, namun tetap dalam kategori kendaraan menengah, bukan mewah.
3. Harta Bergerak Lainnya – Rp150.000.000
Termasuk perhiasan, elektronik, dan barang berharga lain yang digunakan sehari-hari.

4. Kas dan Setara Kas – Rp7.756.970
Jumlah ini menunjukkan bahwa sang bupati tidak memiliki simpanan besar dalam bentuk uang tunai atau rekening.

5. Surat Berharga & Harta Lainnya – Tidak Ada
Tidak ditemukan investasi dalam bentuk saham, obligasi, atau aset finansial lainnya.

Namun, yang menarik, Raden Dewi juga mencatatkan hutang sebesar Rp135.871.442, sehingga total harta bersihnya menjadi Rp1.233.885.528. Angka ini menjadi yang terendah di antara seluruh bupati di Banten.

Kontras dengan Bupati Terkaya di Banten
Sementara itu, perbandingan kekayaan antar-bupati di Banten menunjukkan ketimpangan yang mencolok:

Bupati Serang, Ratu Rachmatuzakiyah – Rp19,6 miliar
Bupati Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid – Rp17,3 miliar
Bupati Lebak, Hasbi Asyidiki Jayabaya – Rp10,7 miliar
Bupati Pandeglang, Raden Dewi Setiani – Rp1,23 miliar
Perbedaan ini mencerminkan dinamika sosial dan ekonomi yang kompleks di Banten. Sementara daerah seperti Tangerang dan Serang berkembang pesat karena dekat dengan Jakarta, Pandeglang masih tertinggal akibat keterbatasan infrastruktur, akses transportasi, dan investasi.

Mengapa Pandeglang Masih Tertinggal?
Pandeglang bukan sekadar daerah miskin, tapi juga wilayah dengan tantangan geografis dan sejarah yang panjang. Lokasinya yang berada di pesisir barat Banten membuatnya rentan terhadap bencana alam, seperti tsunami dan erosi pantai. Selain itu, sebagian besar wilayahnya masih berupa pegunungan dan hutan, yang menyulitkan pembangunan infrastruktur.

Sektor pertanian dan perikanan memang menjadi tulang punggung ekonomi, namun belum didukung oleh teknologi modern atau akses pasar yang memadai. Akibatnya, produktivitas rendah, dan masyarakat kesulitan keluar dari garis kemiskinan.

Faktor lain adalah rendahnya akses pendidikan dan kesehatan di wilayah pedalaman. Banyak anak-anak di desa terpencil yang harus menempuh jarak puluhan kilometer untuk sampai ke sekolah. Fasilitas kesehatan pun terbatas, terutama di wilayah seperti Cigeulis, Cimanuk, dan Sumur.

Bupati Sederhana dengan Visi Besar
Meski memiliki harta terbatas, Raden Dewi Setiani justru membawa angin segar bagi masyarakat Pandeglang. Dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan dekat dengan rakyat, ia sering terlihat blusukan ke desa-desa terpencil tanpa protokoler berlebihan.

Dalam pidato pelantikannya, ia menegaskan komitmennya untuk membangun Pandeglang dari pinggiran, dengan fokus pada:

Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan
Pengembangan pariwisata berbasis alam dan budaya
Penguatan ekonomi kerakyatan melalui UMKM dan koperasi
Perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan
“Kami tidak butuh kemewahan, tapi butuh hasil nyata. Pandeglang bisa maju, asal kita bersatu dan bekerja keras,” ujarnya tegas.

Pariwisata: Potensi yang Belum Tersentuh
Ironisnya, meski dikenal sebagai daerah miskin, Pandeglang justru menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Mulai dari Taman Nasional Ujung Kulon – rumah terakhir badak bercula satu di dunia, hingga pantai-pantai eksotis seperti Pulau Peucang, Pulau Handeuleum, dan Pantai Carita.

Namun, potensi ini belum dikelola secara optimal. Akses jalan yang rusak, minimnya fasilitas penunjang, serta kurangnya promosi membuat wisatawan lebih memilih destinasi di luar Banten.

Raden Dewi menargetkan, dalam lima tahun ke depan, pariwisata akan menjadi penggerak ekonomi utama di Pandeglang. Ia juga mendorong pemberdayaan masyarakat lokal sebagai pelaku wisata, bukan hanya penonton.

Harapan dari Daerah yang Terlupakan
Kisah Pandeglang dan Bupati Raden Dewi Setiani adalah cerminan dari realitas kepemimpinan di daerah terpinggirkan. Di tengah keterbatasan, muncul harapan dari sosok pemimpin yang tidak mengandalkan harta, tapi kerja nyata.

Status sebagai kabupaten termiskin bukanlah aib, melainkan panggilan untuk bergerak lebih cepat. Dan dengan pemimpin yang sederhana, jujur, dan peduli, masyarakat Pandeglang mulai memupuk optimisme: bahwa kemiskinan bukan takdir, tapi tantangan yang bisa dikalahkan.

Baca juga: Upah Minimum 2025 di Jawa Tengah Resmi Naik: Kabupaten Purworejo Catat UMK Terendah, Dipimpin Bupati Termiskin di Indonesia

TAG:
Sumber:

Berita Lainnya