Tante Holic dan Dede Holic: Fenomena Viral di TikTok yang Ungkap Preferensi Usia dalam Dunia Percintaan Generasi Muda
tiktok-solenfeyissa/pixabay-
Tante Holic dan Dede Holic: Fenomena Viral di TikTok yang Ungkap Preferensi Usia dalam Dunia Percintaan Generasi Muda
Di tengah derasnya arus tren media sosial, istilah-istilah baru terus bermunculan, mencerminkan dinamika sosial, budaya pop, hingga preferensi pribadi generasi muda. Salah satu fenomena terkini yang sedang ramai diperbincangkan di platform seperti TikTok adalah munculnya dua istilah yang terdengar unik namun sarat makna: Tanteholic dan Dedeholic. Keduanya bukan sekadar kata gaul belaka, melainkan cerminan dari pola ketertarikan emosional dan romantis yang kian terbuka di kalangan Gen Z dan Gen Alpha.
Lalu, apa sebenarnya arti dari “Tanteholic” dan “Dedeholic”? Mengapa istilah ini tiba-tiba viral? Dan bagaimana konteks sosial di balik popularitasnya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Asal Usul dan Makna Kata “Holic” dalam Bahasa Gaul
Istilah “-holic” sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yang merupakan akhiran dari kata “alcoholic” (pecandu alkohol). Seiring waktu, akhiran ini diadopsi ke dalam berbagai konteks non-alkohol untuk menggambarkan obsesi, ketagihan, atau ketertarikan ekstrem terhadap sesuatu. Contohnya: workaholic (pecandu kerja), shopaholic (pecandu belanja), atau chocoholic (pecandu cokelat).
Dalam konteks media sosial Indonesia, akhiran “-holic” kini kerap digunakan secara kreatif oleh anak muda untuk menggambarkan preferensi romantis atau ketertarikan terhadap tipe tertentu—baik dari segi penampilan, usia, maupun kepribadian. Dan di sinilah muncul dua varian terbaru: Tanteholic dan Dedeholic.
Apa Itu Tanteholic?
“Tante” dalam budaya Indonesia umumnya merujuk pada perempuan dewasa berusia 30–50 tahun, sering kali diasosiasikan dengan sosok yang matang, berpengalaman, dan memiliki keanggunan tersendiri. Ketika digabungkan dengan “-holic”, istilah Tanteholic menggambarkan seseorang—biasanya pria muda—yang memiliki ketertarikan khusus atau preferensi romantis terhadap perempuan yang jauh lebih tua darinya, bahkan seumuran dengan ibunya.
Fenomena ini bukan hal baru dalam konteks global—istilah seperti “cougar” atau “May-December relationship” (hubungan dengan selisih usia besar) sudah lama dikenal. Namun, kehadiran istilah “Tanteholic” di media sosial menunjukkan bahwa kini preferensi semacam ini tak lagi disembunyikan, melainkan justru diakui secara terbuka, bahkan menjadi bagian dari identitas pribadi di dunia digital.
Beberapa netizen mengaku tertarik pada “tante” karena sifatnya yang tenang, tidak drama, mandiri secara finansial, dan lebih memahami dinamika hubungan. Di sisi lain, ada juga yang melihat ketertarikan ini sebagai bentuk pencarian figur ibu atau sosok pengasuh dalam konteks romantis—meski tentu tidak semua kasus bisa digeneralisasi demikian.
Lalu, Apa Itu Dedeholic?
Jika Tanteholic menyukai perempuan dewasa, maka Dedeholic adalah kebalikannya. Kata “dede” (sering juga ditulis “adek” atau “baby”) dalam bahasa gaul Indonesia merujuk pada seseorang yang lebih muda, biasanya remaja atau awal 20-an, yang dianggap imut, manis, dan penuh energi.
Maka, Dedeholic menggambarkan seseorang—bisa pria atau wanita—yang memiliki preferensi kuat terhadap pasangan yang lebih muda usianya. Dalam konteks ini, “dede” tidak selalu berarti usia sangat muda, melainkan lebih menekankan pada kesan keluguan, kepolosan, atau kelincahan emosional yang diasosiasikan dengan anak muda.
Di media sosial, banyak konten berupa duet, voice-over, atau sketsa romantis yang menampilkan dinamika “kakak-adek” dengan selisih usia signifikan. Hashtag seperti #dedeholic atau #tanteholic pun kerap menjadi wadah ekspresi bagi mereka yang ingin menunjukkan tipe ideal pasangannya—atau sekadar bercanda tentang preferensi pribadi.
Viral di TikTok: Dari Candaan hingga Ekspresi Identitas
Popularitas istilah ini meledak berkat konten-konten TikTok yang dibuat oleh kreator seperti @chicchoc.id_, yang menjelaskan makna kedua istilah tersebut dengan gaya santai dan mudah dipahami. Video tersebut tidak hanya viral, tetapi juga memicu gelombang diskusi di kolom komentar—mulai dari yang setuju, protes, hingga berbagi pengalaman pribadi.
Yang menarik, penggunaan istilah ini tidak selalu serius. Banyak yang memakainya secara humoris atau ironis, misalnya seorang perempuan paruh baya yang bercanda menyebut dirinya “tanteholic” karena suka menggoda pria muda, atau seorang pria 30-an yang menyebut dirinya “dedeholic” karena suka pacaran dengan mahasiswi.
Namun, di balik candaan tersebut, ada juga narasi yang lebih dalam: soal kebebasan memilih pasangan, tantangan sosial terhadap hubungan dengan selisih usia besar, hingga stigma yang masih melekat pada perempuan dewasa yang berkencan dengan pria lebih muda.
Perbedaan Utama: Tanteholic vs. Dedeholic
Aspek
Tanteholic
Dedeholic
Usia Target
Perempuan dewasa (30–50+ tahun)
Orang lebih muda (biasanya remaja hingga awal 20-an)
Jenis Kelamin yang Umum Tertarik
Pria muda
Pria/wanita dewasa
Ciri Khas yang Dicari
Kematangan, kemandirian, keanggunan
Keluguan, energi muda, kepolosan
Stigma Sosial
Dianggap “mencari ibu” atau “tidak serius”
Dianggap “manfaatkan ketidaktahuan” atau “tidak dewasa”
Meski terlihat berlawanan, keduanya sama-sama mencerminkan keberanian generasi muda untuk mengekspresikan preferensi romantis mereka secara terbuka, meskipun tidak selalu sesuai norma tradisional.