Helikopter Pribadi Presiden Prabowo Jadi Andalan Pemantauan Bencana di Aceh, Ini Cerita Lengkapnya

Helikopter Pribadi Presiden Prabowo Jadi Andalan Pemantauan Bencana di Aceh, Ini Cerita Lengkapnya

Prabowo-Instagram-

Helikopter Pribadi Presiden Prabowo Jadi Andalan Pemantauan Bencana di Aceh, Ini Cerita Lengkapnya

Di tengah upaya pemulihan pasca bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatra, Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuat dengan mengirimkan helikopter pribadinya untuk mendukung operasi tanggap darurat di Provinsi Aceh. Langkah ini bukan sekadar simbolik, melainkan bagian dari respons cepat dan strategis pemerintah dalam menjangkau daerah terisolasi akibat infrastruktur yang rusak parah.



Helikopter tersebut kini dapat digunakan secara penuh oleh Gubernur Aceh, Muzakir Manaf—yang akrab disapa Mualem—beserta timnya, bahkan termasuk keluarga sang gubernur, untuk memantau kondisi lapangan secara langsung. Dalam keterangan resminya di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menegaskan bahwa bantuan ini telah dikirim sejak minggu pertama bencana melanda.

“Sejak minggu pertama bencana, Bapak Presiden langsung mengirimkan helikopter pribadi beliau ke Aceh untuk digunakan oleh Gubernur Aceh, beserta timnya—bahkan keluarganya—silakan digunakan untuk berkeliling Aceh,” ujar Teddy, Senin (29/12/2025).

Respons Cepat: Dari Udara Hingga Darat
Keberadaan helikopter pribadi presiden ini menjadi solusi penting mengingat banyaknya akses jalan yang putus akibat bencana. Menurut data yang disampaikan Teddy, bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi sebulan lalu telah menghantam tiga provinsi di Sumatra: Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Total, 52 kabupaten/kota terdampak, dengan kerusakan infrastruktur yang sangat masif.


Salah satu indikator kerusakan paling signifikan adalah putusnya 78 ruas jalan nasional. Namun berkat koordinasi lintas instansi dan kerja keras tim tanggap darurat, dalam waktu satu bulan, sebanyak 72 ruas jalan telah berhasil disambung kembali. Hanya tersisa enam titik yang masih dalam proses perbaikan—empat di antaranya berada di Aceh, sementara dua lainnya tersebar di Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

Tak hanya jalan, bencana juga merusak jembatan-jembatan strategis yang menghubungkan wilayah lintas kabupaten. Beberapa jembatan yang rusak bahkan membentang di atas sungai dengan lebar lebih dari 50 meter. Salah satu yang paling ekstrem berada di Kabupaten Bireuen, Aceh, dengan panjang bentang mencapai 180 meter.

“Per satu bulan ini, 12 jembatan besar yang rusak—termasuk yang di Bireuen—sudah berhasil disambung. Ini adalah capaian konkret yang patut kita apresiasi,” ungkap Teddy dengan nada optimis.

Pemerintah Tak Tinggal Diam, Meski Setiap Bencana Punya Tantangan Unik
Teddy juga menanggapi sejumlah kritik publik yang membandingkan penanganan bencana kali ini dengan kejadian serupa di masa lalu. Ia menegaskan bahwa setiap bencana memiliki konteks, lokasi, dan kompleksitasnya masing-masing, sehingga pendekatan penanganannya tak bisa disamaratakan.

“Setiap bencana memiliki tantangannya sendiri. Kita tidak bisa membandingkan langsung antara bencana satu dengan yang lain. Yang penting, pemerintah tidak tinggal diam,” tegasnya.

Ia menambahkan, sejak hari pertama bencana melanda, pemerintah pusat telah mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki—mulai dari personel Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI/Polri, Kementerian PUPR, hingga dukungan logistik dan medis—untuk memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi dan aksesibilitas wilayah terdampak segera dipulihkan.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya