Siapa Pemilik PT Tidar Kerinci Agung? Mengungkap Fakta di Balik Perusahaan Sawit yang Sering Dikaitkan dengan Prabowo Subianto
tanda tanya-geralt/pixabay-
Perubahan Kepemilikan: Dari Keluarga Djojohadikusumo ke Investor Asing
Berdasarkan catatan resmi dan laporan bisnis yang beredar, pada tahun 2018, saham mayoritas PT Tidar Kerinci Agung resmi dialihkan kepada pihak ketiga yang berbasis di luar negeri—kabarnya berasal dari Singapura. Transaksi ini merupakan bagian dari strategi restrukturisasi bisnis keluarga Djojohadikusumo yang ingin fokus pada bidang usaha lain dan menjauhkan diri dari potensi konflik kepentingan, terlebih setelah Prabowo Subianto mulai aktif di dunia politik.
Baca juga: Apa Itu Telur Infertil? Benarkah Aman Dikonsumsi Setiap Hari?
Sejak saat itu, PT Tidar Kerinci Agung tidak lagi berada di bawah kendali langsung keluarga Soemitro Djojohadikusumo maupun Prabowo Subianto. Kepemilikan saham kini dipegang oleh entitas korporasi internasional yang mengelola perusahaan sesuai standar tata kelola perusahaan modern dan prinsip keberlanjutan perkebunan.
Meski demikian, bayang-bayang masa lalu tetap melekat. Banyak masyarakat awam masih mengasosiasikan nama perusahaan ini dengan Prabowo, terutama karena minimnya informasi transparan mengenai perubahan struktur kepemilikan tersebut di ruang publik.
Mengapa Isu Ini Penting?
Isu kepemilikan lahan sawit—terutama yang dikaitkan dengan tokoh politik—bukan sekadar rumor biasa. Di tengah sorotan global terhadap deforestasi, hak tanah adat, dan praktik bisnis berkelanjutan, transparansi kepemilikan menjadi isu krusial. Masyarakat berhak mengetahui siapa yang mengelola lahan besar di wilayah mereka, terutama jika perusahaan tersebut beroperasi di kawasan sensitif secara ekologis atau sosial.
Dalam konteks politik, tuduhan memiliki lahan sawit dalam skala besar kerap digunakan sebagai senjata retoris untuk mempertanyakan integritas atau komitmen seorang tokoh terhadap isu-isu lingkungan dan keadilan sosial. Oleh karena itu, klarifikasi—seperti yang disampaikan Hashim Djojohadikusumo—menjadi langkah penting untuk meluruskan narasi yang berkembang di ruang publik.