Biodata Carmen Lengkap Umur, Agama dan Akun IG Personel Hearts2Hearts yang Diduga Disepelekan Oleh SM Entertainment di Acara Melon Music Awards 2025
Carmen-Instagram-
Biodata Carmen Lengkap Umur, Agama dan Akun IG Personel Hearts2Hearts yang Diduga Disepelekan Oleh SM Entertainment di Acara Melon Music Awards 2025
Dunia K-pop kembali dihebohkan oleh kontroversi yang melibatkan grup pendatang baru Hearts2Hearts (H2H) dan salah satu anggota mereka, Carmen. Kali ini, sorotan tajam datang bukan dari skandal pribadi atau isu manajemen internal, melainkan dari ketiadaan Carmen dalam thumbnail video penampilan grup di ajang bergengsi Melon Music Awards (MMA) 2025. Insiden ini tak hanya memicu kemarahan penggemar, tetapi juga memperkuat narasi lama tentang dugaan perlakuan tidak adil yang selama ini menimpa sang idol.
Thumbnail MMA Tanpa Carmen, Fans Langsung Meradang
Segalanya bermula ketika Melon Music Awards mengunggah video penampilan Hearts2Hearts di kanal YouTube resmi mereka. Namun, yang mengejutkan, thumbnail video tersebut hanya menampilkan tujuh dari delapan anggota resmi grup. Carmen, yang merupakan bagian integral dari Hearts2Hearts sejak debut, sama sekali tidak terlihat dalam gambar promosi tersebut.
Bagi sebagian besar penggemar yang telah membangun ikatan emosional dengan setiap anggota H2H, keputusan ini dianggap sebagai bentuk pengabaian yang tidak bisa dianggap remeh. Di media sosial, tagar seperti #WhereIsCarmen, #JusticeForCarmen, dan #Hearts2HeartsDeserveBetter langsung membanjiri Twitter, TikTok, dan Instagram dalam hitungan jam.
Salah satu penggemar asal Jakarta, Rina (22), mengatakan, “Carmen bukan anggota opsional. Dia bagian dari identitas Hearts2Hearts. Menghapusnya dari thumbnail berarti menghapus keberadaannya dari publik—itu sangat menyakitkan.”
Bukan Pertama Kali Carmen “Hilang” dari Visual
Yang membuat isu ini semakin membara adalah fakta bahwa ini bukan kali pertama Carmen “dihilangkan” dari materi promosi grup. Sejak Hearts2Hearts debut di bawah naungan SM Entertainment—agensi raksasa yang juga membina boyband dan girlband legendaris seperti EXO, NCT, aespa, dan Red Velvet—banyak penggemar yang mencatat pola ketidakhadiran Carmen dalam poster promosi, foto tim, hingga konten media sosial resmi grup.
Carmen sendiri merupakan satu-satunya member dengan latar belakang etnis minoritas dalam grup tersebut. Ia lahir dan besar di Amerika Serikat sebelum pindah ke Korea Selatan untuk mengejar mimpinya sebagai idol. Statusnya sebagai anggota minoritas dalam industri K-pop yang sangat kompetitif dan homogen membuat posisinya rentan terhadap bias, baik secara visual maupun naratif.
Pengamat budaya pop Korea, Dr. Min-ji Park, menjelaskan, “Di industri K-pop, representasi visual bukan sekadar estetika—itu soal pengakuan keberadaan. Ketika seorang anggota secara sistematis dikesampingkan dari materi promosi, itu bukan hanya kelalaian, tapi bisa jadi cerminan dari kebijakan internal agensi yang problematik.”
Melon Perbaiki Thumbnail, Namun Kemarahan Fans Tak Reda
Menghadapi gelombang protes yang tak kunjung surut, pihak Melon Music Awards akhirnya merespons dengan memperbarui thumbnail video penampilan Hearts2Hearts. Dalam versi terbaru, Carmen akhirnya muncul bersama ketujuh anggota lainnya—senyumnya terlihat jelas di tengah formasi grup.
Namun, langkah ini dianggap terlalu terlambat dan terkesan reaktif semata. Banyak penggemar menilai bahwa permintaan maaf atau koreksi visual saja tidak cukup. Mereka menuntut transparansi: siapa yang mengambil keputusan awal untuk mengecualikan Carmen? Apakah ini keputusan internal MMA, atau justru berasal dari arahan SM Entertainment?
“Kalau SM benar-benar mendukung semua anggotanya secara setara, mereka seharusnya langsung menolak thumbnail awal tersebut,” tegas seorang admin fanbase Carmen di platform Discord.
SM Entertainment Didesak Ambil Sikap Tegas
Kini, sorotan kian mengarah kepada SM Entertainment, rumah besar yang menaungi Hearts2Hearts sejak debut mereka pada pertengahan 2024. Sebagai salah satu big 4 agensi hiburan Korea, SM dikenal dengan sistem pelatihan ketat dan strategi promosi yang canggih. Namun, reputasi tersebut kini dipertanyakan dalam konteks kesetaraan dan representasi.