Rupiah Menguat Tipis di Awal Perdagangan Hari Ibu, Ikuti Tren Positif Pasar Global

Rupiah Menguat Tipis di Awal Perdagangan Hari Ibu, Ikuti Tren Positif Pasar Global

uang-pixabay-

Rupiah Menguat Tipis di Awal Perdagangan Hari Ibu, Ikuti Tren Positif Pasar Global
Di tengah perayaan Hari Ibu yang jatuh pada Senin, 22 Desember 2025, mata uang rupiah membuka perdagangan dengan sentimen positif. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan tipis di awal sesi pasar spot, mencerminkan optimisme yang mulai menyebar di kalangan pelaku pasar keuangan Asia.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah berada di posisi Rp16.743 per dolar AS, menguat 0,01% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Meski apresiasi ini tergolong sangat minimal—hampir datar—namun langkah kecil ini menempatkan rupiah sejajar dengan mayoritas mata uang Asia yang sedang menguat.



Rupiah Ikuti Jejak Mata Uang Asia yang “Menghijau”
Dalam lanskap global yang penuh dinamika, rupiah berhasil bergabung dalam “klub” mata uang Asia yang mayoritas mencatat kenaikan. Dari sejumlah negara di kawasan, baht Thailand menjadi yang paling perkasa dengan apresiasi 0,33%. Di posisi kedua, yen Jepang melonjak 0,31%, diikuti oleh peso Filipina yang naik 0,14%, serta dolar Taiwan yang menguat 0,09%.

Hanya dua mata uang Asia yang mencatatkan pelemahan pagi ini. Yuan offshore terkoreksi tipis 0,02%, sementara ringgit Malaysia melemah 0,02%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sentimen pasar regional sedang mengarah positif, dan investor mulai lebih percaya diri menempatkan dananya di aset-aset berisiko.

Sentimen Global Mendorong Antusiasme Investor
Penguatan rupiah dan mata uang Asia lainnya tak lepas dari optimisme yang dibawa oleh kinerja pasar saham global, khususnya Wall Street. Pada penutupan akhir pekan lalu, bursa saham AS mencatatkan kenaikan yang solid, memberikan dorongan psikologis bagi pelaku pasar di kawasan Asia menjelang akhir tahun.


Tony Sycamore, analis dari IG berbasis di Sydney, Australia, mengungkapkan keyakinannya bahwa tren penguatan akan berlanjut. “Kami melihat pasar akan melanjutkan tren penguatan, dimulai dari Asia,” tegasnya.

Fenomena akhir tahun yang dikenal sebagai Santa Claus Rally—kemungkinan reli positif di pasar saham pada dua pekan terakhir Desember—tampaknya kembali terjadi pada 2025. Data historis sejak 1928 menunjukkan bahwa indeks S&P 500 cenderung naik dalam periode tersebut sebesar 75%. Ini menjadi sinyal kuat bahwa sentimen investor masih dalam mode “risk-on”.

Optimisme Akhir Tahun Dorong Minat pada Aset Berisiko
Tingginya ekspektasi terhadap stabilitas ekonomi global dan arah kebijakan moneter AS yang relatif dovish dalam beberapa minggu terakhir juga turut mendorong minat terhadap aset-aset berisiko, termasuk di negara berkembang seperti Indonesia.

Goldman Sachs Group Inc., dalam riset terbarunya yang dikutip oleh Bloomberg News, menyatakan bahwa meskipun tidak memperkirakan adanya reli dramatis, masih terdapat ruang bagi pasar untuk terus menguat hingga akhir tahun. “Mengesampingkan risiko jangka pendek, sulit untuk menahan momentum positif ini. Kami menilai ada potensi kenaikan lebih lanjut,” demikian pernyataan riset tersebut.

Peran Hari Ibu dan Sentimen Domestik
Menariknya, penguatan rupiah pada hari ini bertepatan dengan perayaan Hari Ibu di Indonesia—momentum yang sering kali menjadi simbol kehangatan, stabilitas, dan harapan. Di tengah dinamika pasar global yang kadang tak menentu, simbolisme tersebut tampaknya turut menguatkan sentimen domestik, meski secara teknis tidak berdampak langsung terhadap nilai tukar.

Namun, hal ini menjadi pengingat bahwa di balik fluktuasi angka-angka di pasar keuangan, terdapat fondasi sosial dan emosional yang ikut membentuk persepsi ekonomi nasional.

Baca juga: Harga Emas Pegadaian 22 Desember 2025: Antam Absen Lagi, UBS dan Galeri 24 Jadi Alternatif Utama

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya