Dua Jembatan Bailey Segera Pulihkan Akses Medan–Banda Aceh Pasca Banjir Bandang di Aceh Bireuen
Teddy-Instagram-
Dua Jembatan Bailey Segera Pulihkan Akses Medan–Banda Aceh Pasca Banjir Bandang di Aceh Bireuen
Pemerintah pusat bersama instansi terkait tengah berlomba melawan waktu untuk memulihkan akses transportasi darat antara Medan dan Banda Aceh yang sempat terputus akibat bencana banjir bandang di kawasan Aceh Bireuen. Dua jembatan bailey—jenis jembatan modular darurat yang kuat dan tahan banting—kini sedang dipasang secara intensif di lokasi kritis Sungai Teupin Mane, dengan target bisa dilalui kendaraan dalam waktu 2–3 hari ke depan.
Langkah cepat ini merupakan bagian dari respons nasional terhadap kerusakan infrastruktur akibat cuaca ekstrem yang melanda wilayah Aceh beberapa waktu lalu. Jalur Medan–Banda Aceh, yang selama ini menjadi urat nadi logistik, perdagangan, dan pergerakan masyarakat di Pulau Sumatera bagian utara, sempat lumpuh total setelah jembatan penghubung utama di Sungai Teupin Mane ambruk.
Jembatan Ambruk, Akses Vital Terputus
Sungai Teupin Mane yang biasanya memiliki lebar sekitar 100 meter, tiba-tiba meluas hingga mencapai 180 meter akibat luapan air yang sangat deras. Fenomena ini bukan hanya menunjukkan kekuatan alam yang dahsyat, tetapi juga mengungkap kerentanan infrastruktur di daerah rawan bencana.
Jembatan yang hanyut terbawa arus menyebabkan putusnya jalur utama yang menghubungkan Kota Medan di Sumatera Utara dengan Banda Aceh serta sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh, seperti Lhokseumawe, Takengon, hingga Meulaboh. Akibatnya, distribusi logistik, termasuk bantuan pangan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya, mengalami hambatan serius.
Menyadari urgensi situasi tersebut, pemerintah segera menginisiasi kolaborasi lintas sektoral yang melibatkan TNI Angkatan Darat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta partisipasi aktif warga setempat.
Kolaborasi Nasional dan Gotong Royong Lokal
Dalam keterangannya, Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menekankan bahwa upaya pemulihan infrastruktur ini merupakan bukti nyata dari solidaritas nasional dan semangat gotong royong yang masih hidup di tengah masyarakat.
“Pemasangan dua jembatan bailey oleh TNI AD, Kementerian PU, dan masyarakat setempat di Sungai Teupin Mane, Aceh Bireuen, merupakan langkah strategis untuk memulihkan konektivitas darat secara cepat dan aman,” ujar Teddy.
Jembatan bailey yang digunakan memiliki kapasitas beban hingga 50 ton, menjadikannya cukup kuat untuk dilintasi truk logistik, ambulans, dan kendaraan pribadi—meskipun sifatnya sementara. Meski demikian, konstruksinya dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menahan beban layaknya jembatan permanen dalam kondisi darurat.
Yang menarik, proses pengerjaan tidak dilakukan secara biasa. Tim gabungan yang terdiri atas prajurit TNI AD, insinyur dari Kementerian PUPR, dan warga lokal bekerja tanpa henti—24 jam sehari, tujuh hari seminggu—demi mengejar target pemulihan akses dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Pengerjaan 24 Jam Non-Stop, Target 2–3 Hari
Teddy menegaskan bahwa kecepatan menjadi kunci dalam situasi darurat seperti ini. Setiap jam yang terbuang berarti keterlambatan dalam penyaluran bantuan kepada warga terdampak.
“TNI AD dan Kementerian PU sejak awal bekerja secepat mungkin untuk memulihkan akses jalan utama di lokasi terdampak. Pemasangan dilakukan bahu-membahu bersama masyarakat setempat, 24 jam non-stop setiap harinya untuk mengejar waktu penyelesaian,” jelasnya.
Upaya ini tidak hanya soal teknis infrastruktur, tetapi juga cerminan komitmen pemerintah terhadap keselamatan dan kesejahteraan rakyat. Dengan jembatan yang kembali berfungsi, jalur logistik akan segera normal, memungkinkan bantuan mencapai daerah terpencil dan memulihkan aktivitas ekonomi lokal.