Siapa Anak dan Suami? Rosita Istiawan Perempuan yang Menghidupkan Kembali Lahan Gersang Jadi Hutan Organik Seluas 30 Hektare, Benarkah Bukan Orang Sembarangan?
Rosita-Instagram-
Siapa Anak dan Suami? Rosita Istiawan Perempuan yang Menghidupkan Kembali Lahan Gersang Jadi Hutan Organik Seluas 30 Hektare, Benarkah Bukan Orang Sembarangan?
Di tengah derasnya arus urbanisasi dan degradasi lingkungan, kisah Rosita Istiawan datang seperti angin segar yang menginspirasi. Namanya belakangan viral di media sosial, bukan karena sensasi, melainkan karena dedikasinya yang luar biasa dalam menghidupkan kembali lahan gersang menjadi hutan organik yang subur dan penuh kehidupan. Namun di balik viralnya nama Rosita, tersembunyi perjuangan panjang penuh lika-liku yang layak diteladani.
Mimpi Sederhana yang Berubah Jadi Gerakan Lingkungan
Kisah transformasi lingkungan yang dilakoni Rosita bermula dari keputusan pribadi yang tak biasa. Bersama almarhum suaminya, ia memilih jalan yang jarang ditempuh: meninggalkan kenyamanan kota untuk membangun sesuatu yang lebih abadi—hutan. Impian itu muncul bukan dari ambisi besar, melainkan dari kesadaran mendalam akan pentingnya menjaga bumi untuk generasi mendatang.
Untuk mewujudkan mimpi tersebut, Rosita dan suaminya rela melepas beberapa aset pribadi. Uang hasil penjualan itu kemudian digunakan untuk membeli lahan gersang seluas 2.000 meter persegi di kawasan Megamendung, Jawa Barat. Namun, tantangan nyata baru dimulai ketika mereka menginjakkan kaki di tanah tersebut.
Menghadapi Tanah Mati: pH Asam 2-4 yang Sulit Ditanami
Tanah yang dibeli Rosita bukanlah lahan subur yang siap ditanami. Justru sebaliknya—kondisinya sangat kritis. Tanah di Megamendung tersebut memiliki tingkat keasaman (pH) antara 2 hingga 4, jauh di bawah ambang ideal untuk pertumbuhan tanaman yang biasanya berkisar antara 5,5 hingga 7. Dengan kondisi demikian, hampir mustahil bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Percobaan pertama Rosita pun berakhir tragis. Ribuan bibit pohon yang ditanam dengan penuh harap gagal bertahan. “Semua mati,” kenangnya. Namun, kegagalan itu tak membuatnya menyerah. Justru dari sanalah tekadnya semakin menguat.
Strategi Cerdas dan Ketekunan Tanpa Henti
Alih-alih menyerah, Rosita memilih belajar. Ia mulai menerapkan sistem tumpang sari—metode pertanian berkelanjutan yang memadukan berbagai jenis tanaman dalam satu lahan—untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kesuburannya secara alami. Tak hanya itu, ia juga membuat pupuk organik sendiri dari bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar.
Namun, masalah utama tetap ada: air. Kondisi lahan yang gersang membuat sumber air sangat sulit diakses. “Itu saya ambil air dari bawah dari rumah saya, karena di sini gersang sekali, krisis,” ujarnya, menggambarkan betapa beratnya kondisi awal yang dihadapi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Rosita menciptakan pompa hidram sederhana—perangkat mekanis yang mampu mengangkat air dari sumber terendah ke area lereng tanpa listrik. Inovasi sederhana ini menjadi kunci keberhasilannya dalam menghidupkan kembali ekosistem di lahan tersebut.