Mengapa Yamaha RX-King Masih Diburu Hingga Kini? Legenda Jalanan yang Tak Pernah Mati, Bahkan Setelah Tragedi Gary Iskak
Gery-Instagram-
Mengapa Yamaha RX-King Masih Diburu Hingga Kini? Legenda Jalanan yang Tak Pernah Mati, Bahkan Setelah Tragedi Gary Iskak
Dunia otomotif nasional kembali dikejutkan oleh kabar duka. Aktor senior Gary Iskak dilaporkan meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas yang melibatkan motornya—sebuah Yamaha RX-King generasi lawas. Nama motor dua tak legendaris itu pun kembali menjadi sorotan, bukan hanya sebagai kendaraan korban, tetapi sebagai simbol kejayaan masa lalu yang hingga kini masih memikat hati para pecinta roda dua di Indonesia.
Meski produksinya dihentikan sejak 2009 silam, Yamaha RX-King—yang kerap dijuluki “Raja Jalanan”—tak pernah benar-benar punah dari peredaran. Justru sebaliknya: motor yang dulunya dianggap boros bensin dan berisik kini menjelma menjadi barang koleksi bernilai tinggi. Harganya bisa melambung hingga ratusan juta rupiah, tergantung kondisi, kelangkaan part, hingga sejarah kepemilikannya.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat motor tua ini begitu abadi dalam ingatan dan gairah komunitas otomotif Tanah Air? Mengapa ia tetap diminati, bahkan oleh generasi muda yang tumbuh di era motor matic dan electric vehicle?
1. Tenaga “Jambakan Setan” yang Bikin Ketagihan
Di balik tampilannya yang sederhana dan bergaya retro, Yamaha RX-King menyimpan rahasia besar: mesin dua tak 135 cc yang terkenal ganas. Para bikers lawas bahkan menjulukinya “jambakan setan”—sebuah metafora yang sangat tepat untuk menggambarkan akselerasi liar dan respons instan dari putaran gas.
Berbeda dengan motor modern berbasis empat tak yang menekankan efisiensi dan kehalusan, RX-King dirancang untuk menghentak. Dengan teknologi Yamaha Energy Induction System (YEIS), motor ini mampu menghasilkan tenaga maksimal hingga 18,5 PS pada putaran 9.000 rpm. Tambahkan karburator Mikuni 26 mm dan berat motor yang ringan—sekitar 108 kg—dan Anda akan mendapatkan kombinasi akselerasi brutal yang sulit ditandingi di kelasnya.
Cukup sentuh grip gas sedikit, dan RX-King bisa “menghilang” dalam sekejap. Tak heran jika di masanya, motor ini dijuluki “Jet Darat” oleh pecinta kebut-kebutan jalanan. Sensasi berkendara yang liar, spontan, dan penuh adrenalin inilah yang membuatnya terasa hidup—seolah punya jiwa sendiri.
2. Ergonomi Harian yang Tak Kalah Nyaman dari Sportbike Modern
Ketika berbicara tentang motor sport 150 cc di era 1990-an–2000-an, nama Suzuki RGR 150 dan Kawasaki Ninja R 150 tentu tak asing. Keduanya menawarkan desain full fairing ala balap MotoGP mini, namun dengan posisi berkendara ekstrem—tubuh condong ke depan, tangan menjangkau stang rendah, dan punggung melengkung seperti pembalap profesional.
Bagi pengguna harian, posisi tersebut justru menjadi siksaan di jalanan Jakarta yang macet atau saat melintasi medan perkotaan yang tak rata. Di sinilah keunggulan RX-King bersinar.
Motor ini menawarkan posisi duduk tegak yang natural, layaknya motor bebek atau naked bike modern. Pengendara tak perlu membungkuk atau menahan beban di pergelangan tangan. Apalagi dengan ban profil tebal berukuran 18 inci, RX-King mampu melibas jalan rusak, jalanan berlubang, bahkan medan off-road ringan tanpa kehilangan kenyamanan.
Bagi banyak penggunanya, RX-King bukan sekadar motor cepat—ia adalah kendaraan serba guna yang bisa dipakai harian, touring, bahkan jadi teman setia di medan yang menantang.
3. Aura “Bad Boy” dan Mitos RX-King Master 1999
Tak bisa dipungkiri, daya tarik RX-King bukan hanya soal teknis. Ada dimensi kultural dan emosional yang membuatnya begitu ikonik. Di era 1990-an, motor ini kerap dikaitkan dengan citra “bad boy”—remaja tanggung yang nekat, pemberani, dan tak takut melawan arus. Ia menjadi simbol pemberontakan, kebebasan, dan identitas urban.
Salah satu legenda yang paling melegenda adalah RX-King Master 1999. Konon, generasi terakhir sebelum perubahan besar pada desain tangki dan headlamp ini dianggap sebagai versi paling sempurna. Mesinnya lebih halus, body lebih kokoh, dan performa lebih stabil. Banyak kolektor rela membayar premium hanya untuk mendapatkan unit tahun 1999 dalam kondisi orisinal.