Siapa Winna Balina? Istri Capt Rachmat Diansyah Putra Sah Pamerkan Video 2 Menit 30 Detik Bersama Pramugari Exy Dwi Lestari
Rachmat-Instagram-
Dari Penggerebekan Hingga Laporan Polisi: Perjuangan Panjang Winna
Kasus ini tidak muncul secara tiba-tiba. Menurut pengakuan Winna, ia telah berbulan-bulan mengumpulkan bukti sejak pertama kali mencurigai perselingkuhan suaminya. Puncak konflik rumah tangga mereka terjadi pada Juli 2025, dan tepat sebulan kemudian—Agustus 2025—sang suami mengajukan gugatan cerai.
Namun, Winna menekankan bahwa ia masih secara hukum merupakan istri sah hingga saat ini. Ia bahkan telah melaporkan dugaan perzinaan tersebut ke Polsek Tangerang pada 14 September 2025, dan berusaha melibatkan pihak maskapai tempat suaminya bekerja.
"Suami saya direktur produksi di maskapai tersebut. Saya menemukan suami saya berselingkuh dengan seorang pramugari," tegasnya dalam unggahan lain.
Sayangnya, upayanya untuk mendapatkan keadilan melalui jalur internal perusahaan tidak membuahkan hasil. Ia juga mengeluh bahwa sejak konflik memuncak, suaminya berhenti memberikan nafkah dan mengabaikan kewajiban rumah tangga—tindakan yang justru memperkuat niatnya untuk tidak diam lagi.
“Lillahita’ala Saya Tidak Pacaran”, Tapi Bukti Visual Bercerita Lain
Di tengah tekanan publik, sang suami sempat membela diri. Ia mengklaim bahwa hubungannya dengan EDL hanyalah pertemanan biasa, bahkan bersumpah dengan kalimat sakral:
"Lillahita’ala, demi Allah saya tidak pacaran, tidak punya pikiran untuk menikah lagi atau akan menikah dengan EXY DWI LESTARI."
Namun, pernyataan itu justru menuai kritik pedas dari warganet. Banyak yang menilai bahwa klaim tersebut terdengar hambar dan tidak konsisten dengan rekaman CCTV yang telah tersebar luas. Di era digital seperti sekarang, kata-kata mudah diucapkan—tapi bukti visual jauh lebih sulit dibantah.
Kisah Winna: Antara Cinta, Pengkhianatan, dan Keberanian
Di balik hiruk-pikuk drama selebriti dan seleb TikTok, kisah Winna Balina menyentuh isu yang lebih universal: perjuangan seorang perempuan dalam menghadapi pengkhianatan setelah puluhan tahun membangun keluarga. Ia awalnya memilih diam demi menjaga keutuhan rumah tangga dan kestabilan emosional anak-anaknya. Namun, ketika batas kesabaran terlampaui, ia memilih berdiri tegak—dengan bukti di tangan dan keberanian di dada.
Kasus ini juga membuka diskusi lebih luas tentang dinamika relasi kuasa dalam dunia penerbangan, di mana batas antara profesionalisme dan hubungan pribadi kerap kabur. Lebih dari itu, ia menjadi pengingat bahwa kesetiaan bukanlah hal yang bisa diklaim—melainkan harus dibuktikan.