Profil Tampang Ulil Abshar yang Bersiteru dengan Iqbal Damanik soal Tambang yang Kembali Viral, Lengkap dari Umur, Agama dan Akun IG
Ulil-Instagram-
Profil Singkat Ulil Abshar Abdalla: Intelektual NU yang Tak Ragu Bersuara
Lahir di Pati, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1967, Ulil Abshar Abdalla berasal dari keluarga pesantren yang kental dengan tradisi NU. Ayahnya, Abdullah Rifa’i, merupakan pengasuh Pesantren Mansajul Ulum di Pati, sementara mertuanya adalah KH Mustofa Bisri (Gus Mus), kiai kharismatik dari Pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang.
Ulil menempuh pendidikan di Madrasah Mathali’ul Falah, Kajen, lalu menimba ilmu di Pesantren Al-Anwar, Sarang. Ia lulus dari Fakultas Syariah LIPIA Jakarta, sempat belajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dan meraih gelar doktor dari Universitas Boston, Amerika Serikat.
Dikenal sebagai pemikir progresif, Ulil pernah menjadi koordinator Jaringan Islam Liberal—gerakan yang menuai kontroversi namun juga menginspirasi banyak kalangan muda. Ia pernah menjadi sasaran teror pada 2011 ketika menerima kiriman “bom buku” yang meledak di Radio 68H, Jakarta Timur, melukai seorang perwira polisi.
Baca juga: UDPATE! Cara Cek Nama Penerima Bansos BLT Kesra Desember 2025, Mudah dan Praktis
Kini, selain aktif di Lakpesdam PBNU, Ulil juga menjabat sebagai Ketua Divisi Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan di Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat.
Menanti Rekonsiliasi: Bisakah NU Pulih dari Luka Ini?
Hingga Senin (1/12/2025), ketegangan internal PBNU belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Masing-masing pihak bersikukuh pada keputusannya. Namun, banyak kalangan di luar struktur PBNU—termasuk para kiai, aktivis muda NU, dan cendekiawan—mengkhawatirkan dampak jangka panjang konflik ini terhadap kohesi sosial dan moral organisasi.
NU, yang selama ini dikenal sebagai “benteng moderasi” dan penjaga ukhuwah, kini diuji: apakah mampu menyelesaikan konflik elit tanpa mengorbankan semangat kebersamaan dan nilai-nilai ke-NU-an yang telah diwariskan selama hampir seabad?
Bagi jutaan warga NU di seluruh Nusantara, harapan terbesar bukan pada siapa yang menang atau kalah, tetapi pada bagaimana organisasi ini kembali menjadi rumah yang damai—tempat di mana kepentingan umat selalu di atas ego pribadi.