Lulu Mall Hyderabad: Viral karena ‘Diserbu Massa’, Nyaris Bangkrut dalam Sehari—Benarkah?
Lulu mall-Instagram-
Lulu Mall Hyderabad: Viral karena ‘Diserbu Massa’, Nyaris Bangkrut dalam Sehari—Benarkah?
Fakta di Balik Kericuhan Pembukaan Mall Mewah Senilai Rp600 Miliar
Hyderabad, India — Dunia media sosial sempat dihebohkan oleh kabar mengejutkan tentang Lulu Mall di Hyderabad, India. Mall megah yang baru saja dibuka pada September 2023 itu digadang-gadang “hancur lebur dalam sehari” setelah mengalami kerusuhan massal selama acara pembukaannya. Dibangun dengan biaya fantastis mencapai Rp600 miliar, Lulu Mall seharusnya menjadi ikon baru pusat perbelanjaan modern di kota selatan India tersebut. Namun, kenyataannya justru berbanding terbalik.
Alih-alih menyambut pelanggan setia yang menikmati pengalaman berbelanja mewah, manajemen Lulu Mall justru harus menghadapi ribuan pengunjung tak terkendali yang datang bukan untuk berbelanja, melainkan untuk “pesta gratisan”. Insiden tersebut sempat memicu rumor bahwa Lulu Mall langsung bangkrut hanya dalam hitungan jam. Benarkah demikian? Atau hanya kesalahpahaman yang diperparah oleh viralnya konten di media sosial?
Berikut ini ulasan mendalam mengenai tiga alasan utama di balik kekacauan besar yang hampir membuat reputasi Lulu Mall hancur—dan bagaimana mall ini justru bertahan hingga hari ini.
1. “Pesta Gratisan” alih-alih Belanja: Ketika Diskon Jadi Bumerang
Salah satu alasan utama kekacauan di Lulu Mall Hyderabad adalah strategi promosi pembukaan yang terlalu agresif. Dalam rangka menarik perhatian publik, pihak manajemen memberikan berbagai promo gratis dan diskon besar-besaran, termasuk makanan dan hiburan tanpa batas. Sayangnya, strategi ini justru disalahartikan oleh sebagian besar pengunjung.
Alih-alih menjadi pelanggan yang tertarik dengan produk, ribuan orang datang hanya untuk menikmati fasilitas gratis. Bukan hanya mencicipi makanan di food court tanpa membayar, sebagian bahkan mengambil barang-barang dari supermarket Lulu dan mengonsumsinya di tempat—tanpa niat sedikit pun untuk membayar.
Aksi ini bukan sekadar memakan makanan tanpa izin, melainkan membobol sistem keamanan dan menunjukkan ketidaksiapan manajemen menghadapi kerumunan dalam skala besar. Akibatnya, kerugian material langsung membengkak dalam hitungan jam.
2. Lautan Sampah: Ketika Etika Publik Diabaikan
Setelah “pesta gratisan”, dampak berikutnya yang terlihat adalah penumpukan sampah dalam jumlah masif. Lantai mall—yang seharusnya bersih, wangi, dan mewah—berubah menjadi lautan plastik, kardus makanan, dan sisa konsumsi yang berserakan di mana-mana.
Pengunjung yang datang dalam jumlah besar tampaknya tidak memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan fasilitas umum. Tempat sampah yang disediakan pun tidak cukup menampung limbah harian dari kerumunan tersebut.
Foto-foto lantai mall yang penuh sampah pun viral di media sosial, terutama di platform seperti TikTok dan Instagram. Salah satu unggahan dari akun @kepoinduniaa menjadi sorotan, menampilkan kondisi mal yang tampak seperti “habis dijarah”.
Padahal, Lulu Mall didesain sebagai destinasi belanja kelas dunia, lengkap dengan arsitektur modern, taman indoor, bioskop, dan restoran premium. Tapi dalam sehari, citra mewah itu runtuh oleh kurangnya edukasi publik dan penegakan aturan di lokasi.
3. Toilet Jadi Medan Perang: Kurangnya Pengawasan dan Fasilitas Publik
Tak hanya di area makanan dan ritel, fasilitas umum seperti toilet juga jadi korban. Banyak laporan menyebutkan bahwa toilet di Lulu Mall mengalami kerusakan parah akibat penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
Beberapa pengunjung tidak tahu cara menggunakan toilet modern, sementara yang lain justru sengaja merusak fasilitas. Air tidak disiram, tisu digunakan berlebihan, dan bahkan beberapa kloset mengalami mampet total karena benda asing dibuang sembarangan.
Akibatnya, toilet yang seharusnya menjadi bagian dari pengalaman belanja nyaman justru menjadi sumber bau tak sedap dan risiko kesehatan. Insiden ini memperburuk citra mall di mata pengunjung yang datang keesokan harinya.