Skandal Jet Pribadi KPU: Afifuddin dan Penggunaan Anggaran Rp90 Miliar yang Bikin Heboh Publik

Skandal Jet Pribadi KPU: Afifuddin dan Penggunaan Anggaran Rp90 Miliar yang Bikin Heboh Publik

Afif-Instagram-

Respons KPU dan Upaya Pemulihan Kepercayaan
Hingga berita ini diturunkan, KPU belum memberikan klarifikasi detail mengenai alasan penggunaan jet pribadi dalam 59 perjalanan tersebut. Namun, sumber internal menyebut bahwa sebagian perjalanan dilakukan ke daerah terpencil yang tidak terjangkau penerbangan komersial. Meski demikian, banyak pihak meragukan klaim tersebut, mengingat tidak semua rute yang ditempuh memang benar-benar terpencil.

Pakar penerbangan, Capt. Budi Santoso, menjelaskan bahwa “bahkan untuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), pemerintah memiliki pesawat perintis seperti Susi Air atau Wings Air yang jauh lebih ekonomis daripada jet pribadi.” Ia menilai, jika memang diperlukan, KPU seharusnya menggunakan pesawat milik negara atau charter pesawat kecil, bukan jet mewah yang biaya sewanya bisa mencapai ratusan juta per jam terbang.



Baca juga: Sinopsis Nice To Not Meet You Tayang 3 November 2025: Kisah Cinta Penuh Konflik antara Bintang Drama dan Jurnalis yang Terjebak di Dunia Hiburan

Momentum untuk Reformasi Tata Kelola Anggaran
Kasus Afifuddin dan jet pribadi KPU seharusnya menjadi alarm keras bagi seluruh lembaga negara. Di tengah tekanan inflasi dan krisis ekonomi global, rakyat mengharapkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas—bukan kemewahan yang dibayar dengan uang pajak mereka.

Masyarakat sipil kini menuntut agar DPR dan BPK segera melakukan audit menyeluruh terhadap penggunaan anggaran KPU, terutama pada pos perjalanan dinas. Selain itu, revisi terhadap aturan perjalanan dinas pejabat negara juga dinilai mendesak, agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.


Penutup: Antara Kekayaan Pribadi dan Tanggung Jawab Publik
Mochammad Afifuddin mungkin memiliki kekayaan pribadi yang tergolong wajar menurut standar LHKPN. Namun, tanggung jawab moralnya sebagai pejabat publik jauh melampaui angka di laporan kekayaan. Dalam demokrasi yang sehat, kepercayaan rakyat adalah aset paling berharga—dan aset itu kini sedang tergerus oleh keputusan yang dianggap gegabah dan boros.

Apakah KPU mampu memulihkan kepercayaan publik? Atau justru kasus ini akan menjadi noda dalam sejarah penyelenggaraan pemilu Indonesia? Jawabannya ada di tangan para pemimpin—dan di mata rakyat yang terus mengawasi.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya