Viral! Siswi SMP di Muratara Jadi Korban Bullying, Arie Untung Geram: Semua Malah Acungin Jempol, Bukan Melerai!

Viral! Siswi SMP di Muratara Jadi Korban Bullying, Arie Untung Geram: Semua Malah Acungin Jempol, Bukan Melerai!

bully-Tumisu/pixabay-

Viral! Siswi SMP di Muratara Jadi Korban Bullying, Arie Untung Geram: “Semua Malah Acungin Jempol, Bukan Melerai!”

Kasus perundungan atau bullying kembali mengguncang dunia pendidikan Tanah Air. Kali ini, seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, menjadi korban kekerasan fisik dan psikologis oleh teman-temannya sendiri. Yang lebih mencengangkan, aksi kejam tersebut direkam dan justru disambut sorak sorai serta jempol teracung dari para saksi di sekitar lokasi kejadian.



Peristiwa ini sontak menjadi viral di media sosial setelah video berdurasi pendek menyebar luas. Dalam rekaman tersebut, terlihat jelas seorang siswi berinisial C dikeroyok oleh adik kelasnya, H, yang didampingi sejumlah teman lainnya. Alih-alih melerai atau melaporkan kejadian itu kepada pihak berwenang, anak-anak yang menyaksikan justru bersikap seolah tengah menonton tontonan hiburan—dengan ekspresi riang dan jempol terangkat sebagai bentuk dukungan.

Reaksi Arie Untung: “Ini Bukan Lucu, Tapi Tragis!”
Kasus ini langsung menyedot perhatian publik, termasuk dari kalangan selebriti. Aktor sekaligus presenter kondang, Arie Untung, tak bisa menyembunyikan keheranan dan kekecewaannya terhadap sikap para pelajar dalam video tersebut. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, @ariekuntung, pada Jumat (24/10/2025), ia mengekspresikan keprihatinan mendalam atas moralitas generasi muda saat ini.

“Aku sih setiap ada yang gini aku up, tolong cari sekolahnya sampai dapet, nama anaknya, akun IG-nya—semua anak-anak yang malah ngacung-ngacungin jempol bukannya misahin,” tulis Arie dengan nada geram.


Ia menegaskan bahwa tindakan para saksi yang justru memberi apresiasi terhadap kekerasan adalah bentuk kegagalan kolektif dalam menanamkan nilai kemanusiaan dan empati. Menurutnya, perilaku tersebut bukan hanya tidak pantas, tetapi juga berpotensi memperparah trauma korban.

Kegagalan Sistem Pendidikan?
Lebih jauh, Arie Untung mempertanyakan efektivitas sistem pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Ia menilai bahwa institusi pendidikan seharusnya menjadi tempat menanamkan nilai-nilai moral, bukan malah menjadi latar belakang bagi tindakan brutal seperti ini.

“Sekolah tempat anak-anak ini menuntut ilmu patut di-blacklist. Ini jelas kegagalan dalam mendidik adab dan karakter siswa,” tegasnya.

Pernyataan ini mengundang diskusi luas di kalangan warganet. Banyak yang sepakat bahwa pendidikan karakter harus menjadi prioritas utama, bukan hanya pencapaian akademik semata. Bahkan, beberapa komentar menyoroti pentingnya pelibatan orang tua, guru, dan lingkungan sekitar dalam membentuk mental anak yang berintegritas.

Desakan agar Pelaku Dihukum Tanpa Keringanan
Tak hanya mengkritik sikap para saksi, Arie juga menyerukan agar kasus ini ditangani secara hukum tanpa kompromi. Ia secara tegas menolak upaya diversi atau keringanan hukuman bagi para pelaku, meskipun mereka masih berstatus pelajar di bawah umur.

“Tolak diversi. Anak SMP pun layak dijatuhi hukuman yang sesuai. Ini bukan soal usia, tapi soal tanggung jawab atas perbuatan kejam yang mereka lakukan,” ujarnya.

Pernyataan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat yang mulai jenuh melihat maraknya kasus bullying di sekolah yang kerap berakhir dengan penyelesaian damai atau sekadar permintaan maaf. Banyak pihak menilai bahwa tanpa konsekuensi hukum yang tegas, pelaku tidak akan pernah menyadari kesalahan mereka, dan korban pun tidak mendapatkan keadilan.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya