Calista Amore Manurung Anaknya Siapa? Inilah Biodata Mahasiswa Kedokteran Tampan yang Jadi Sorotan karena Peran dalam Kematian Timothy Anugerah Saputra

Calista Amore Manurung Anaknya Siapa? Inilah Biodata Mahasiswa Kedokteran Tampan yang Jadi Sorotan karena Peran dalam Kematian Timothy Anugerah Saputra

Calista-Instagram-

Calista Amore Manurung Anaknya Siapa? Inilah Biodata Mahasiswa Kedokteran Tampan yang Jadi Sorotan karena Peran dalam Kematian Timothy Anugerah Saputra

Dunia pendidikan tinggi di Indonesia kembali diguncang oleh tragedi memilukan yang mengungkap sisi gelap kehidupan kampus. Kali ini, Universitas Udayana (Unud), salah satu perguruan tinggi paling bergengsi di Pulau Dewata, Bali, menjadi pusat sorotan nasional menyusul meninggalnya seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Timothy Anugerah Saputra. Kematian tragisnya diduga kuat berkaitan erat dengan aksi perundungan (bullying) yang dialaminya selama berkuliah.



Namun, yang membuat kasus ini semakin menggemparkan bukan hanya dugaan tindakan bullying itu sendiri, melainkan sikap sejumlah rekan kampusnya—termasuk seorang mahasiswa kedokteran yang dikenal tampan dan populer—yang justru menunjukkan sikap tidak empatik bahkan merendahkan setelah Timothy tiada.

Wajah Tampan di Balik Skandal Kemanusiaan
Salah satu nama yang paling mencuri perhatian publik adalah Calista Amore Manurung, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Ia dikenal sebagai figur karismatik, rupawan, dan aktif di berbagai kegiatan kampus. Namun, popularitas dan paras tampannya kini justru menjadi kontras dengan dugaan keterlibatannya dalam aksi bullying terhadap Timothy.

Berdasarkan bukti percakapan grup WhatsApp yang viral di media sosial, Calista disebut-sebut sebagai salah satu peserta dalam obrolan yang penuh dengan komentar sinis, ejekan, dan bahkan ungkapan yang terkesan “merayakan” kematian Timothy. Meski belum ada pernyataan resmi dari pihak universitas mengenai peran pastinya, identitas Calista terus menjadi sorotan warganet dan media.


Obrolan WhatsApp yang Mengiris Hati Publik
Percakapan mengerikan tersebut pertama kali diunggah oleh akun anonim @udayanamenfess di platform X (sebelumnya Twitter). Dalam tangkapan layar yang beredar luas, terlihat sejumlah mahasiswa—diduga teman seangkatan atau satu organisasi—berdiskusi dengan nada meremehkan tentang kematian Timothy.

Salah satu pesan yang paling mengejutkan berbunyi:

“Akhirnya dia pergi juga.”

Pesan itu kemudian diikuti dengan emoji tawa dan komentar-komentar lain yang terkesan tidak menghargai nyawa manusia. Bagi keluarga Timothy, unggahan ini bukan hanya menyakitkan, tapi juga menjadi bukti nyata betapa dalamnya luka yang ditinggalkan oleh budaya perundungan di lingkungan akademik.

Psikolog sosial dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Lina Wijaya, mengatakan bahwa jenis komunikasi seperti ini mencerminkan defisit empati kolektif yang berbahaya.

“Ketika seseorang bisa tertawa atau bersikap acuh tak acuh terhadap kematian orang lain—apalagi korban bullying—itu tanda bahwa nilai kemanusiaan telah tergerus oleh budaya toxic di lingkungan tersebut,” ujarnya.

Gelombang Kemarahan dan Tuntutan Keadilan
Kasus ini memicu gelombang protes besar-besaran di media sosial. Tagar seperti #JusticeForTimothy, #StopBullyingUnud, dan #TindakPelakuUnud sempat menjadi trending di berbagai platform, termasuk Instagram, TikTok, dan Twitter. Ribuan warganet, aktivis HAM, serta komunitas anti-bullying menuntut agar pihak universitas segera mengambil tindakan tegas.

Tak hanya itu, sejumlah tokoh publik dan influencer nasional juga turut bersuara. Selebriti sekaligus pendidik, Najwa Shihab, misalnya, menulis di Instagram Story-nya:

“Kampus seharusnya menjadi tempat aman untuk tumbuh, bukan medan perang psikologis. Jika mahasiswa kedokteran—calon penyelamat nyawa—malah ikut merendahkan sesama, lalu di mana moralitas kita?”

Tuntutan publik tidak hanya berhenti pada sanksi akademik, tetapi juga desakan agar kasus ini diselidiki secara hukum. Banyak pihak menilai bahwa ucapan-ucapan dalam grup WhatsApp tersebut bisa dikategorikan sebagai tindak pidana penghinaan pasca-kematian, yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Permintaan Maaf Publik: Tulus atau Sekadar Strategi?
Di tengah tekanan publik yang terus meningkat, sejumlah mahasiswa yang terlibat dalam percakapan kontroversial itu akhirnya mengeluarkan permintaan maaf melalui video yang diunggah di media sosial. Dalam video tersebut, mereka menyatakan penyesalan mendalam dan memohon maaf kepada keluarga almarhum serta masyarakat luas.

Namun, banyak netizen meragukan ketulusan permintaan maaf tersebut.

“Kalau memang punya hati nurani, kenapa harus menunggu viral dulu? Kenapa tidak langsung datang ke keluarga Timothy sejak awal?” tulis seorang warganet di kolom komentar berita Kompas.com.

Beberapa pengamat sosial menilai bahwa permintaan maaf ini lebih merupakan strategi mitigasi reputasi ketimbang ekspresi penyesalan yang tulus. “Di era digital, citra publik bisa hancur dalam hitungan jam. Mereka butuh ‘damage control’, bukan keadilan,” ujar Dian Pratiwi, pengamat media sosial dari Universitas Padjadjaran.

Universitas Udayana Diminta Bertindak Tegas
Hingga kini, pihak Universitas Udayana belum memberikan pernyataan resmi yang komprehensif mengenai langkah konkret yang akan diambil terhadap para pelaku. Namun, Rektor Unud, Prof. Dr. I Nyoman Gde Antara, dalam konferensi pers singkat pada Kamis (16/10), menyatakan bahwa pihaknya telah membentuk tim investigasi internal untuk mengusut tuntas kasus ini.

Baca juga: Biodata Tampang James Halim Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang Diduga Membully Timothy Anugerah Saputra Mahasiswa Universitas Udayana Hingga Tewas

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya