Tragedi di Karawang: Pasien Meninggal Usai Operasi, Jenazah Ditemukan Penuh Kain Kassa – Warga Geram, RS Diminta Bertanggung Jawab

Rs-Instagram-
Tragedi di Karawang: Pasien Meninggal Usai Operasi, Jenazah Ditemukan Penuh Kain Kassa – Warga Geram, RS Diminta Bertanggung Jawab
Sebuah insiden medis yang menghebohkan warga Karawang kini menjadi sorotan publik nasional. Seorang pasien dikabarkan meninggal dunia hanya beberapa hari setelah menjalani operasi di salah satu rumah sakit ternama di wilayah tersebut. Namun, yang membuat kejadian ini semakin mencurigakan adalah temuan mengejutkan saat jenazah dimandikan: perut korban dipenuhi kain kassa dalam jumlah besar.
Kasus ini pertama kali mencuat ke publik melalui unggahan viral di media sosial Instagram oleh akun @andreli_48 pada 11 Oktober 2025. Dalam unggahan tersebut, terlihat jelas luka operasi di bagian perut kiri dan kanan, serta area kemaluan depan dan belakang, yang semuanya “disumpal” dengan kain kassa berukuran lebar dan panjang. Padahal, menurut informasi awal, operasi yang dijalani pasien hanya bertujuan untuk mengangkat benjolan di area kemaluan—bukan prosedur besar yang melibatkan rongga perut.
Kronologi Mencurigakan: Operasi Ringan, Tapi Meninggal Mendadak
Menurut narasi yang disampaikan dalam unggahan tersebut, pasien langsung dibawa pulang oleh pihak rumah sakit setelah menjalani operasi, tanpa masa observasi atau rawat inap. Dua hari pascaoperasi, kondisi korban tampak stabil. Namun, pada hari ketiga, ia tiba-tiba mengalami penurunan kondisi kesehatan drastis dan akhirnya meninggal dunia.
“Kronologi: Korban selesai operasi dan langsung dibawa pulang, tidak menginap lagi. Bertahan dua hari di rumah, lalu meninggal pada hari ketiga. Awalnya katanya hanya operasi benjolan di kemaluan, tapi kok setelah dioperasi perut kanan bawah, kiri, dan kemaluan depan-belakang disumpel kain kasa yang lebar dan panjang?” tulis akun @andreli_48, mempertanyakan logika medis di balik prosedur yang dilakukan.
Pertanyaan ini pun memicu gelombang kekhawatiran dan kemarahan di kalangan netizen. Banyak yang menilai bahwa tindakan medis yang dilakukan tidak sesuai standar, apalagi jika pasien diperbolehkan pulang tanpa pemantauan pascaoperasi yang memadai.
Reaksi Warganet: Dari Simpati hingga Tuntutan Transparansi
Unggahan tersebut langsung menuai ribuan komentar dan dibagikan luas di berbagai platform media sosial. Netizen dari berbagai latar belakang—mulai dari tenaga kesehatan hingga warga biasa—ikut memberikan tanggapan.
Akun @syekh_muhammadkalijogo menuntut transparansi penuh: “Ane lama di Kabupaten Karawang, sebutkan saja RS-nya biar ada konfirmasi kedua belah pihak.” Sementara itu, akun @rajaterakhir__ menyampaikan empati mendalam: “Ini kenapa di-upload sih? Kasihan keluarganya.” Namun, banyak pula yang berpendapat bahwa publikasi kasus ini penting demi mencegah kejadian serupa di masa depan.
Ada pula yang berbagi pengalaman pribadi. Akun @idub7777 menjelaskan bahwa penggunaan kain kassa dalam jumlah besar memang bisa terjadi dalam prosedur medis tertentu, seperti dressing untuk mengalirkan nanah pascaoperasi. “Saya pernah kek gitu, tapi untuk menyerap nanah, dan bekas operasinya yang tidak dijahit. Itu namanya dressing. Tapi tetap, harus ada penjelasan medis yang jelas ke keluarga,” ujarnya.
Namun, pertanyaan utama tetap menggantung: apakah wajar pasien diperbolehkan pulang segera setelah operasi tanpa pengawasan lanjutan? Seperti yang dipertanyakan akun @riyan_oktaldi: “Emang boleh selesai operasi langsung dibawa pulang?”
Standar Prosedur Medis vs Realitas Lapangan
Menurut dokter spesialis bedah yang enggan disebutkan namanya, prosedur operasi—sekecil apa pun—harus diikuti dengan observasi pascaoperasi minimal beberapa jam hingga satu hari, tergantung kompleksitas tindakan. “Jika ada pemasangan drain atau kain kassa dalam jumlah besar, itu biasanya menandakan adanya risiko infeksi atau cairan yang perlu dikeluarkan bertahap. Pasien seharusnya tidak langsung dipulangkan tanpa edukasi dan pemantauan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa penggunaan kain kassa di beberapa area tubuh sekaligus—terutama jika tidak sesuai lokasi operasi awal—bisa mengindikasikan komplikasi yang tidak tertangani dengan baik, atau bahkan kesalahan prosedural.