Mengapa #PrayForNigeria Mendunia? Jejak Darah Umat Kristen Nigeria dalam Krisis Kemanusiaan 2025 yang Mengguncang Dunia

Pray-Instagram-
Mengapa #PrayForNigeria Mendunia? Jejak Darah Umat Kristen Nigeria dalam Krisis Kemanusiaan 2025 yang Mengguncang Dunia
Sejak awal Oktober 2025, tagar #PrayForNigeria tiba-tiba meledak di berbagai platform media sosial global, dari TikTok dan Instagram hingga Twitter (X). Bukan sekadar tren sesaat, tagar ini menjadi simbol keprihatinan mendalam terhadap nasib ribuan umat Kristen di Nigeria yang menjadi korban kekerasan sistematis, pembantaian brutal, dan penculikan massal sepanjang tahun ini.
Apa yang sebenarnya terjadi di negeri Afrika Barat tersebut? Mengapa dunia tiba-tiba “terbangun” dan berseru dalam satu suara: Pray for Nigeria?
Awal Mula Viralnya #PrayForNigeria
Semuanya bermula dari unggahan viral di TikTok oleh akun @rzbureofficial yang membagikan kisah-kisah pilu dari Nigeria. Video berdurasi singkat itu menampilkan rekaman korban kekerasan, gereja yang hangus terbakar, dan kesaksian para penyintas yang kehilangan keluarga hanya karena mempertahankan iman mereka.
Dalam hitungan jam, konten tersebut menyebar seperti api di padang rumput kering. Warganet dari berbagai negara—termasuk Indonesia—mulai membanjiri media sosial dengan doa, kutipan Alkitab, dan seruan agar dunia tidak lagi menutup mata terhadap tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Nigeria.
Tagar #PrayForNigeria pun menjadi trending global, bukan hanya sebagai ekspresi empati, tetapi juga sebagai bentuk protes terhadap ketidakpedulian internasional selama bertahun-tahun.
Data Mengerikan: Lebih dari 7.000 Nyawa Melayang dalam 8 Bulan Pertama 2025
Menurut laporan terbaru dari Intersociety, sebuah lembaga pemantau hak asasi manusia berbasis di Nigeria, sejak 1 Januari hingga 10 Agustus 2025 saja, lebih dari 7.000 umat Kristen tewas akibat serangan bersenjata oleh kelompok ekstremis.
Angka itu belum termasuk korban luka berat, trauma psikologis, atau kerusakan infrastruktur sosial dan keagamaan. Lebih mengejutkan lagi, sekitar 7.800 orang Kristen lainnya dilaporkan diculik, dipaksa murtad, atau dijadikan sandera dalam operasi teror yang terorganisir rapi.
“Ini bukan sekadar konflik agama atau suku. Ini adalah kampanye sistematis untuk menghapus keberadaan komunitas Kristen di wilayah tertentu Nigeria,” ungkap seorang aktivis HAM yang enggan disebut namanya.
Tragedi Yelwata: Malam Kelam di Benue State
Salah satu peristiwa paling mengerikan terjadi pada malam 13–14 Juni 2025 di Benue State, sebuah wilayah yang dikenal sebagai jantung komunitas Kristen di Nigeria Tengah.
Peristiwa yang kini dikenal sebagai “Yelwata Massacre” menewaskan antara 100 hingga 200 warga sipil, kebanyakan perempuan, anak-anak, dan lansia. Para penyerang—diduga berasal dari kelompok radikal bersenjata—menyerbu desa saat warga sedang tidur, membakar puluhan rumah, dan mengeksekusi siapa pun yang mencoba melawan atau berlindung di gereja setempat.
Ribuan warga selamat dari pembantaian itu kini hidup sebagai pengungsi internal, tinggal di tenda-tenda darurat tanpa akses layanan kesehatan, air bersih, atau keamanan memadai.
“Mereka datang seperti hantu di malam hari. Tidak ada peringatan. Hanya suara tembakan dan jeritan,” kata seorang penyintas kepada jurnalis lokal.
Akumulasi Tragedi Sejak 2009: Lebih dari 52.000 Nyawa Telah Direnggut
Kekerasan terhadap umat Kristen di Nigeria bukanlah hal baru. Sejak 2009, ketika kelompok ekstremis seperti Boko Haram dan Islamic State West Africa Province (ISWAP) mulai aktif, lebih dari 52.250 orang Kristen telah dibunuh dalam berbagai serangan.
Tidak hanya nyawa yang hilang. Ribuan gereja, sekolah Kristen, klinik, dan rumah ibadah telah dihancurkan atau dibakar habis. Di beberapa wilayah, keberadaan simbol-simbol Kristen bahkan dilarang secara de facto oleh kelompok bersenjata yang menguasai daerah tersebut.
Pemerintah Nigeria kerap disebut lamban dalam merespons. Meski telah mengerahkan pasukan keamanan, upaya tersebut sering kali tidak efektif karena korupsi, kurangnya intelijen, atau bahkan dugaan kolusi antara aparat dengan kelompok radikal.
Respons Global: Doa, Solidaritas, dan Desakan untuk Aksi Nyata
Viralnya #PrayForNigeria bukan hanya soal simpati—ini adalah seruan moral global agar tragedi kemanusiaan ini tidak lagi diabaikan.
Di Indonesia, tagar tersebut juga ramai digunakan oleh komunitas Kristen, organisasi kemanusiaan, dan bahkan tokoh lintas agama. Banyak yang menggelar doa bersama secara daring maupun luring, menggalang donasi untuk korban, serta mendesak pemerintah Indonesia untuk menyuarakan isu ini di forum internasional seperti PBB.
“Umat manusia diciptakan punya hak yang sama, apa pun agamanya,” tulis akun @lilik.admodihardj di Instagram, yang unggahannya telah dibagikan lebih dari 10 ribu kali.
Sementara itu, akun TikTok @007007bless menulis dengan penuh keyakinan: