Apa Penyebab Ning Manara Qudsiya Putri Keempat Yai MIM Meninggal Dunia?

Apa Penyebab Ning Manara Qudsiya Putri Keempat Yai MIM Meninggal Dunia?

Manara-Instagram-

Apa Penyebab Ning Manara Qudsiya Putri Keempat Yai MIM Meninggal Dunia?

Di tengah sorotan publik terhadap konflik sengit antara Yai MIM (Prof. Dr. KH. Muhammad Imam Muslimin, M.Ag.) dan tetangganya, Nurul Sahara, muncul kisah pilu yang jarang dibahas: kepergian putri keempatnya, Ning Manara Qudsiya, pada usia yang terbilang sangat muda. Kabar duka ini sempat mengguncang dunia maya pada Agustus 2021, namun kembali mencuat ke permukaan seiring dengan viralnya kembali kasus perseteruan Yai MIM di media sosial.



Ning Manara Qudsiya, yang akrab disapa Rara, menghembuskan napas terakhir pada Senin, 16 Agustus 2021. Kepergiannya bukan hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga memicu rasa penasaran publik: sakit apa sebenarnya yang merenggut nyawa perempuan muda berprestasi ini?

Siapa Ning Manara Qudsiya?
Manara Qudsiya adalah putri keempat dari pernikahan pertama Yai MIM dengan Chusnul Chaidarou. Ia merupakan lulusan S1 Psikologi—sebuah pencapaian akademik yang menunjukkan komitmennya terhadap pendidikan dan pengembangan diri. Di media sosial, terutama Instagram dengan akun @manaraqudsiya, ia kerap membagikan momen kehidupan sehari-hari, refleksi spiritual, serta aktivitas akademiknya.

Meski hidup dalam keluarga yang dikenal kharismatik dan berpengaruh di lingkungan pesantren, Rara tampil sederhana dan rendah hati. Banyak yang mengenalnya sebagai sosok yang cerdas, hangat, dan penuh semangat.


Viralnya Kabar Duka dan Karangan Bunga dari Berbagai Penjuru
Kabar meninggalnya Ning Manara pertama kali menyebar luas melalui unggahan di platform TikTok, khususnya dari akun @ekos_tv. Video tersebut menampilkan deretan karangan bunga yang membanjiri kediaman keluarga Yai MIM di Malang. Karangan bunga itu datang dari berbagai kalangan—mulai dari lembaga pendidikan, alumni pesantren, kolega akademisi, hingga masyarakat umum yang mengenal keluarga besar Yai MIM.

Fenomena ini memperlihatkan betapa luasnya jaringan sosial dan pengaruh keluarga Yai MIM, sekaligus menunjukkan betapa dicintainya sosok Ning Manara oleh banyak orang. Tak heran, kepergiannya menjadi topik hangat di berbagai forum daring, termasuk diskusi di Twitter, Instagram, dan grup WhatsApp.

Penyebab Meninggal: Sakit Pencernaan atau Ada Faktor Lain?
Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul dari netizen adalah: apa sebenarnya penyebab meninggalnya Ning Manara Qudsiya? Hingga kini, pihak keluarga belum memberikan pernyataan resmi atau rinci terkait kondisi medis terakhir almarhumah.

Namun, dalam salah satu unggahan di Instagram @manaraqudsiya, terdapat komentar dari akun bernama @inungnungnung_ yang menyebut bahwa Ning Manara meninggal karena sakit pencernaan. Meski informasi ini tersebar luas, penting untuk dicatat bahwa belum ada konfirmasi medis atau pernyataan resmi dari keluarga yang membenarkan klaim tersebut.

Beberapa warganet berspekulasi bahwa sakit pencernaan yang dimaksud mungkin berkaitan dengan gangguan gastrointestinal serius seperti radang usus, infeksi saluran pencernaan akut, atau bahkan komplikasi dari penyakit kronis lainnya. Namun, tanpa data medis yang valid, semua ini tetap sebatas dugaan.

Yai MIM: Bukan Sekadar Tokoh Kontroversial
Di balik narasi konflik yang kerap menghiasi pemberitaan, sosok Yai MIM sebenarnya jauh lebih kompleks. Ia bukan hanya seorang tokoh agama yang disegani, tetapi juga mantan dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu, ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Anshofa—lembaga pendidikan Islam yang dikenal aktif dalam dakwah dan pengembangan karakter santri.

Gelar akademiknya yang lengkap, Prof. Dr. KH. Muhammad Imam Muslimin, M.Ag., menunjukkan bahwa ia adalah figur intelektual sekaligus spiritual. Namun, popularitasnya di dunia maya justru lebih sering dikaitkan dengan berbagai kontroversi, termasuk perseteruan hukum dan sosial dengan tetangga-tetangganya.

Kepergian putrinya, Ning Manara, seharusnya menjadi pengingat bahwa di balik setiap figur publik—apalagi yang kerap menjadi bahan perbincangan—ada sisi kemanusiaan yang rentan dan penuh emosi.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya