No Sensor! Video Korwil SPPG Blora 2 Menit 30 Detik di Videy yang Diduga Lecehkan Anggota DPRD ketika Audiensi Bahas MBG

Ilustrasi video --
No Sensor! Video Korwil SPPG Blora 2 Menit 30 Detik di Videy yang Diduga Lecehkan Anggota DPRD ketika Audiensi Bahas MBG
Skandal Audiensi DPRD Blora: Korwil SPPG Ketik Laptop Saat Bahas Program Makan Bergizi Gratis, Publik Geram!
Sebuah insiden yang terjadi di ruang rapat Gedung DPRD Kabupaten Blora pekan lalu kini menjadi sorotan nasional. Bukan karena kebijakan kontroversial atau keputusan politik yang memicu perdebatan, melainkan karena tingkah laku tak pantas seorang pejabat daerah yang justru asyik mengetik di laptop saat rapat penting sedang berlangsung. Ya, Anda tidak salah baca — rapat yang membahas program strategis “Makan Bergizi Gratis” (MBG) untuk anak sekolah, malah dianggap remeh oleh Koordinator Wilayah Serikat Pendidik dan Pegawai Pemerintah (SPPG) Blora.
Video berdurasi 1 menit 11 detik yang diunggah oleh akun Twitter @jateng_twit pada 20 September 2025 itu kini telah ditonton lebih dari 250 ribu kali, dan terus menuai gelombang protes dari warganet, pendidik, hingga aktivis sosial. Banyak yang menyebutnya sebagai bentuk pelecehan terhadap lembaga legislatif, sekaligus cerminan buruknya etika kerja di lingkungan birokrasi daerah.
Detik-detik yang Memicu Kemarahan Publik
Dalam rekaman video tersebut, terlihat suasana rapat yang seharusnya khidmat dan penuh fokus, justru diwarnai oleh kegiatan multitasking yang tak pantas. Di antara tiga peserta rapat yang mengenakan seragam batik — simbol keseriusan dan kesetaraan dalam forum resmi — hanya satu orang yang terlihat sibuk mengetik di laptopnya: sang Koordinator Wilayah SPPG Blora.
Tak tahan melihat ketidakseriusan tersebut, Supriedi — anggota DPRD Blora yang juga Ketua Komisi IV Bidang Pendidikan — langsung menghentikan jalannya rapat. Dengan nada tegas namun tetap menjaga kesopanan, ia menegur sang koordinator.
“Rapat ini membahas hajat hidup masyarakat, Pak. Kalau Anda punya tugas lain, silakan selesaikan dulu. Saya tidak ingin rapat ini dianggap main-main,” ujar Supriedi, yang disambut diam oleh peserta lain.
Supriedi bahkan menawarkan solusi yang sangat jarang terjadi di dunia birokrasi: ia rela menunda rapat demi memberi waktu bagi sang koordinator untuk menyelesaikan urusannya.
“Kalau memang ada tugas pokok yang harus diselesaikan dulu, saya siap menunggu. Demi rakyat, saya tunggu sampai Anda benar-benar fokus. Ini membahas nasib rakyat, bukan ngobrol santai di warung kopi,” tegasnya, menekankan bahwa DPRD adalah lembaga terhormat, bukan tempat untuk bekerja sambil lalu.
Namun, alih-alih meminta maaf atau segera menutup laptop, sang koordinator justru dengan santai menjawab, “Masih...” — mengisyaratkan bahwa ia belum selesai dengan pekerjaannya.
“Saya Merasa Dilecehkan” — Pernyataan yang Menohok
Respons dingin dan acuh tak acuh dari sang koordinator membuat Supriedi semakin geram. Ia pun meminta izin kepada pimpinan rapat untuk menskors sementara pertemuan, sembari menegaskan bahwa sikap sang koordinator adalah bentuk pelecehan terhadap institusi DPRD dan proses demokrasi.
“Saya tanya, Anda masih mengerjakan atau sudah bisa fokus? Jawabnya ‘masih’. Silakan kerjakan dulu. Izin pimpinan, rapat kita skors sampai selesai. Saya tunggu. Karena terus terang, saya merasa dilecehkan. Rapat tidak fokus, terkesan main-main,” ujar Supriedi dengan nada tegas dan penuh emosi terkendali.
Pernyataan ini sontak menjadi viral. Banyak warganet yang memuji sikap tegas Supriedi, sekaligus mengecam keras sikap sang koordinator yang dianggap meremehkan fungsi lembaga legislatif dan kepentingan publik.
Reaksi Warganet: Dari Geram Hingga Tuntutan Evaluasi
Setelah video tersebut menyebar luas, gelombang protes pun mengalir deras di media sosial. Banyak yang menyayangkan sikap sang koordinator, yang dianggap mencerminkan mentalitas birokrat yang tidak profesional.