Ahmad Sahroni 'Boti'? Viral Lagi Gara-Gara Gaya Lari & Postingan 'Lambreta Gilak' – Warganet Heboh, Benarkah?

Ahmad Sahroni 'Boti'? Viral Lagi Gara-Gara Gaya Lari & Postingan 'Lambreta Gilak' – Warganet Heboh, Benarkah?

Sahroni-Instagram-

Ahmad Sahroni 'Boti'? Viral Lagi Gara-Gara Gaya Lari & Postingan 'Lambreta Gilak' – Warganet Heboh, Benarkah?

Nama Ahmad Sahroni, mantan anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, kembali menjadi sorotan publik. Bukan karena kebijakan atau kinerjanya di parlemen, melainkan karena serangkaian konten lama dan tingkah lakunya yang memantik gelak tawa, debat sengit, hingga spekulasi liar di jagat maya. Mulai dari gaya berlarinya yang dianggap “feminin”, hingga postingan lamanya di akun X (dulu Twitter) yang menyebut “Lambreta Gilak”, warganet ramai-ramai menjadikannya bahan meme — bahkan sampai muncul dugaan bahwa Sahroni adalah “boti”.



Ya, Anda tidak salah baca. “Boti”. Istilah slang yang kerap digunakan untuk menyebut laki-laki dengan gaya atau ekspresi yang dianggap melenceng dari norma maskulinitas tradisional — dan seringkali digunakan secara negatif atau ejekan.

Tapi benarkah demikian? Atau ini hanya gelombang viral yang lahir dari konteks yang salah dan keisengan netizen?

Mari kita telusuri lebih dalam.


Kontroversi Awal: “Rakyat TOLOL” yang Memicu Amarah
Semua bermula ketika Sahroni, dalam sebuah wawancara atau pernyataan publik, menyebut bahwa rakyat “tolol” jika menginginkan DPR dibubarkan. Pernyataan ini sontak memicu kemarahan luas, terutama di tengah situasi politik dan ekonomi yang sedang sensitif. Gelombang protes pun memuncak, hingga pada Agustus 2025 — rumah Sahroni menjadi salah satu sasaran amuk massa yang turun ke jalan.

Dari penjarahan dan unjuk rasa itulah, masa lalu Sahroni mulai “dibongkar” oleh warganet. Foto-foto lawas, video-video lama, hingga cuitan-cuitan yang pernah ia unggah kembali diungkit dan disebar luas. Dan di situlah, kehebohan sesungguhnya dimulai.

Gaya Berlari yang “Mencurigakan” — “Di Tubuh Sahroni Ada Jiwa Sahrini?”
Salah satu video yang paling viral adalah rekaman berdurasi 23 detik yang menampilkan Sahroni sedang berlari santai. Ia mengenakan pakaian serba hitam — celana training, kaos, dan sepatu olahraga — sambil tersenyum lebar ke arah kamera. Tampaknya, video ini dibuat untuk konten gaya hidup sehat.

Namun, alih-alih dipuji, video itu malah memantik gelak tawa dan komentar pedas dari warganet.

Akun TikTok @berita824 misalnya, menulis: “Di dalam tubuh Sahroni terdapat jiwa Sahrini.” — merujuk pada penyanyi dangdut yang dikenal dengan gaya flamboyan dan ekspresif.

Komentar-komentar lain pun tak kalah kocak:

“Di rumah Sahroni, bila keluar jadi Sahrini syantik, syantik, cetar membahana.” — Uty galaxsy
“Kalau siang Sahroni, malam Sahrini.” — Christi
“Dibalik wajah yang sangat terdapat tubuh yang slay.” — Gepeng panjul
“Dari gerakannya aja udah keliatan ya kak... agak laen.” — Helen

Istilah “slay” dan “syantik” — yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kecantikan atau keanggunan perempuan — justru dilekatkan pada Sahroni. Ini memicu asumsi liar bahwa ia mungkin memiliki sisi feminin yang kuat — atau bahkan, dalam istilah kasar warganet, “boti”.

Postingan “Lambreta Gilak” — Bahan Bakar Spekulasi
Tapi puncak dari semua spekulasi ini muncul ketika warganet menggali cuitan lama Sahroni di akun X-nya, @Roni_ASC, tertanggal 5 Agustus 2020. Dalam cuitan itu, ia menulis:

“Model bukan tapi jangan dicela yee... ini difotoin kawan lagi sebel sama pemaen depan... labreta gilaaaakkk... maaap.”

Postingan ini langsung memantik ribuan respons — dan kebanyakan bernada ejekan.

“Typingannya bencng bgt anjir.”* — @buruhtulisan
“Hai boti manis dari neraka.” — @jianseana
“Typingnya b3, benar benar bencng.”* — @bwiiitae
“Aura boti nya kuat banget. Postur tubuh juga mendukung. Muka juga udh boti banget.” — @princessesvibes
“Typongan boti bangetttttttt, jangan flashdisk putih yang dicari isinya beginian apa lebih ya?” — @Ziolicius

Yang menarik, banyak yang mempertanyakan arti kata “lambreta” — yang ditulis Sahroni dengan ejaan “labreta”.

Apa Itu “Lambreta”? Bahasa Gaul Waria yang Jarang Diketahui Umum
Menurut penelusuran, “lambreta” adalah istilah slang yang sering digunakan dalam komunitas waria atau LGBTQ+ di Indonesia, terutama di kalangan generasi 90-an hingga awal 2000-an. Kata ini merupakan turunan dari “lama”, “lambat”, atau “lelet” — tapi sering digunakan dengan nada bercanda atau ejekan ringan.

Contoh penggunaan:
“Kamu kok lambreta banget sih mandinya?” — artinya, kamu mandinya lama banget.

Namun, karena asosiasi kata ini erat dengan dunia waria, penggunaannya oleh seorang pria — apalagi tokoh publik seperti Sahroni — langsung memicu asumsi bahwa ia “masuk lingkaran” atau setidaknya, sangat akrab dengan budaya tersebut.

Apa Itu “Boti”? Istilah Kasar yang Penuh Stigma
Sementara itu, istilah “boti” sendiri — yang ramai disematkan pada Sahroni — bukanlah istilah netral. Ini adalah slang kasar, sering digunakan untuk menyebut laki-laki yang dianggap “tidak maskulin”, baik dari gaya bicara, gerak tubuh, penampilan, atau orientasi seksual.

Dalam banyak konteks, “boti” digunakan sebagai hinaan — bukan deskripsi. Dan penggunaannya sering kali memperkuat stigma terhadap komunitas LGBTQ+, terutama laki-laki yang tidak sesuai stereotip gender.

Sayangnya, dalam kasus Sahroni, istilah ini justru digunakan secara masif — bukan untuk mendiskusikan isu gender atau seksualitas secara serius, melainkan sebagai bahan lelucon dan bully-an di media sosial.

Benarkah Sahroni “Boti”? Atau Ini Hanya Permainan Kata & Konteks yang Salah?
Mari kita jujur: tidak ada bukti konkret bahwa Ahmad Sahroni adalah “boti” dalam pengertian orientasi seksual atau identitas gender. Yang ada hanyalah:

Gaya berlarinya yang dianggap “lenggak-lenggok” oleh sebagian netizen.
Cuitan lama yang menggunakan bahasa slang “lambreta” — yang memang asing bagi kebanyakan orang.
Penampilan masa lalunya yang dianggap “nyentrik” atau “berani” dalam berpakaian.
Dan tentu saja, kecenderungan warganet untuk “mengolok-olok” tokoh publik yang sedang tidak populer.
Dalam dunia digital, konteks seringkali diabaikan. Satu video pendek, satu typo, satu gaya berjalan — bisa berubah menjadi narasi besar yang menyebar seperti api.

Fenomena Viral: Ketika Netizen Menjadi “Detektif Digital”
Kasus Sahroni adalah contoh sempurna dari fenomena “cancel culture” dan “digital sleuthing” — di mana warganet menggali masa lalu seseorang, menghubungkan titik-titik kecil, lalu menciptakan narasi baru — seringkali tanpa verifikasi.

Ini bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, banyak seleb, politisi, atau influencer yang “dihancurkan” karena cuitan lama, video lama, atau bahkan komentar yang diambil di luar konteks.

TAG:
Sumber:

Berita Lainnya