Zaskia Adya Mecca Diduga Memecah Belah Bangsa Usai Sindir Kedatangan Ojol ke Istana Wakil Presiden: Publik Terbelah, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Zaskia Adya Mecca Diduga Memecah Belah Bangsa Usai Sindir Kedatangan Ojol ke Istana Wakil Presiden: Publik Terbelah, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Zaskia-Instagram-

Zaskia Adya Mecca Diduga Memecah Belah Bangsa Usai Sindir Kedatangan Ojol ke Istana Wakil Presiden: Publik Terbelah, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Pertemuan antara Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, dengan sejumlah perwakilan driver ojek online (ojol) di Istana Wakil Presiden belum lama ini memicu gelombang reaksi di media sosial. Yang seharusnya menjadi ajang dialog konstruktif antara pemerintah dan pekerja lapangan, justru berubah menjadi sorotan tajam karena penampilan salah satu perwakilan ojol yang dianggap “terlalu rapi” dan “tidak representatif”.



Namun, yang menarik perhatian publik bukan hanya momen tersebut, melainkan juga respons dari artis sekaligus aktivis kemanusiaan, Zaskia Adya Mecca, yang melalui unggahan video di media sosialnya, seolah memberi sindiran halus—namun tajam—terhadap fenomena ini.

Viralnya “Ojol Bersepatu Mahal”
Pertemuan yang digelar pada Minggu, 31 Agustus 2024, sempat diunggah oleh akun resmi @setwapres.ri di Instagram. Dalam video tersebut, salah satu pengemudi ojek online terlihat mengenakan sepatu dengan desain khas Air Jordan 1 Low Gym Red—sepatu yang di pasaran Indonesia dihargai antara Rp1,8 juta hingga Rp2,5 juta. Jaketnya pun tampak baru, bersih, dan rapi, sangat kontras dengan kondisi umum driver ojol yang biasa ditemui di jalan raya.

Reaksi netizen langsung meledak. Banyak yang mempertanyakan keaslian identitas pria tersebut. “Ini beneran driver ojol atau cuma perwakilan yang di-staging?” tanya seorang warganet. “Gue tiap hari naik Gojek, GoCar, GoFood, tapi gak pernah lihat driver yang penampilannya kayak gini,” komentar akun @nurjanah03s, yang kemudian menjadi viral.


Kecurigaan pun muncul: apakah pemerintah hanya memilih perwakilan yang “estetik” untuk pencitraan, tanpa benar-benar mendengarkan suara ojol dari akar rumput?

Zaskia Adya Mecca: Sindiran Halus yang Bikin Heboh
Masuklah Zaskia Adya Mecca, yang belakangan aktif menyuarakan isu-isu kemanusiaan dan sosial. Dalam sebuah video unggahannya, ia memperlihatkan potret nyata para driver ojol di lapangan: jaket yang sudah lusuh, beberapa bahkan bolong karena sering terkena hujan dan terik matahari; sebagian besar tidak memakai sepatu, melainkan sandal jepit atau sepatu olahraga bekas.

“Kalau nyari abang ojol yang jaketnya cerah, bersih, baru, dan pakai sepatu bagus… agak susah ya,” ujar Zaskia sambil tersenyum tipis, namun dengan nada yang terasa menyindir.

Ia melanjutkan, “Terus kalau ketemu yang kayak gitu, cari di mana ya?”

Kalimat terakhirnya langsung menjadi viral. Netizen langsung paham arah sindirannya: menuju perwakilan ojol yang hadir di Istana Wapres dengan penampilan ala anak muda urban, bukan seperti mayoritas driver ojol yang bekerja keras di bawah terik dan hujan demi sesuap nasi.

Dari Sindiran ke Kontroversi: Apakah Zaskia Menghina Profesi Ojol?
Namun, tidak semua orang setuju dengan cara Zaskia menyampaikan pesannya. Beberapa netizen, terutama dari kalangan driver ojol, merasa tersinggung. Mereka menganggap bahwa sindiran Zaskia justru merendahkan profesi mereka.

“Banyak driver ojol yang memang punya jaket bagus, ada yang kuliah, bahkan ada yang punya dua gelar. Kalau ketemu pejabat, ya wajar kalau pakai baju terbaik,” ujar seorang netizen bernama @rido_ride.

“Ini bukan soal pencitraan, tapi soal rasa hormat. Kalau ketemu Wapres, pasti kita mau tampil rapi. Jangan langsung anggap mereka bukan ojol asli,” tambahnya.

Beberapa akun bahkan menyebut bahwa sikap Zaskia bisa memecah belah, terutama di tengah polarisasi politik yang masih sensitif. Ada yang mengingatkan pada kasus lama saat seorang calon legislatif berpura-pura menjadi petani saat kampanye—dan kini, banyak yang merasa masyarakat jadi trauma dengan segala bentuk “staging” atau pencitraan.

“Wajar kalau kita curiga. Tapi jangan sampai kita saling menghakimi. Bukan cuma Zaskia yang salah, tapi juga pemerintah yang harus lebih transparan dalam memilih perwakilan,” tulis akun @citizenvoice_id.

Siapa Sebenarnya Perwakilan Ojol Itu?
Hingga kini, belum ada klarifikasi resmi dari Istana Wakil Presiden mengenai identitas dan latar belakang perwakilan ojol tersebut. Asosiasi driver ojol seperti Forum Komunikasi Driver Online (FKDO) dan Gabungan Aksi Roda Dua (GARUDA) juga mengaku tidak dilibatkan dalam proses pemilihan perwakilan.

“Kami tidak dimintai masukan. Kami juga tidak mengenal orang-orang yang hadir di pertemuan itu,” ujar perwakilan FKDO dalam wawancara singkat dengan media lokal.

Fakta ini memperkuat dugaan bahwa pertemuan tersebut lebih bersifat simbolik ketimbang representatif. Banyak pihak mendesak agar ke depannya, pemerintah benar-benar melibatkan organisasi resmi ojol, bukan hanya memilih wajah-wajah yang “rapi” untuk kepentingan pencitraan.

Antara Realitas Lapangan dan Citra Publik
Fenomena ini membuka diskusi penting: siapa yang sebenarnya mewakili rakyat kecil di meja kekuasaan?

Di satu sisi, wajar jika seseorang ingin tampil rapi saat bertemu pejabat tinggi. Namun di sisi lain, ketika penampilan seseorang begitu kontras dengan realitas mayoritas rekan seprofesinya, maka muncul pertanyaan: apakah ini masih mencerminkan suara akar rumput?

Zaskia Adya Mecca, meskipun kontroversial, berhasil membuka mata publik. Ia tidak sekadar menyindir, tapi mengajak kita semua merenung: apakah pertemuan seperti ini benar-benar membawa perubahan, atau hanya menjadi panggung pencitraan semata?

Pesan untuk Pemerintah: Transparansi dan Kejujuran Harus Diutamakan
Ke depannya, publik berharap pemerintah lebih selektif dan transparan dalam memilih perwakilan masyarakat. Pertemuan dengan rakyat kecil—termasuk driver ojol—harus benar-benar mencerminkan realitas, bukan sekadar pencitraan visual.

Seorang driver ojol yang mengenakan sandal jepit dan jaket lusuh bukan berarti tidak layak didengar. Justru, merekalah yang paling paham betapa beratnya hidup di jalanan, tarif yang tidak kunjung naik, dan tekanan dari algoritma aplikasi.

Jika pemerintah ingin solusi nyata, maka solusinya harus datang dari mereka yang benar-benar merasakan beban itu—bukan dari orang yang hanya “berperan” sebagai ojol untuk satu hari di istana.

Baca juga: Siapa Anak dan Istri Bripka Rohmat? Sosok Sopir Rantis yang Dipecat Secara Tidak Hormat Usai Melindas Affan Kurniawan, Bukan Orang Sembarangan?

TAG:
Sumber:

Berita Lainnya