Profil Tampang Melchias Marcus Anggota DPR RI yang Digeruduk Diaspora di Australia, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG

Melchias-Instagram-
Profil Tampang Melchias Marcus Anggota DPR RI yang Digeruduk Diaspora di Australia, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG
DPR RI Digeruduk Diaspora di Australia: Kemarahan Warga Negara Indonesia karena Kontroversi Lama Melchias Marcus Mekeng
Sydney, 31 Agustus 2025 – Suasana panas yang sedang melanda Indonesia rupanya tak hanya terasa di dalam negeri. Di tengah gelombang protes terhadap kebijakan pemerintah dan isu-isu korupsi, warga Indonesia di luar negeri—khususnya diaspora di Australia—ikut menyuarakan kekecewaan mereka. Kali ini, sorotan tajam tertuju pada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Melchias Marcus Mekeng, yang secara tak terduga digeruduk oleh komunitas diaspora Indonesia saat sedang berada di Sydney, Australia.
Insiden yang terjadi pada akhir pekan lalu itu langsung menjadi viral di media sosial, khususnya di platform X (sebelumnya Twitter), setelah sejumlah foto dan video memperlihatkan Mekeng dikelilingi oleh puluhan mahasiswa dan warga Indonesia yang tinggal di Australia. Aksi spontan ini mencerminkan ketegangan yang masih membekas di hati banyak rakyat Indonesia terhadap figur-figur politik yang dinilai tidak sensitif terhadap persoalan publik.
Kemarahan yang Meledak di Tanah Asing
Dalam unggahan akun X @_gladhys, yang menjadi salah satu sumber utama informasi tentang kejadian tersebut, disebutkan bahwa teman-temannya yang kebetulan berada di lokasi langsung mengenali Melchias Marcus Mekeng. Tanpa ragu, mereka mendekat dan menyampaikan kemarahan kolektif atas sikap dan rekam jejak politisi Partai Golkar tersebut.
“Ini dari temenku di Australia, kece banget temen-temen mahasiswa dan diaspora di Australia berani nyamperin dan marah-marah langsung ke anggota DPR,” tulis @_gladhys pada Minggu, 31 Agustus 2025.
Dalam rekaman yang beredar, terlihat Mekeng tampak kaget dan canggung saat dikelilingi oleh sekelompok muda-mudi Indonesia. Wajahnya menunjukkan kebingungan, sebelum akhirnya ia bergegas masuk ke dalam mobil yang diduga miliknya, dan segera meninggalkan lokasi. Tidak ada pernyataan resmi dari sang anggota dewan usai insiden tersebut, namun momen itu cukup menggambarkan betapa kuatnya sentimen negatif terhadapnya, bahkan hingga ke pelosok dunia.
Dari NTT ke Dunia Internasional: Jejak Kontroversi Mekeng
Melchias Marcus Mekeng, yang merupakan anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Nusa Tenggara Timur (NTT), bukanlah nama asing dalam dunia politik Indonesia. Ia telah lama dikenal sebagai salah satu kader senior Partai Golkar. Namun, reputasinya kerap tercoreng oleh sejumlah pernyataan kontroversial yang dianggap merendahkan nilai-nilai integritas dan keadilan sosial.
Salah satu momen yang paling diingat publik adalah pernyataannya dalam sebuah rapat kerja yang sempat viral pada tahun-tahun sebelumnya. Saat membahas isu korupsi, Mekeng dengan enteng menyatakan bahwa “Kalau makan uang haram kecil-kecil okelah.” Pernyataan tersebut sontak memicu gelombang kemarahan dari masyarakat sipil, aktivis anti-korupsi, hingga kalangan akademisi.
Bagi banyak orang, pernyataan itu bukan sekadar lelucon atau kelalaian, melainkan simbol dari normalisasi korupsi di kalangan elit politik. “Kalau pejabat saja sudah menganggap korupsi kecil-kecilan itu wajar, bagaimana mungkin kita bisa membangun budaya antikorupsi dari bawah?” tanya salah satu aktivis muda dalam diskusi daring pasca-insiden.
Diaspora: Suara Rakyat yang Tak Terdengar dari Jauh
Insiden di Sydney juga membuka diskusi penting tentang peran diaspora Indonesia di luar negeri. Meski tinggal jauh dari tanah air, komunitas Indonesia di Australia—terutama para mahasiswa dan profesional muda—tetap aktif mengikuti perkembangan politik di Tanah Air. Mereka tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga agen perubahan yang mampu memberikan tekanan moral terhadap tokoh-tokoh publik.
“Kami mungkin tidak bisa ikut demo di Jakarta, tapi saat kami bertemu langsung dengan anggota dewan yang dianggap gagal memimpin, kami merasa berkewajiban untuk bersuara,” ujar salah satu mahasiswa Indonesia yang enggan disebutkan namanya.
Aksi spontan ini menjadi simbol dari kebangkitan kesadaran politik di kalangan diaspora. Mereka tidak lagi hanya membicarakan isu-isu Indonesia dari jarak jauh, tetapi berani menghadapi langsung tokoh-tokoh yang dianggap bertanggung jawab atas kemunduran nilai-nilai demokrasi dan akuntabilitas.
Plesiran atau Pelarian? Pertanyaan Soal Etika Pejabat Publik
Keberadaan Melchias Marcus Mekeng di Australia saat insiden terjadi juga memicu spekulasi. Apakah kunjungannya murni untuk keperluan pribadi? Atau justru bentuk pelarian dari situasi politik yang memanas di Indonesia?
Publik mulai mempertanyakan etika pejabat publik yang melakukan perjalanan ke luar negeri di tengah situasi sosial yang genting. Sementara rakyat berdemo menuntut keadilan, transparansi, dan reformasi, justru sebagian elite justru memilih untuk “liburan” atau “menjauh dari keriuhan”.
“Ini soal empati. Seorang wakil rakyat harusnya hadir di tengah rakyatnya saat krisis, bukan malah pergi ke luar negeri sambil difoto-foto santai,” komentar seorang netizen di media sosial.
Respons Publik dan Tuntutan Akuntabilitas
Pasca-viralnya insiden tersebut, tagar #MekengDiAustralia dan #DiasporaLawanKorupsi sempat menduduki trending topik di Twitter Indonesia selama beberapa jam. Banyak warganet yang menyambut positif aksi langsung dari diaspora, menganggapnya sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial yang langka namun sangat dibutuhkan.
Beberapa organisasi masyarakat sipil juga menyatakan dukungan terhadap gerakan moral yang digagas oleh diaspora. “Ini bukti bahwa gerakan anti-korupsi tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Bahkan di luar negeri, rakyat Indonesia tetap menjaga harga diri bangsanya,” ujar Direktur Eksekutif Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam pernyataan resminya.