Damar Sagara Anaknya Siapa? Inilah Sosok yang Mundur dari Taruna Bakti Usai Hina Massa Aksi Demo, Bukan Orang Sembarangan?

Damar-Instagram-
Damar Sagara Anaknya Siapa? Inilah Sosok yang Mundur dari Taruna Bakti Usai Hina Massa Aksi Demo, Bukan Orang Sembarangan?
Belum lama ini, jagat media sosial Indonesia diguncang oleh sebuah video yang memperlihatkan seorang remaja menghina massa aksi demonstrasi. Sosok yang kemudian diketahui bernama Damar Sagara itu menjadi sorotan nasional setelah videonya menyebar luas di platform digital. Aksi yang dilakukannya bukan hanya memicu amarah publik, tetapi juga membuka diskusi penting soal etika digital, tanggung jawab sosial, dan peran pendidikan dalam membentuk karakter generasi muda.
Video Viral Picu Kemarahan Publik
Video yang berdurasi singkat namun sarat kontroversi itu menampilkan Damar Sagara dengan nada mengejek menyebut para demonstran sebagai "orang-orang nganggur" yang "tidak punya kerjaan". Ucapannya yang bernada merendahkan dan sinis langsung menuai kecaman dari berbagai kalangan. Banyak warganet yang geram, terutama karena Damar diketahui sebagai seorang pelajar dari Sekolah Menengah Atas Taruna Bakti, sebuah institusi pendidikan yang dikenal cukup bergengsi di Depok, Jawa Barat.
"Anak sekolah elit, tapi perilakunya jauh dari nilai-nilai kepedulian sosial," tulis salah satu netizen di Twitter, yang kemudian viral dan di-retweet ribuan kali. Tak hanya di Twitter, video tersebut juga menyebar cepat di TikTok, Instagram, dan WhatsApp, memperluas jangkauan kemarahan publik.
Sekolah Dibanjiri Tuntutan Netizen
Seiring dengan meluasnya video, akun media sosial SMA Taruna Bakti pun dibanjiri tagar dan komentar dari masyarakat yang menuntut pihak sekolah untuk mengambil tindakan tegas. Banyak yang mempertanyakan kualitas pendidikan karakter di sekolah tersebut. "Apa yang diajarkan di sana kalau siswanya bisa bersikap begitu terhadap sesama warga negara?" tanya seorang netizen dengan nada kritis.
Tuntutan tersebut bukan tanpa alasan. Di tengah gencarnya kampanye tentang pentingnya toleransi, empati, dan kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab, tindakan Damar dianggap sebagai contoh nyata dari kegagalan sistem pendidikan dalam membentuk sikap sosial yang bijak.
Ayah Damar Tampil Minta Maaf, Anak Mundur dari Sekolah
Dalam perkembangan terbaru, muncul sebuah video yang menunjukkan ayah Damar Sagara menyampaikan permohonan maaf secara terbuka. Dalam rekaman tersebut, sang ayah tampak serius dan penuh penyesalan. Ia menjelaskan bahwa putranya telah menyadari kesalahan besar yang telah dilakukan.
"Kami sebagai keluarga menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat, terutama kepada saudara-saudara yang sedang berjuang menyampaikan aspirasi melalui aksi demo," ujar ayah Damar dalam video yang diunggah di media sosial.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa Damar telah resmi keluar dari SMA Taruna Bakti dan kini telah pindah ke sekolah lain. Keputusan ini diambil sebagai bentuk tanggung jawab keluarga agar anaknya bisa menjalani proses refleksi diri dan memperbaiki sikap di lingkungan yang baru.
"Kami ingin Damar belajar dari kesalahan ini. Ini bukan hanya soal permintaan maaf, tapi juga soal pertumbuhan pribadi," tambah sang ayah.
Respons Publik Terbelah: Ada yang Simpati, Ada yang Tetap Kritis
Permintaan maaf yang disampaikan melalui pernyataan sang ayah menuai beragam respons dari publik. Sebagian warganet menyatakan simpati dan mendukung upaya perbaikan diri Damar. "Setiap orang bisa salah, apalagi anak muda. Yang penting dia mau belajar dan bertanggung jawab," komentar seorang netizen yang memilih memberi kesempatan kedua.
Namun, tak sedikit pula yang menilai bahwa permintaan maaf tersebut terkesan terlambat dan kurang tulus karena tidak langsung disampaikan oleh Damar sendiri. Banyak yang mempertanyakan, "Kenapa harus ayahnya yang bicara? Bukankah dia yang salah, dia yang harus minta maaf langsung?"
Beberapa pemerhati sosial juga mengkritik bahwa rekaman permintaan maaf yang dipandu oleh orang tua justru terasa seperti "dipaksa" atau bagian dari upaya damage control daripada ekspresi penyesalan yang tulus dari sang pelaku.
Pendidikan Karakter dan Literasi Digital Jadi Sorotan
Kasus Damar Sagara bukan sekadar soal satu orang remaja yang salah ucap. Lebih dari itu, peristiwa ini menjadi cerminan dari tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan dan keluarga di era digital. Di tengah arus informasi yang begitu deras, literasi digital dan pendidikan karakter menjadi dua hal yang tak bisa lagi diabaikan.
"Pendidikan tidak hanya soal nilai akademik. Tapi juga soal empati, kesopanan, dan kesadaran sosial," tegas Dr. Rini Astuti, seorang pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta. Ia menambahkan bahwa sekolah harus lebih proaktif dalam mengajarkan siswa tentang etika bermedia sosial dan pentingnya menghargai perbedaan pandangan.
Di sisi lain, peran orang tua juga kembali menjadi sorotan. Banyak yang menilai bahwa pengawasan terhadap aktivitas anak di dunia maya harus diperketat. "Anak-anak sekarang tumbuh di dunia yang sangat terbuka. Orang tua tidak bisa lagi bersikap pasif," ujar psikolog anak, dr. Maya Sari.
Jejak Digital yang Tak Pernah Hilang
Satu hal yang tak bisa dielakkan dalam kasus seperti ini adalah jejak digital. Meskipun Damar telah pindah sekolah dan meminta maaf, rekaman video yang telah menyebar luas akan tetap ada di internet selamanya. Jejak digital ini bisa menjadi pengingat sekaligus beban di masa depan, terutama saat ia melamar pekerjaan, melanjutkan studi, atau terlibat dalam kehidupan publik.