Bagaimana Ciri Ayam Halal dan Haram?
ayam-pixabay-
Hasil audit tersebut kemudian dibawa ke Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan. Hanya setelah melalui proses ini, sertifikat halal resmi dikeluarkan.
Mengapa Isu Ini Penting di Kalangan Muslim?
Bagi umat Islam, kehalalan makanan bukan hanya soal legalitas hukum fiqih, tapi juga berkaitan dengan keberkahan dan kebersihan jiwa. Makanan haram, meski secara fisik tidak beracun, diyakini dapat memengaruhi akhlak dan spiritualitas seseorang. Oleh karena itu, kesadaran akan kehalalan—terutama dalam rantai pasok modern yang serba otomatis—menjadi semakin krusial.
Kasus viral ini juga menjadi pengingat bahwa sebagai konsumen, kita berhak menuntut transparansi dari produsen dan penjual. Bukan hanya soal harga atau kualitas, tapi juga aspek religius yang menyentuh nilai-nilai luhur.
Penutup: Kejelian Konsumen, Kunci Konsumsi yang Halal dan Thayyib
Kisah ibu di media sosial ini bukan hanya soal ayam bolong di leher—tapi tentang kebangkitan kesadaran kolektif akan pentingnya makanan yang halal dan thayyib (baik). Di tengah arus globalisasi pangan, konsumen Muslim diimbau untuk tidak ragu mengecek sumber, metode pemrosesan, dan sertifikasi halal sebelum membeli.
Bagi para pelaku usaha, insiden ini juga menjadi alarm: transparansi dan ketaatan terhadap standar syariah bukan lagi opsional, melainkan kebutuhan pasar yang semakin sadar nilai.
Jadi, lain kali saat membeli ayam, luangkan waktu sejenak untuk memeriksa lehernya—karena kehalalan tak selalu terlihat dari kemasan, tapi dari cara nyawa itu diambil dengan penuh tanggung jawab dan penghormatan.