28 Desember 2025, Benarkah Ini Hari Bahagia untuk Para Jomblo? Simak Perbedaannya dengan Singles’ Day 11 November yang Sudah Mendunia

28 Desember 2025, Benarkah Ini Hari Bahagia untuk Para Jomblo? Simak Perbedaannya dengan Singles’ Day 11 November yang Sudah Mendunia

pacaran-pixabay-

28 Desember 2025, Benarkah Ini Hari Bahagia untuk Para Jomblo? Simak Perbedaannya dengan Singles’ Day 11 November yang Sudah Mendunia

Di penghujung tahun 2025, tepatnya pada Minggu, 28 Desember, media sosial dihebohkan oleh sebuah tren viral yang menyebut hari tersebut sebagai Happy Single Day. Unggahan-unggahan di TikTok dan Instagram mulai membanjiri linimasa dengan narasi penuh semangat: “Selamat Hari Bahagia untuk Para Jomblo!” Tagar terkait pun langsung meroket, menarik perhatian ribuan netizen yang penasaran—apakah benar 28 Desember memang dirayakan sebagai hari khusus bagi mereka yang masih sendiri?



Salah satu unggahan yang paling menyita perhatian datang dari akun TikTok populer @hampa. Dalam videonya, sang kreator menulis dengan penuh canda: “Nanti hari Minggu, 28 Desember 2025, Happy Single Day buat bestie-bestie jomblo ku!” Kalimat sederhana itu sontak memicu gelombang diskusi, repost, dan konten kreatif yang mengangkat tema cinta pada diri sendiri, kebebasan sebagai lajang, hingga refleksi akhir tahun yang penuh makna.

Namun, di balik viralnya tren ini, muncul pertanyaan krusial: apakah 28 Desember benar-benar diakui secara luas sebagai Happy Single Day? Dan bagaimana perbedaannya dengan Hari Jomblo (Singles’ Day) yang jauh lebih populer setiap 11 November?

Happy Single Day 28 Desember: Lebih dari Sekadar Tren
Menariknya, 28 Desember tidak memiliki akar sejarah resmi sebagai hari perayaan bagi lajang. Tidak seperti Singles’ Day yang lahir dari kampus dan kemudian diadopsi oleh raksasa e-commerce, Happy Single Day versi 28 Desember 2025 lahir murni dari budaya digital—khususnya dari kreativitas warganet di platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter.


Tanggal ini dipilih bukan karena simbol angka, melainkan karena posisinya yang tepat menjelang pergantian tahun. Bagi banyak orang, akhir Desember adalah momen untuk mengevaluasi perjalanan hidup selama 12 bulan terakhir—termasuk soal hubungan percintaan. Di sinilah makna mendalam dari Happy Single Day muncul: bukan sebagai pengakuan atas kesepian, melainkan perayaan terhadap kemandirian, keberanian, dan kedamaian dalam kesendirian.

Banyak konten kreator memanfaatkan momentum ini untuk menyampaikan pesan positif:

“Kamu tidak butuh pasangan untuk bahagia. Cukup cintai dirimu sendiri, rayakan pencapaianmu, dan syukuri setiap langkah kecil yang telah kamu tempuh sepanjang tahun ini.”

Dalam konteks ini, Happy Single Day menjadi semacam terapi sosial—ruang aman untuk mengakui bahwa hidup tanpa pasangan bukanlah kegagalan, melainkan pilihan atau fase yang sah dalam perjalanan hidup seseorang.

Singles’ Day 11 November: Dari Asrama Mahasiswa Jadi Fenomena Global
Jika 28 Desember lahir dari arus tren media sosial, Singles’ Day pada 11 November memiliki akar sejarah yang jelas dan terdokumentasi. Perayaan ini mulai muncul pada tahun 1993 di Universitas Nanjing, Tiongkok, ketika empat mahasiswa laki-laki yang semuanya lajang—dikenal sebagai penghuni asrama Mingcaowuzhu—memutuskan untuk menciptakan hari khusus bagi para jomblo.

Mereka memilih tanggal 11/11 karena angka “1” yang berulang empat kali melambangkan empat individu yang berdiri sendiri, tetapi tetap bersatu dalam persahabatan. Awalnya, ini hanyalah tradisi kecil di kampus, tetapi seiring waktu, Singles’ Day menyebar ke seluruh Tiongkok, lalu ke Asia, dan akhirnya menjadi fenomena global.

Yang paling mencolok dari transformasi Singles’ Day adalah komersialisasinya yang luar biasa. Platform e-commerce raksasa seperti Alibaba menjadikan 11 November sebagai hari belanja terbesar di dunia, bahkan mengalahkan Black Friday dan Cyber Monday. Pada 2024 saja, penjualan Alibaba di hari ini mencapai puluhan miliar dolar AS—menunjukkan betapa jauhnya jarak antara makna awal sebagai “hari jomblo” dan realitasnya kini sebagai mesin ekonomi global.

Perbedaan Mendasar: Reflektif vs. Komersial
Inilah inti perbedaan antara Happy Single Day (28 Desember) dan Singles’ Day (11 November):

Aspek
Happy Single Day (28 Desember)
Singles’ Day (11 November)
Asal Usul
Tren media sosial, khususnya TikTok
Tradisi kampus di Tiongkok (1993)
Makna Utama
Refleksi diri, cinta pada diri sendiri, kedamaian dalam kesendirian
Perayaan status lajang, awalnya sosial, kini sangat komersial
Skala Perayaan
Viral di kalangan anak muda digital, bersifat personal
Global, dengan dampak ekonomi besar
Tujuan
Memberi ruang emosional dan afirmasi positif
Hiburan, belanja, dan hiburan massal
Dengan kata lain, 28 Desember adalah hari untuk menyendiri dengan penuh kesadaran dan cinta, sementara 11 November adalah hari untuk merayakan kesendirian bersama jutaan orang—sering kali sambil membeli diskon 90%.

Baca juga: Sadarnya Max dari Koma jadi Sinyal Series Stranger Things Season 5 Volume 2 Bakal Lanjut ke Final Pada 1 Januari 2026

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya