Birrul Walidain: Investasi Akhirat yang Membawa Berkah Dunia – Teks Khutbah Jumat 2 Januari 2026

Birrul Walidain: Investasi Akhirat yang Membawa Berkah Dunia – Teks Khutbah Jumat 2 Januari 2026

masjid-pixabay-

Birrul Walidain: Investasi Akhirat yang Membawa Berkah Dunia – Teks Khutbah Jumat 2 Januari 2026

Baru memasuki awal tahun 2026, umat Islam di seluruh dunia disambut dengan momen penuh makna melalui khutbah Jumat pertama di tahun baru ini. Bertepatan dengan tanggal 2 Januari 2026, tema yang diangkat begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari: birrul walidain, atau berbakti kepada kedua orang tua. Namun, jauh dari sekadar nasihat biasa, khutbah ini menyajikan pesan spiritual yang mendalam—bahwa berbakti kepada orang tua bukan hanya kewajiban moral, melainkan investasi abadi yang membuahkan keberkahan di dunia dan akhirat.



Dalam suasana hangat usai perayaan Hari Ibu (22 Desember 2025), khutbah ini mengajak umat untuk merefleksikan kembali hubungan mereka dengan orang tua, terutama sosok ibu yang telah melahirkan, merawat, dan mendidik tanpa pamrih. Lalu, bagaimana Islam memandang birrul walidain? Mengapa amalan ini begitu istimewa di sisi Allah SWT? Dan yang paling penting: apa yang bisa kita lakukan hari ini untuk memuliakan mereka?

Birrul Walidain: Amalan Mulia yang Disandingkan dengan Tauhid
Allah SWT tidak pernah secara sembarangan menempatkan perintah dalam Al-Qur’an. Dalam Surah Al-Isra ayat 23, terdapat satu ayat yang menjadi fondasi utama dalam memahami kedudukan birrul walidain:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”


Perhatikan dengan seksama: perintah menyembah Allah langsung disandingkan dengan perintah berbakti kepada orang tua. Ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan birrul walidain dalam pandangan Islam. Ia bukan sekadar etika sosial, melainkan bagian integral dari akidah dan ibadah seorang Muslim.

Nabi Muhammad SAW pun menegaskan betapa besar pahala birrul walidain. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, beliau bersabda:

“Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada murka orang tua.”

Kalimat ini bukan sekadar metafora—ia adalah prinsip spiritual yang mengaitkan hubungan vertikal (hamba–Allah) dengan hubungan horizontal (anak–orang tua).

Tiga Dimensi Birrul Walidain: Saat Mereka Hidup, Setelah Wafat, dan Jebakan yang Harus Dihindari
Khutbah Jumat kali ini menguraikan birrul walidain dalam tiga dimensi penting yang layak direnungkan setiap Muslim:

1. Berbakti Saat Orang Tua Masih Hidup: Lebih dari Sekadar Materi
Banyak orang mengira bahwa memberi uang, makanan, atau fasilitas mewah sudah cukup sebagai bentuk bakti. Namun, Islam menekankan kualitas perasaan dan perilaku sebagai inti dari birrul walidain.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Isra: 23,

“Janganlah kamu mengatakan ‘Ah!’ kepada mereka dan janganlah kamu membentak mereka…”

Kata “Ah” (uffin) yang terlihat ringan justru menjadi batas minimal yang dilarang. Artinya, sikap tawadhu’, lembut, dan penuh hormat adalah wajib. Bahkan ketika orang tua marah atau meminta hal yang sulit, anak tetap harus menjawab dengan kata-kata yang mulia.

Selain itu, doa anak shaleh menjadi senjata spiritual terkuat. Rasulullah SAW mengajarkan doa khusus dalam QS Al-Isra: 24:

“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

Doa ini tak hanya permohonan, tapi juga pengakuan atas jasa tak terhingga yang tak akan pernah terbalaskan.

2. Berbakti Setelah Mereka Wafat: Amalan yang Tak Pernah Berakhir
Kematian bukan akhir dari bakti. Justru, di sinilah ujian sejati dimulai. Khutbah mengingatkan bahwa pintu birrul walidain tetap terbuka, antara lain melalui:

Memohon ampunan dan rahmat untuk mereka setiap kali usai salat.
Menyambung silaturahmi dengan teman-teman dan saudara orang tua, karena memuliakan lingkaran sosial mereka adalah bentuk penghormatan yang langgeng.
Melunasi janji atau utang mereka, serta menunaikan wasiat yang sesuai syariat.
Nabi SAW bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Di sini, doa anak shaleh menjadi salah satu jalan utama bagi orang tua untuk terus menerima pahala—bahkan setelah mereka tiada.

3. Kesalahan Fatal yang Merusak Pahala Bakti
Khutbah ini juga memberi peringatan keras terhadap niat yang rusak dalam berbakti. Di antara kesalahan paling berbahaya:

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya