Profil 4 Wisatawan Asing Masih Dinyatakan Hilang saat Naik Kapal Wisata di Tengah Keindahan Taman Nasional Komodo Labuan Bajo
Wisata-Instagram-
Profil 4 Wisatawan Asing Masih Dinyatakan Hilang saat Naik Kapal Wisata di Tengah Keindahan Taman Nasional Komodo Labuan Bajo
Ketenangan malam di perairan Selat Padar, kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT), tiba-tiba pecah oleh kabar duka. Sebuah kapal wisata tradisional bernama KM Putri Sakinah dilaporkan tenggelam pada Jumat malam (26/12/2025) sekitar pukul 21.00 WITA, menyisakan duka mendalam bagi keluarga penumpang dan kekhawatiran luas di kalangan pelaku pariwisata lokal.
Dari total 11 orang yang berada di atas kapal—yang terdiri atas awak kapal, pemandu wisata, serta penumpang termasuk wisatawan mancanegara—baru tujuh orang berhasil diselamatkan. Namun, empat penumpang lainnya, yang diketahui berasal dari satu keluarga asal Spanyol, masih dalam status hilang dan menjadi fokus utama operasi pencarian dan pertolongan yang kini tengah berlangsung intensif.
Cuaca Aman Berubah Drastis dalam Hitungan Menit
Kejadian ini terasa begitu mengejutkan mengingat kondisi cuaca sebelum keberangkatan kapal dinyatakan aman. Menurut keterangan resmi dari Kepala Kantor Kesatuan Penjagaan Keamanan dan Keselamatan Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo, Stephanus Risdiyanto, kapal telah melalui pemeriksaan kelaikan dan dinyatakan layak laut sebelum bertolak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun sebelumnya memperkirakan gelombang di perairan tersebut tidak melebihi 0,5 meter, kondisi yang dianggap aman untuk pelayaran kapal tradisional seperti KM Putri Sakinah. Bahkan pada hari yang sama, 189 kapal diberangkatkan dari Labuan Bajo tanpa insiden—hingga tragedi ini terjadi.
Namun, menurut laporan awal dari para korban selamat, kondisi laut berubah drastis dalam hitungan menit. Gelombang tinggi yang diduga merupakan anomali "swell"—gelombang laut yang datang tiba-tiba tanpa peringatan cuaca buruk—mencapai ketinggian lebih dari dua meter, membuat kapal oleng, terbalik, dan akhirnya tenggelam dalam waktu singkat.
“Ini kejadian yang sangat jarang. Biasanya di bulan Desember, gelombang di Selat Padar cukup bersahabat untuk wisata bahari. Tapi kali ini, alam berkata lain,” ujar seorang pemandu wisata lokal yang enggan disebut namanya.
Respon Cepat dan Koordinasi Lintas Instansi
Begitu menerima laporan darurat dari agen kapal, KSOP Labuan Bajo langsung mengaktifkan tim tanggap darurat. Operasi pencarian dan pertolongan (SAR) pun segera digelar melibatkan Basarnas, TNI Angkatan Laut, Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud), serta unsur-unsur terkait lainnya.
Hingga Sabtu pagi (27/12/2025), tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi tujuh korban selamat, yaitu:
Dua wisatawan mancanegara asal Spanyol,
Empat awak kapal,
Satu pemandu wisata lokal.
Mereka kini telah tiba di Labuan Bajo dan dalam kondisi stabil secara fisik, meski mengalami trauma psikologis akibat insiden tersebut. Sementara itu, pencarian terhadap empat penumpang yang masih hilang terus berlangsung dengan mempertimbangkan kondisi cuaca dan keselamatan petugas SAR.
Duka di Tengah Keindahan Alam yang Mendunia
Tragedi ini menjadi tamparan keras bagi industri pariwisata Labuan Bajo, yang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata maritim terindah di dunia. Taman Nasional Komodo, yang menjadi rumah bagi satwa endemik Komodo dan panorama bawah laut yang memesona, kini juga menjadi saksi bisu atas insiden yang mengguncang rasa aman wisatawan.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan menyampaikan duka yang mendalam atas peristiwa ini. “Kami turut prihatin atas musibah yang menimpa para penumpang dan awak KM Putri Sakinah. Upaya pencarian akan terus dilakukan secara maksimal,” tegas Stephanus Risdiyanto dalam keterangannya.
Pertanyaan Besar: Apakah Sistem Peringatan Dini Cukup Handal?
Insiden ini memunculkan pertanyaan kritis terkait sistem mitigasi risiko bencana maritim di kawasan wisata strategis seperti Labuan Bajo. Meski kapal telah memenuhi standar kelaikan dan cuaca dinilai aman, anomali alam seperti swell—yang sulit diprediksi oleh sistem cuaca konvensional—menjadi ancaman tersembunyi yang bisa muncul kapan saja.
Pakar kelautan dari Universitas Nusa Cendana, Dr. Maria Yuliana, mengingatkan pentingnya penguatan sistem pemantauan mikroklimat di perairan wisata. “Kita butuh stasiun pengamatan laut real-time yang bisa mendeteksi perubahan gelombang mendadak, terutama di wilayah-wilayah dengan arus laut kompleks seperti Selat Padar,” ujarnya.
Baca juga: Profil Sosok Ibu-Ibu yang Coba Jarah Minimarket di Aceh Kini Tuai Kecaman, Benarkah Suruhan Oknum?