Thailand dan Kamboja Resmi Sepakati Gencatan Senjata: Langkah Krusial Menuju Perdamaian di Perbatasan yang Tegang

Thailand dan Kamboja Resmi Sepakati Gencatan Senjata: Langkah Krusial Menuju Perdamaian di Perbatasan yang Tegang

Thailand-Instagram-


Thailand dan Kamboja Resmi Sepakati Gencatan Senjata: Langkah Krusial Menuju Perdamaian di Perbatasan yang Tegang

Dalam upaya meredakan ketegangan yang telah menewaskan puluhan nyawa dan memaksa ratusan ribu warga mengungsi, Thailand dan Kamboja secara resmi menyepakati gencatan senjata penuh di wilayah perbatasan mereka pada Sabtu (27/12/2025). Kesepakatan ini menjadi tonggak sejarah kedua dalam enam bulan terakhir, menunjukkan komitmen bersama kedua negara untuk menghentikan spiral kekerasan yang telah mengganggu stabilitas kawasan selama bertahun-tahun.



Perjanjian gencatan senjata tersebut ditandatangani oleh perwakilan militer dan diplomatik kedua negara usai gelombang terbaru bentrokan bersenjata yang pecah pada 7 Desember lalu. Pertempuran intensif tersebut tidak hanya menewaskan puluhan tentara, tetapi juga menelan korban dari kalangan warga sipil—menjadi pengingat pahit betapa rapuhnya perdamaian di wilayah perbatasan sepanjang 800 kilometer ini.

Isi Perjanjian: Larangan Tembakan dan Pergerakan Pasukan
Dalam pernyataan resmi yang dirilis bersama, kedua pihak sepakat untuk “menghentikan penggunaan semua jenis senjata secara permanen” serta melarang segala bentuk serangan terhadap warga sipil maupun infrastruktur penting seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum.

“Kedua belah pihak harus menghindari penembakan tanpa provokasi, serta tidak melakukan pergerakan atau kemajuan pasukan menuju posisi atau pasukan pihak lawan,” demikian tertulis dalam dokumen perjanjian tersebut.


Langkah ini mencerminkan komitmen untuk menurunkan tensi militer secara nyata, sekaligus memberikan ruang bagi upaya diplomatik lebih lanjut guna menyelesaikan sengketa perbatasan yang akarnya telah berlangsung selama puluhan tahun.

Korban dan Dampak Kemanusiaan yang Mengkhawatirkan
Bentrokan terbaru pada awal Desember berdampak besar pada kehidupan masyarakat di sepanjang perbatasan. Lebih dari 500.000 warga sipil—baik dari Thailand maupun Kamboja—terpaksa meninggalkan rumah mereka demi mencari perlindungan di wilayah yang lebih aman. Banyak di antara mereka adalah keluarga petani, pedagang kecil, dan pelajar yang kehidupan sehari-harinya bergantung pada akses lintas batas yang stabil.

Organisasi kemanusiaan internasional seperti Palang Merah dan UNHCR telah berulang kali menyuarakan keprihatinan mendalam atas kondisi pengungsi, terutama anak-anak dan lansia yang rentan terhadap kelangkaan pangan, air bersih, serta layanan kesehatan dasar.

Jejak Sejarah: Konflik Berulang dan Upaya Mediasi Internasional
Ini bukan pertama kalinya Thailand dan Kamboja mencoba mengakhiri konflik bersenjata di perbatasan. Pada Juli 2025, kedua negara sempat menandatangani gencatan senjata sementara setelah lima hari pertempuran sengit. Saat itu, Malaysia memainkan peran krusial sebagai mediator, dibantu oleh tekanan diplomatik dari Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, yang turut membantu mendorong dialog damai.

Namun, ketegangan kembali memuncak Desember ini, menunjukkan betapa kompleks dan sensitifnya isu perbatasan—terutama di kawasan sekitar candi kuno Preah Vihear, situs warisan dunia UNESCO yang menjadi titik fokus sengketa teritorial sejak abad ke-20.

Baca juga: Apa Penyebab Susu UHT Langkah? Benarkah Dibatasi karena Program MBG?

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya