BEM UMJ Gelar Aksi Buang Sampah di Depan Kantor Wali Kota Tangsel, Soroti Ketidakseriusan Pemkot Atasi Krisis Persampahan

BEM UMJ Gelar Aksi Buang Sampah di Depan Kantor Wali Kota Tangsel, Soroti Ketidakseriusan Pemkot Atasi Krisis Persampahan

Tangsel-Instagram-

BEM UMJ Gelar Aksi Buang Sampah di Depan Kantor Wali Kota Tangsel, Soroti Ketidakseriusan Pemkot Atasi Krisis Persampahan

Pagi yang biasanya tenang di kawasan perkantoran Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tiba-tiba menjadi panggung protes kritis. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (BEM UMJ) menggelar aksi demonstrasi unik sekaligus simbolis: membuang tumpukan sampah di depan gedung Kantor Wali Kota Tangsel.



Aksi tersebut bukan sekadar drama jalanan, melainkan bentuk ekspresi kekecewaan mendalam terhadap respons pemerintah daerah yang dianggap lamban dan tidak tegas dalam menangani krisis persampahan yang telah berlangsung bertahun-tahun di wilayah Tangsel. Aksi ini pun mendapatkan perhatian luas, termasuk viral di media sosial lewat unggahan akun Instagram @bobstadino_ pada Sabtu (27/12/2025).

Dari Pasar ke Istana: Sampah Sebagai Simbol Ketidakadilan Lingkungan
Uniknya, sampah yang dibuang di depan kantor pemerintahan itu bukan sampah sembarangan. Mahasiswa BEM UMJ terlebih dahulu mengumpulkan sampah-sampah plastik, organik, dan anorganik dari sekitar Pasar Ciputat, salah satu titik kritis penumpukan limbah di Tangsel. Tumpukan sampah tersebut lalu dimuat ke dalam mobil pick-up dan dikawal hingga tiba di halaman depan Kantor Wali Kota.

“Ini simbol bahwa sampah yang seharusnya dikelola oleh pemerintah, kini kami kembalikan sebagai bentuk protes,” ujar Aura Miftahul, Menteri Lingkungan Hidup BEM UMJ, saat ditemui di lokasi aksi.


Aura menegaskan bahwa persoalan sampah di Tangsel bukanlah isu baru. Namun, meski telah berulang kali disoroti oleh berbagai pihak, termasik masyarakat sipil dan akademisi, Pemerintah Kota Tangsel dinilai belum memberikan solusi yang menyentuh akar permasalahan.

Krisis yang Mengancam Kesehatan Publik
“Sampah di Tangerang Selatan bukan persoalan baru, namun sampai hari ini belum ada solusi yang benar-benar menyentuh akar masalah,” tegas Aura. “Pemerintah daerah harus bertanggung jawab dan tidak membiarkan kondisi ini terus berlarut-larut, karena ini mengancam kesehatan masyarakat sekitar bila terlalu lama tidak diatasi.”

Faktanya, penumpukan sampah di berbagai titik di Tangsel—mulai dari jalan raya, sungai, hingga permukiman padat penduduk—telah menimbulkan risiko serius. Bau tidak sedap, genangan air yang menjadi sarang nyamuk, hingga potensi banjir akibat saluran air yang tersumbat, menjadi ancaman nyata bagi warga.

Sejumlah warga di sekitar Ciputat dan Pamulang bahkan mengaku telah lama mengeluhkan kondisi ini, namun respons pemerintah kerap terbatas pada pembersihan sementara tanpa pendekatan jangka panjang seperti edukasi, infrastruktur tempat sampah terpadu, atau sistem daur ulang yang efektif.

BEM UMJ: Aksi Ini Baru Permulaan
Aksi demonstrasi berupa “pengembalian sampah” ini bukan akhir dari upaya mahasiswa. Justru, menurut Aura, ini adalah peringatan awal. Jika Pemkot Tangsel tetap abai dan tidak segera mengambil langkah konkret, BEM UMJ berjanji akan kembali dengan aksi jilid kedua yang lebih besar dan melibatkan lebih banyak pihak.

“BEM UMJ akan kembali lagi di jilid II jika pemerintah masih berdiam dan tidak mengambil tindakan,” tandasnya dengan nada tegas.

Pihak BEM UMJ juga mengajak masyarakat, organisasi lingkungan, serta elemen mahasiswa lainnya untuk bersatu dalam gerakan peduli lingkungan yang berkelanjutan. Mereka menekankan bahwa keberlanjutan lingkungan adalah tanggung jawab bersama, namun pemerintah—sebagai pemegang kebijakan dan sumber daya—harus memainkan peran utama.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya