Naskah Teks Khutbah Jumat, 2 Januari 2026: Momentum Menyucikan Jiwa dan Menata Langkah di Awal Tahun
masjid-pixabay-
Perbaikan diri bukanlah proyek besar yang harus selesai dalam sekejap. Ia dimulai dari hal-hal kecil: bangun lebih awal untuk shalat Subuh, mengurangi ghibah, meningkatkan sedekah, atau menahan amarah. Konsistensi dalam hal kecil itulah yang kelak membentuk karakter mulia.
3. Momentum Mawas Diri: Belajar dari Lika-Liku Kehidupan
Hidup tidak selalu berjalan mulus. Ada masa ujian, kegagalan, bahkan penyesalan. Namun, justru di titik-titik itulah hikmah tersembunyi. Dengan muhasabah, kita belajar dari pengalaman pahit—seperti seseorang yang pernah jatuh di jalan berlubang, lalu berhati-hati ketika melewatinya kembali.
Allah SWT berfirman:
"Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah!" (QS. Al-Ma'idah: 92)
Peringatan ini tidak hanya untuk urusan akidah, tetapi juga dalam menghadapi godaan zaman: media sosial yang menyesatkan, gaya hidup konsumtif, atau budaya instan yang menjauhkan kita dari nilai-nilai luhur. Mawas diri adalah benteng pertama sebelum kita terjerumus lebih dalam.
4. Memperkuat Komitmen Spiritual: Jangan Jatuh di Lubang yang Sama
Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka)." (HR. Al-Hakim)
Hadis ini menjadi alarm spiritual yang menggugah: apakah kita benar-benar berkembang sebagai hamba Allah? Atau hanya berputar di tempat yang sama? Muhasabah mengajarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan lama. Ia mendorong sikap istiqamah—konsisten dalam kebaikan, meski dunia berubah-ubah.
5. Menumbuhkan Rasa Syukur: Nikmat yang Tak Tergantikan
Di balik setiap napas, di balik setiap matahari yang terbit, tersimpan jutaan nikmat yang sering kita abaikan. Muhasabah mengajak kita mengingat: betapa banyak karunia Allah yang kita terima, bahkan ketika kita tidak layak menerimanya. Kesehatan, keluarga, rezeki, iman—semuanya adalah anugerah yang harus disyukuri, bukan dianggap remeh.
Allah SWT berjanji dalam Surat Ibrahim ayat 7:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
Syukur bukan hanya diucapkan lewat lisan, tetapi diwujudkan dalam tindakan: dengan menggunakan nikmat untuk ketaatan, bukan maksiat; dengan berbagi, bukan menimbun; dengan memuliakan sesama, bukan merendahkan.
Menyambut 2024 dengan Hati yang Disucikan
Menjelang pergantian tahun, kita tidak hanya merayakan waktu yang berlalu, tetapi juga mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih bermartabat di sisi Allah. Tahun 2023 mungkin penuh liku—ada ujian, pencapaian, kehilangan, dan harapan. Namun, yang terpenting bukanlah apa yang terjadi, melainkan bagaimana kita meresponsnya.
Mari jadikan awal 2024 sebagai titik balik spiritual. Jadikan muhasabah bukan sekadar tradisi tahunan, tapi praktik harian. Evaluasi diri setiap malam sebelum tidur. Tanyakan: Apakah hari ini aku lebih dekat kepada Allah?
Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada kita hati yang selalu waspada, lisan yang senantiasa bersyukur, dan langkah yang tidak pernah menyimpang dari jalan-Nya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.